Uji daya hambat ekstrak kasar daun kitolod (Isotoma longiflora) terhadap bakteri Pseudomonas fluorescens secara in vitro
Main Authors: | Saputri, Ravanella Eryani, Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS, Budianto, S.Pi., M.P., M.Sc |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192668/1/Ravanella%20Eryani%20Saputri.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192668/ |
Daftar Isi:
- Permasalahan utama yang terjadi pada kegiatan budidaya salah satunya yaitu munculnya penyakit. Penyakit yang sering muncul dalam budidaya yaitu penyakit bakterial. Salah satu bakteri yang sering menginfeksi ikan yaitu bakteri P. fluorescens. Bakteri P. fluorescens merupakan bakteri patogen yang dapat merugikan berbagai spesies ikan baik ikan tawar maupun ikan air payau. Bakteri ini dapat juga mengakibatkan lesi hemoragik dan hemoragi petechial, dan lebih parahnya lagi dapat menyebabkan kematian massal pada komunitas ikan hingga mencapai 100%. Penanggulangan penyakit yang disebabkan P. fluorescens dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik, namun penggunaan antibiotik yang berlebih dapat menimbulkan residu, resistensi bakteri dan pencemaran perairan budidaya. Pengurangan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan cara mencari bahan alami sebagai pengganti antibiotik salah satunya daun kitolod. Daun kitolod mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid. Kandungan senyawa pada daun kitolod dapat menjadi antibakteri. Penelitian dilakukan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH), Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2021- Januari 2022. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak kasar daun kitolod terhadap bakteri P. fluorescens secara in vitro . Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 5 perlakuan, 3 ulangan dan 2 kontrol. Dosis ekstrak daun kitolod yang digunakan yaitu A (50 ppm), B (100 ppm), C (150 ppm), D (200 ppm), dan E (250 ppm). Kontrol positif menggunakan antibiotik tetracycline 30 ppm dan kontrol negatif tanpa perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri P. fluorescens memiliki daya hambat terhadap setiap dosis ekstrak daun kitolod yang diberikan. Perlakuan dosis dengan rerata diameter zona hambat terbesar pada dosis E (250 ppm) sebesar 7,37 ± 0,55 mm sedangkan untuk rerata zona hambat terkecil pada dosis A (50 ppm) sebesar 6,06 ± 0,02 mm. Hubungan zona bening antar perlakuan ekstrak daun kitolod terhadap bakteri P. fluorescens menunjukkan perpotongan garis secara linier dengan persamaan y= 0,0058x + 5,87 dan koefisien R2= 0,6807 Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ekstrak daun kitolod memiliki daya hambat terhadap bakteri P. fluorescens. Ekstrak daun kitolod memiliki sifat bakteriostatik, yaitu mampu menghambat pertumbuhan bakteri P. fluorescens. Perlakuan dosis tertinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. fluorescens yaitu E (250 ppm).