Inovasi Budidaya dan Teknologi Pascapanen Sayuran Bebas Residu Pestisida
Main Authors: | Triani, I Gusti Ayu Lani, Prof. Dr. Ir. Soemarno,, MS., Prof. Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo,, SU., Prof. Dr. Ir. Elok Zubaidah,, MP. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192608/1/I%20G.A.%20Lani%20Triani%2C%20S.TP%2C%20M.Si.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192608/ |
Daftar Isi:
- Bali memiliki banyak tempat wisata yang wajib dikunjungi, tempat wisata tersebut tersebar di 8 kabupaten serta 1 kota di Bali. Selain mengunjungi tempat wisata, Bali juga memiliki daerah sentra penanaman hortikultura serta dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan di Bali, baik untuk konsumsi masyarakat sendiri maupun wisatawan. Tanaman hortikultura menunjukkan produksi yang meningkat di Kabupaten Tabanan Bali. Kabupaten Tabanan, memiliki 6 kecamatan, salah satu kecamatan yang merupakan sentra penanaman sayuran terbesar adalah Kecamatan Baturiti. Komoditi unggulan dan produksi terbesar di Komoditi unggulan dan produksi terbesar di Kabupaten Tabanan yaitu sawi (luas panen 520 Ha, produksi 87.680 Ku), tomat (luas panen 241 Ha, 83.418 Ku) dan wortel (luas panen 204 Ha, produksi 24.291 Ku). Produksi sawi, tomat dan wortel yang dihasilkan di Kecamatan Baturiti yaitu 79.211, 78.156 dan 24.682 Ku (Distan, 2019). Kendala yang dihadapi di dalam penanaman sayur-sayuran di Kabupaten Tabanan adalah masalah hama dan penyakit, terutama hama ulat, kutu daun, dan jamur. Usaha pemberantasan hama dan penyakit yang mudah dan cepat dikalangan petani sayuran yaitu penggunaan pestisida. Upaya pengurangan penggunaan pestisida dari bahan kimia dalam penelitian ini menerapkan teknologi ramah lingkungan dengan aplikasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dalam budidaya sayuran. Aplikasi PGPR pada lahan percobaan yaitu dilakukan perendaman benih dengan PGPR sebelum penyemaian dan penggunaan PGPR untuk penyemprotan pada tanaman ketika berumur ± 14 hari. Hasil panen sayuran dengan budidaya ini dilakukan pengolahan pasca panen meliputi teknik pencucian dan metode atmosfer termodifikasi (pasif) dalam pengemasan dan peyimpanan. Selanjutnya dilakukan analisis persepsi konsumen untuk mendapatkan tanggapan terhadap sayuran bebas residu pestisida serta prospek pemasarannya di masa depan. Hasil penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan dengan aplikasi PGPR diperoleh kadar residu insektisida profenofos pada sawi, tomat dan wortel dengan beberapa perlakuan PGPR adalah tidak terdeteksi (ttd), sedangkan sawi, tomat dan wortel hasil pertanian konvensional (berasal dari desa Batunya dan Pancasari), kadar residu insektisida profenofos sebesar 0,109; 0,112; 0,069 ppm, data ini masih sedikit berada di atas batas baku mutu residu (BMR) untuk sayuran sebesar 0,1 ppm. Penerapan teknologi ramah lingkungan menghasilkan perlakuan perendaman benih dengan PGPR selama 20 menit dan penggunaan PGPR pada saat penyiraman tanaman di bedengan sebanyak 2,5 cc/L merupakan hasil terbaik untuk sawi, perlakuan lama perendaman benih dengan x PGPR 30 menit dan pengunaan PGPR pada saat penyiraman pada tanaman di bedengan sebanyak 1,25 cc/L merupakan hasil terbaik untuk tomat, dan perlakuan lama perendaman benih dengan PGPR 10 menit dan pengunaan PGPR pada saat penyiraman pada tanaman di bedengan sebanyak 1,25 cc/L merupakan hasil terbaik untuk wortel. Berdasakan hasil penelitian tahap kedua pada sawi, tomat dan wortel yang dilakukan perendaman dengan air hangat (400C) dan penggunaan larutan garam (1 dan 2%) mengalami sedikit penurunan kadar residu dari 0,109 ppm menjadi 0,093; 0,066; 0,050 ppm (sawi), dari 0,112 ppm menjadi 0,097; 0,071; 0,054 ppm (tomat), dari 0,069 menjadi 0,051; 0,040; 0,024 ppm (wortel), sedangkan pada sawi, tomat dan wortel dengan beberapa perlakuan perendaman PGPR hasil kadar residunya tidak terdeteksi (ttd). Hasil penerapan dengan teknik perendaman diperoleh : sawi dengan teknik perendaman selama 2 menit dan tanpa penggunaan konsentrasi larutan garam memiliki karakteristiknya keras, warna hijau dan sangat disukai oleh panelis. Tomat dengan teknik perendaman selama 2 menit dan penggunaan konsentrasi larutan garam 1 % memiliki karakteristiknya keras, warna merah keoranyean dan disukai oleh panelis. Wortel dengan teknik perendaman selama 2 menit dan tanpa penggunaan konsentrasi larutan garam memiliki karakteristik keras, warna oranye khas wortel dan disukai oleh panelis. Hasil penerapan teknologi MAP pasif diperoleh : sawi kemasan dengan suhu penyimpanan 4,8 0C dengan jumlah lubang kemasan 2, dengan kehilangan berat sebesar 7,44 % dan dapat bertahan sampai 21 hari. Tomat kemasan dengan suhu penyimpanan 5,4 0C dengan jumlah lubang kemasan 8, dengan persentase kehilangan berat yaitu 7,22 % dan dapat bertahan sampai 21 hari. Wortel kemasan dengan suhu penyimpanan 5,6 0C dengan jumlah lubang kemasan 2, dengan persentase kehilangan berat yaitu 9,60 % dan dapat bertahan sampai 28 hari. Bedasarkan hasil analisis persepsi menyatakan bahwa responden cukup mengetahui seputar teknologi budidaya sayuran organik, dan setuju dilakukan teknologi budidaya ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang aman dan berkualitas, serta mengharapkan mulai dilakukan pengembangan teknologi budidaya ramah lingkungan dengan lahan yang lebih luas agar mendapatkan hasil yang lebih banyak, sehingga semua kalangan dapat memanfaatkan hasil tersebut.