Deteksi Senyawa Penyusun Autoinduser pada Ekstrak Etil Asetat Bakteri Vibrio parahaemolyticus menggunakan Metode Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Main Authors: Jannah, Jamiilah Zahrotul, Dr. Ir. Mohamad Fadjar,, M.Sc., Qurrota A'yunin,, S.Pi, MP, M.Sc.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192597/1/Jamiilah%20Zahrotul%20Jannah.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192597/
Daftar Isi:
  • Produk perikanan budidaya memiliki kontribusi yang tinggi dalam kegiatan ekspor di Indonesia yaitu sebesar 37% dari total produk perikanan. Budidaya udang vaname (L. vannamei) merupakan komoditas yang sangat menjanjikan, namun pengelolaan yang kurang memadai serta kualitas lingkungan yang kurang baik dapat menimbulkan penyakit. Salah satu penyakit yang menyerang udang vaname (L. vannamei) adalah Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) yang disebabkan oleh bakteri V. parahaemolyticus. AHPND biasanya menyerang udang vaname pada umur pemeliharaan ke 20-30 dan dapat menyebabkan mortalitas hingga 100%. Gejala udang yang terserang AHPND adalah pertumbuhan rendah, perut serta usus kosong, dan hepatopankreas berwarna pucat hingga putih. Regulasi gen virulen dari bakteri V. parahaemolyticus merupakan salah satu bentuk respon positif dari mekanisme quorum sensing. Mekanisme ini dapat berjalan apabila kelimpahan sinyal komunikasi antar sel atau autoinduser di lingkungan mencapai quroum. Spesies Vibrio memproduksi dan mensekresi molekul sinyal QS (autoinduser), yaitu AI-1 (Acyl Homoserine Lactone), AI-2 (diester furanosil borat), dan CAI-1 ((S)-3-hydroxytridecan-4-one). Spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR) adalah teknik analisis yang digunakan untuk karakterisasi spektra berbagai zat padat, cair dan gas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi apakah terdapat senyawa penyusun autoinduser pada ekstraksi etil asetat bakteri V. parahaemolyticus dengan menggunakan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR). Penelitian ini dillaksanakan pada bulan September 2021-Oktober 2021 di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan serta Laboratorium Eksplorasi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Bakteri V. parahaemolyticus dilakukan peremajaan, kultur, identifikasi dan perhitungan bakteri. Bakteri hasil kultur kemudian dilakukan pengenceran dengan dilanjutkan sentrifugasi bakteri. Supernatan bakteri dilakukan maserasi dengan pelarut etil asetat 1:1 selama satu malam di tempat yang minim cahaya. Setelah itu dilakukan evaporasi dan didapatkan ekstrak yang akan diuji menggunakan FTIR. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah pada kepadatan 15 × 104 CFU/mL terdapat gugus C=O dan C-O, kepadatan 15 × 105 CFU/mL terdapat gugus C=O dan C-O, kepadatan 15 × 106 CFU/mL terdapat gugus C=O dan C-O, kepadatan 15 × 107 CFU/mL terdapat gugus C-O, dan yang terdapat pada kepadatan 15 × 108 CFU/mL yaitu gugus C=O, N-H, dan C-O. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat bakteri V. parahaemolyticus mengandung gugus yang berperan dalam penyusunan senyawa autoinduser AHL yaitu gugus C=O stretching, N-H bending, dan C-O, namun tidak terdapat gugus C=O γ-butyrolactone pada setiap kepadatan bakteri.