Strategi Pengembangan Usaha Kripik Tempe Pada Umkm Mentari Di Masa Pandemi Covid 19 (Studi Kasus Di Sentra Industri Kripik Tempe Sanan Blimbing, Kota Malang)

Main Authors: Firmansyah, Fuad Aulia, Destyana Ellinggga Pratiwi,, SP., MP., M.B.A., Dr Riyanti Isaskar,, SP., M.Si
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192568/1/FUAD%20AULIA%20FIRMANSYAH.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192568/
Daftar Isi:
  • Keberhasilan pembangunan sektor ekonomi di suatu daerah salah satunya dapat dilihat dari keberadaan Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (SUHERI, 2021). Perkembangan UMKM di Indonesia mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2015 jumlah UMKM sebanyak 59.262.772 unit, sedangkan tahun 2018 mencapai 64.194.056 unit (BPS, 2020). Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa usaha mikro memiliki peran sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi. Perkembangan tersebut mengalami penurunan ditengah pergerakannya yang pesat disebabkan kemunculan Covid-19. Kondisi ini memberikan dampak langsung bagi perputaran perekonomian khususnya bagi UMKM. Hal ini dikarenakan UMKM sangat rentan terdampak dalam gangguan bisnis, dimana berhubungan langsung dengan pariwisata, transportasi dan industri kuliner (OECD, 2020). Jenis UMKM yang paling berdampak yaitu dibidang makanan-minuman sebesar 27% dan kerajinan sebesar 17, 03% (Nofianti, 2020). Kota Malang terkenal tentang keindahan alamnya bagi wisatawan. Meningkatnya kunjungan wisatawan memicu tingginya jumlah pelaku UMKM yang ada sebagai pendukung kegiatan pariwisata. Salah satunya industri Keripik Tempe yang sedang berkembang saat ini, yaitu UMKM Mentari Sanan Kecamatan Blimbing. Namun ditengah pandemi Covid-19 secara keseluruhan pelaku UMKM Mentari mengalami penurunan penjualan yang sangat signifikan, dan mengalami ketidakpastian dalam memperoleh pasar ataupun konsumen. Selain pandemi Covid-19, UMKM Mentari juga memiliki banyak persaingan karena adanya kesamaan produk yang dihasilkan. Persaingan penjualan antar pelaku UMKM mengakibatkan harus memiliki pasar tersendiri. Saat ini UMKM Mentari sangat membutuhkan pemilihan strategi pemasaran yang tepat, dan mengembangkan produknya agar bisa bertahan selama pandemi Covid-19. Maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang dijadikan kompetisi di UMKM Keripik Tempe Mentari Sanan Kecamatan Blimbing Kota Malang di masa Pandemi Covid-19; (2) menganalisis kinerja UMKM Keripik Tempe Mentari Sanan Kecamatan Blimbing Kota Malang di masa Pandemi Covid-19; (3) menentukan strategi pengembangan yang tepat untuk UMKM Keripik Tempe Mentari Sanan Kecamatan Blimbing Kota Malang di masa Pandemi Covid-19. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan mix methods. Metode penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) di Industri UMKM Mentari yang terletak di Kampung Sanan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Jumlah responden berjumlah 42. Metode pengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis Cochran, Balanced Scorecard, dan Blue Ocean Strategy. v Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang dijadikan kompetisi dalam menganalisis UMKM mentari adalah (1) product (keragaman produk, merk, kemasan, kualitas, jaminan mutu produk, rasa, informasi produk, label halal); (2) price (harga, variasi harga, daya saing harga); (3) promotion (sosial media, iklan); (4) place (lokasi, akses). Berdasarkan 16 atribut tersebut, dilakukan Uji Cochran untuk mengetahui apakah atribut tersebut dipertimbangkan atau tidak oleh konsumen untuk membeli produk keripik tempe. Uji Cochran dilakukan menggunakan aplikasi SPSS. Hasil dari Uji Cochran terdapat 8 atribut yang valid, yaitu keragaman produk, desain rasa, informasi produk, logo halal, jaminan mutu, harga, dan kemudahan akses. Kinerja UMKM Mentari melalui pendekatan Balanced Scorecard pada satu tahun terakhir yaitu “cukup baik”. Nilai tersebut diperoleh dari 4 perspektif: (1) perspektif keuangan: berdasarkan analisis keuntungan, Gross pofit Margin tertinggi bulan Desember dan terendah bulan Juni; (2) perspektif pelanggan: berdasarkan hasil PGCV terdapat 4 atribut yang dipertahankan dan 4 atribut perlu diperbaiki, yaitu keragaman produk, desain, logo halal, dan harga; (3) perspektif bisnis internal: tingkat kerusakan alat produksi, volume produksi yang fluktuatif, dan telah memiliki izin PIRT dan logo halal; dan (4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan: kemampuan karyawan menghasilkan pendapatan dari total penjualan selama tahun terakhir dan tingkat persentase pelatihan sebesar 60% dari total karyawan. Rekomendasi strategi pengembangan UMKM Mentari Sanan dengan pendekatan Blue Ocean Strategy terhadap Balanced Scorecard yaitu (1) meningkatkan atribut yang masih berada di bawah pesaing (keragaman produk, desain, rasa, informasi produk, label halal, kemudahan akses) (2) fokus pada berdasarkan Blue Ocean Strategy yaitu: - Faktor yang dihapuskan: Tidak ada faktor yang dihapuskan. - Faktor yang dikurangi: keragaman produk - Faktor yang ditingkatkan: desain, rasa, dan mutu produk - Faktor yang diciptakan: Membuka toko di pusat Kota Malang dan membuat ruang produksi yang nyaman