Pertambahan Bobot Badan Harian Dan Bobot Sapih 90 Hari Terkoreksi (Corrected) Domba Ekor Gemuk Periode Prasapih Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Tipe Kelahiran
Main Authors: | Alfiana, Fina, Dr. Ir. Agus Budiarto, MS |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192536/1/Fina%20Alfiana.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192536/ |
Daftar Isi:
- Domba lokal merupakan ternak hasil introduksi dari luar yang sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan Indonesia. Domba Ekor Gemuk (DEG) merupakan domba lokal yang sangat potensial untuk diternakkan sebagai penghasil daging guna untuk mensuplai kebutuhan protein hewani khususnya di Indonesia. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor, menjaga kelestarian sumberdaya hayati (plasma nutfah), meningkatkan kesejahteraan, serta membangun kearifan lokal budaya masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi bobot lahir, pertambahan bobot badan harian dan bobot sapih 90 hari terkoreksi Domba Ekor Gemuk prasapih berdasarkan jenis kelamin, tipe kelahiran dan umur induk. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan milik Bapak Sugeng Wicaksono Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, pada tanggal 6 September 2021 sampai 1 November 2021. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DEG prasapih sebanyak 36 ekor yang terdiri dari jantan 15 ekor dan betina 21 ekor berumur 1 hari hingga 2 bulan yang diperoleh dari 26 ekor induk DEG umur 1 – 3 tahun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus dan observasi langsung. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Data dikoreksi berdasarkan jenis kelamin, tipe kelahiran dan umur induk. Kemudian, dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur induk rata-rata bobot lahir terkoreksi menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) dimana bobot lahir terkoreksi pada umur induk 1 tahun (3,33±0,65 kg) lebih tinggi dibandingkan dengan umur induk ≥ 2 tahun (2,49±0,44 kg). Sedangkan rata-rata PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) dimana PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada umur induk 1 tahun (93,68±28,56 g/ekor/hari dan 11,76±2,99 kg) lebih tinggi dibandingkan dengan induk umur ≥ 2 tahun (78,21±32,41 g/ekor/hari dan 9,53±3,10 kg). Pada jenis kelamin rata-rata bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dimana bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada jenis kelamin jantan (2,70±0,63 kg; 80,84±32,68 g/ekor/hari dan 9,98±3,26 kg) lebih rendah dibandingkan dengan jenis kelamin betina (2,78±0,62 kg; 84,44±31,73 g/ekor/hari dan 10,38±3,22 kg). Pada tipe kelahiran rata-rata bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) dimana bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada tipe kelahiran single (3,06±0,61 kg; 99,55±29,26 g/ekor/hari dan 12,02±2,85 kg) lebih tinggi dibandingkan dengan tipe kelahiran twins (2,50±0,43 kg; 69,65±27,53 g/ekor/hari dan 8,77±2,73 kg. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bobot lahir terkoreksi dipengaruhi oleh umur induk dan tipe kelahiran. Sedangkan PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) dipengaruhi oleh tipe kelahiran. Bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada umur induk 1 tahun lebih tinggi dibandingkan pada umur induk ≥ 2 tahun. Bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) jantan lebih rendah dibandingkan betina. Bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada tipe kelahiran single lebih tinggi dibandingkan dengan twins. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan memilih ternak pada jenis kelamin jantan dan tipe kelahiran single untuk dijadikan sebagai calon bibit ternak.