Perencanaan Kelembagaan Pengelolaan Dalam Pengembangan Kawasan Desa Wisata Barito (Bambang, Bringin, Patokpicis) Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang

Main Authors: Putri, Yolandita Arie Permata, Mangku Purnomo,, SP.M.Si.,Ph.D, Sugeng Riyanto,, SP.M.Si
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192479/1/YOLANDITA%20ARIE%20PERMATA%20PUTRI.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192479/
Daftar Isi:
  • Pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata diharapkan dapat membantu percepatan pertumbuhan ekonomi negara melalui penciptaan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, penerimaan devisa, serta pembangunan infrastruktur. Perkembangan sekotor pariwisarta baik di dunia, ASEAN, dan Indonesia berjalan dengan baik sebelum terjadinya pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan hingga puncaknya pada tahun 2019 yang mencapai 16.106.954, kemudian mengalami penurunan drastis pada tahun 2020, di mana hanya terdapat 4.052.923 kunjungan. Desa Bambang, Bringin, dan Patokpicis adalah desa-desa di Kabupaten Malang yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai desa wisata. Ketiga desa tersebut memiliki kawasan perhutanan, yang mana cocok dan dapat dimanfaatkan sebagai wisata healing. Perencanaan sebuah wisata tentunya juga memerlukan perencanaan kelembagaan yang mengelolanya. Melalui kelembagaan tersebut, pengelolaan destinasi dapat lebih terorganisir sehingga pembangunan dan pengembangan destinasi wisata juga dapat berjalan dengan lancar. Tujuan dilakukannya perencanaan ini yaitu untuk mengidentifikasi potensi wisata dan lembaga lokal yang ada di ketiga desa serta untuk erencanakan kelembagaan pengelola Kawasan Desa Wisata Barito. Metode penentuan responden dilakukan dengan menggunakan purposie sampling dengan responden yang dituju yaitu pengelola wista dan perangkat desa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis data kualitatif Miles and Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Metode yang digunakan untuk menentukan destinasi yang diprioritaskan untuk dikembangkan yaitu metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil yang diproleh yaitu terdapat 8 (delapan) wisata prioritas, antara lain yaitu Kopirejo Hills Tourism, Wana Wisata Winong, Wisata Kampung Enem (Wiken), Makam Mbah Setyo Setuhu, Batik Tulis & Hidroponik Bringin, Njulung, Kesenian Jaranan Kelompok Turonggo Asih Budoyo, dan KWT Bringin. Penentuan wisata prioritas ini didasarkan pada 5 (lima) kriteria, yakni daya tarik, fasilitas, aksesibilitas, keterlibatan masyarakat, dan potensi pasar. Terdapat dua level kelembagaan lokal existing, yaitu kelembagaan level kawasan dan level desa. Kelembagaan level kawasan yaitu BUMDes Bersama, sedangkan level desa terdapat BUMDes, Pokdarwis, Kelompok Karang Taruna, LKDPH, Gapoktan, dan KWT. Perencanaan kelembagaan yang dilakukan yaitu ditujukan kepada kelembagaan level kawasan, yaitu BUMDes Bersama untuk mengelola Kawasan Desa Wisata Barito melalui tiga tahap. Tahapan tersebut meliputi tahap pengembangan SDM, penguatan kelembagaan, dan koordinasi. Pengembangan SDM dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan, penguatan kelembagaan dilakukan dengan memberikan pengarahan dan pendampingan. Koordinasi dilakukan antarkelompok pengelola, kelompok pengelola dan kelembagaan, serta kelembagaan dengan pemerintah daerah