Strategi Pengelolaan Perikanan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Berdasarkan Aspek Biologi dan Jumlah Hasil Tangkapan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali

Main Authors: Putri, Agita Dwi Rosmalia, Dr. Ir. Tri Djoko Lelono,, M.Si, Wahida Kartika Sari,, S.Pi.M.Si
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192461/1/Agita%20Dwi%20Rosmalia%20Putri.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192461/
Daftar Isi:
  • Komoditas dalam sektor perikanan tangkap, yang pengelolaanya diutamakan yaitu perikanan tuna. Terdapat tiga pelabuhan yang menjadi pusat pendaratan ikan tuna tertinggi di Indonesia, salah satunya adalah Pelabuhan Benoa. Banyaknya perusahaan perikanan yang berbasis di Pelabuhan Benoa dan melakukan kegiatan ekspor ke berbagai negara uni eropa menjadikan Pelabuhan Benoa menjadi salah satu Pelabuhan dengan hasil produksi Ikan Tuna tertinggi. Berdasarkan data laporan IUCN tahun 2016, dalam Critically Endangered Red List Category & Criteria IUCN, terdapat lima spesies tuna yang hampir punah, Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) tergolong hampir terancam punah. Hal ini disebabkan karena kegiatan penangkapan ikan yang berlebih atau overfishing. Untuk menjaga status pemanfaatan hasil tangkapan tuna di Pelabuhan Benoa agar tetap terjaga, dibutuhkan informasi lainnya seperti pendugaan parameter populasi dan tingkat pemanfaatan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares). Namun, di Pelabuhan Benoa masih sangat kurang informasi mengenai parameter populasi dan data produksi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dinamika populasi stok Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) berdasarkan variabel hubungan panjang berat (length weight), sebaran frekuensi panjang (length frequency), ukuran pertama kali ikan tertangkap (Lc), ukuran ikan rata-rata matang gonad (Lm), kecepatan pertumbuhan (k), laju mortalitas dan laju eksploitasi (E) dengan menggunakan software FISAT II, untuk mengetahui kondisi status pemanfaatan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) dengan metode Schaefer 1954 berdasarkan parameter Fmsy, Ymsy, Umsy, Yjtb,Fjtb, tingkat pemanfaatan dan status pemanfaatan dan untuk mengestimasi Allowable Biological Catch (ABC) dan Allowable Biological Effort (ABE) pada Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) dengan aplikasi feedback harvest control rule (FHCR). Metode penelitian yang digunakan adalah random sampling yang dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu didapatkan nilai hubungan panjang dan berat ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dari bulan Desember 2021 – Februari 2022 memiliki pola pertumbuhan allometrik positif dengan nilai b = 3.137. Sebaran frekuensi panjang ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) pada bulan Desember 2021-Februari 2022 yaitu sebanyak 1.117 ekor ikan pada ukuran 86-190 cmFL. Ukuran ikan pertama kali tertangkap (Lc) yang didapatkan pada penelitian ini yaitu ukuran panjang berada pada angka 145.8 cmFL. Ukuran ini berada pada kelas panjang 145-146 cmFL. Panjang asimtotik (Lāˆž) yang didapatkan yaitu 235.05 cm dengan koefisien kecepatan pertumbuhan (K) sebesar 0.20, didapatkan nilai t0 yaitu -2.91,sehingga diperoleh persamaan Von Bertalanffy dari pertumbuhan ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) yaitu Lt = 235.05(1-e-0.20(t+2.91)). Laju mortalitas total (Z) ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) yaitu 1.463 tahun-1 , laju mortalitas penangkapannya (F) yaitu 1.25 tahun-1, dan mortalitas alaminya (M) 0.216 tahun-1. Laju eksploitasi (E) ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) sebesar 0.85 tahun-1, yang berarti status pemanfaatan ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) bila dilihat dari parameter biologi yaitu bersifat overfishing. Analisis potensi lestari ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) di wilayah perairan WPP 573 dan Laut Lepas Samudera Hindia menggunakan model Schaefer 1954 didapatkan nilai nilai usaha penangkapan maksimum lestari (Fmsy) sebesar 1996.22 trip penangkapan, potensi tangkap maksimum lestari (Ymsy) sebesar 4634.99 kg, nilai CpUE optimum (Umsy) sebesar 2321.24 kg/trip, nilai jumlah tangkapan yang diperbolehkan (Yjtb) sebesar 3707.59 kg, nilai upaya penangkapan yang diperbolehkan (Fjtb) sebesar 681.99 kali trip dan tingkat pemanfaatan sebesar 77 % dan tergolong dalam kategori fully exploited yang berarti stok sumberdaya di perairan WPP 573, Laut Lepas Samudera Hindia sudah tereksploitasi sepenuhnya. Hal ini berarti, peningkatan jumlah upaya penangkapan tidak dianjurkan. Analisis menggunakan model feedback harvest control rule (FHCR), didapatkan estimasi nilai Allowable Biological Catch (ABC) untuk tahun 2020 sebesar 3894.62 kg, Allowable Biological Effort (ABE) untuk tahun 2020 yaitu 192.80 kali trip dan Total Allowable Catch (TAC) pada Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) sebesar 3707.59 kg. Perbandingan strategi pengelolaan perikanan tangkap analisis feedback HCR dan model produksi Schaefer 1954 memberikan nilai jumlah tangkapan yang aman secara biologi untuk dimanfaatkan (JTB) hampir sama satu sama lain. Kedua metode tersebut menggunakan prinsip kehati-hatian yang cukup tinggi dalam estimasi jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB).