Studi Fertilitas Dan Inkompatibilitas Pollen Spesies Durio Kutejensis Dan Durio Sp. Asal Provinsi Kalimantan Timur

Main Authors: -, Rudarmono, Prof. Ir. Sumeru Ashari,, M.Agr.Sc., Ph.D, Dr. Budi Waluyo,, SP., MP., Dr. Noer Rahmi Ardiarini,, SP., M.Si.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192402/1/Rudarmono%20Rudarmono.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192402/
Daftar Isi:
  • Pulau Kalimantan merupakan sentra keragaman genetik tumbuhan di indonesia, diantaranya beberapa genus Durio yang bersifat endemik. Keberadaan tumbuhan tersebut sebagai potensi dan asset sumberdaya genetik. Demikian halnya di Provinsi Kalimantan Timur, terdapat spesies Durio kutejensis dan Durio sp. yang merupakan kerabat dekat tanaman Durian. Kedua spesies tersebut sudah dikenal masyarakat lokal bahkan sudah terdaftar sebagai varietas unggul nasional merupakan komoditas hortikultura buah yang berpeluang ekonomis untuk dibudidayakan, karena buah Durio kutejensis yang dikenal dengan buah Lai dan Durio sp. yang dikenal masyarakat dengan sebutan Mandong sangat berpotensi, karena memiliki nilai jual yang relatif sama dengan buah durian, preferensi konsumen relatif tinggi dan memiliki keragaman buah yang bervariasi. Buah Lai dan Mandong memiliki karakter buah dan daging buah yang berbeda dengan durian (D.zibethinus), teutama aroma daging buah tidak menyengat, tidak mengandung alkohol, dan rasa daging buah manis, berlemak dan bertekstur halus. Namun demikian, perkembangan dan pertambahan populasi tanaman Lai dan Mandong di Kalimantan Timur tidak signifikan, hal ini disebabkan karena terbatasnya upaya pengembangan dan peremajaan pohon, baik oleh permerintah maupun masyarakat, produktivitas tanaman relatif rendah, produksi buah setiap musin cenderung tidak stabil dan beberapa faktor lainnya. Menurut Shaari, et at. (1985); Indriyani, et al. (2012), sebagian besar genus Durio memiliki sifat inkompatibilitas yang dapat menghambat proses penyerbukan (polination) dan pembuahan (fertilization), sehingga menghambat terbentuknya buah. Ditambahkan oleh Bumrungsri, et al. (2008): Baqi, et al. (2022), tanaman genus Durio memiliki bunga hermaprodit tetapi bersifat protandry yang menyebabkan terjadinya sifat inkompatibilitas (incompatibility), yaitu ketidakmampuan tanaman mmembentuk biji dan buah karena benang sari (anther) dan putik (stigma) matang (mature) tidak bersamaan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi karakter morfologi dan pertumbuhan bunga dan buah pada spesies Durio kutejensis dan Durio sp., (2) mengetahui tingkat fertilitas pollen pada spesies Durio kutejensis dan Durio sp. (3) mengetahui tingkat Inkompatibilitas pada persilangan spesies yang sama dan antar spesies pada Durio kutejensis dan Durio sp. Penelitian ini dilaksanakan di lapangan, yaitu di Dusun Batu Besaung, Kelurahan Sempaja Selatan, wilayah administratif Kota Samarinda, dan di Laboratorium Bioteknologi, Faperta Unmul. Kegiatan Penelitian yang dilaksanakan di lapangan untuk mengetahui diskripsi morfologi dan pertumbuhan bunga dan buah, serta kegiatan proses persilangan. Sedangkan di Laboratorium melakukan uji viabilitas pollen Lai var. Mahakam, Lai var Kutai, Lai var. Batuah dan var Mandong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perkembangan bunga sejak inisiasi hingga mekar, rata-rata untuk Lai var, mahakam 48,00 hari, Lai var. Kutai 48,00 hari, Lai var. Batuah 50,60 hari dan var. Mandong 52.40 hari. Penampilan karakter kualitatif dan kuantitatif bunga pada 3 (tiga) varietas Lai relatif sama, sedangkan pada varietas mandong berbeda, yaitu warna 11 mahkota, benang sari dan putik berwarna pink, sedang Lai berwarna merah. ukuran panjang dan diameter (kuncup bulat, kuncup lonjong, kuncup belum mekar dan bunga mekar) pada bunga Mandong relatif lebih kecil dibandingkan dengan bunga Lai. Karakter kualitatif bunga dan buah berbeda untuk ke 2 (dua) spesies tersebut. Fertilitas pollen Lai (Durio kutejensis) dan Mandong (Durio sp.) termasuk katagori fertil, karena daya kecambah (viabilitas) pada hari pertama setelah bunga mekar rata-rata 74,34%. Hal ini menurut Williams. et.al. (1994), persentase daya kecambah antara 61-100% termasuk klasifikasi fertil. Hasil persilangan antarspesies Durio kutejensis dan Durio sp. sebesar 83.33% dan 16,67%. Menurut Wang, et al. (2003) persentase terbentuknya buah hasil persilangan tersebut diklasifikasikan kompatibel (compatibility) dan inkompatibel sebagian (partial incompatibility)