Optimasi Proses Penepungan Chip Porang (Amorphophallus muelleri Blume) Menggunakan Micro Mill Dengan Siklon Separator

Main Authors: Witoyo, Jatmiko Eko, Prof. Ir. Simon Bambang Widjanarko,, M.App.Sc, Ph.D., Dr. Ir. Sudarminto Setyo Yuwono,, M. App.Sc
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192383/1/0421100001-Jatmiko%20Eko%20Witoyo.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192383/
Daftar Isi:
  • Chip porang merupakan produk kering dari umbi porang yang memiliki kadar glukomanan dan kadar kalsium oksalat relatif tinggi. Keberadaan kalsium oksalat pada chip porang mengakibatkan aplikasinya sangat terbatas, sehingga proses pemisahan glukomanan dan senyawa non-glukomanan sangat diperlukan untuk menghasilkan tepung porang yang aman untuk dikonsumsi. Proses pemisahan glukomanan dan senyawa glukomanan dari chip porang secara kontinyu dapat dilakukan menggunakan micro mill dibantu dengan siklon separator. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimum laju umpan dan kecepatan aliran udara inlet pada proses penepungan menggunakan micro mill dibantu dengan siklon separator secara kontinyu untuk mendapatkan tepung porang dengan kadar glukomanan, derajat putih, viskositas tinggi, dan rendah kalsium oksalat, dan mengetahui karakteristik fisiko-kimia dan struktural tepung porang optimum hasil penepungan (TPOP). Penelitian ini menggunakan rancangan Central Composite Design- Response Surface Methodology (CCD-RSM), dengan menggunakan 2 faktor, yaitu laju umpan dan kecepatan aliran udara inlet menggunakan micro mill yang dibantu dengan fraksinasi udara menggunakan siklon separator. Range laju umpan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 – 55 kg/jam, dan range kecepatan aliran udara inlet berkisar antara 5 - 9 m/s. Respon yang diamati pada penelitian ini adalah kadar glukomanan, derajat putih, viskositas, dan kadar kalsium oksalat. TPOP dilakukan karakterisasi dengan analisa proksimat, kadar pati, kadar amilosa, kadar amilopektin dan analisa struktur, meliputi mikrostruktur, gugus fungsi, ukuran partikel, pola XRD, dan sifat termal. Kondisi optimum didapatkan pada laju umpan sebesar 48,86 kg/jam, dan kecepatan aliran udara inlet sebesar 9 m/s dengan prediksi kadar glukomanan derajat putih, viskositas, dan kadar kalsium oksalat adalah 53,39±0,03 % b.k., 57,03±0,00, 4104,80±1,50 cPs, dan 2,43±0,00%, secara berurutan. Hasil Verifikasi menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dibandingkan prediksi berdasarkan uji t-berpasangan dengan nilai p-value > 0,05 untuk semua respon, dengan kadar glukomanan sebesar 53,29±0,22 % b.k., derajat putih sebesar 56,90±0,17, viskositas sebesar 4031,30±54,10 cPs, dan kadar kalsium oksalat sebesar 2,45±0,03%. TPOP memiliki kadar glukomanan, derajat putih, viskositas, dan kadar karbohidrat lebih tinggi secara signifikan (p<0,05) dibandingkan tepung porang kasar (TPK), serta memiliki kadar air, kadar protein, kadar pati, kadar amilosa, kadar amilopektin, dan kadar kalsium oksalat lebih rendah secara signifikan (p<0,05), serta kadar lemak dan kadar abu lebih rendah secara tidak signifikan (p>0,05) dibandingkan TPK. Secara struktural, TPOP memiliki permukaan yang lebih bersih dibandingkan dengan TPK berdasarkan analisa mikrostruktur. Gugus fungsi dari TPK dan TPOP tidak mengalami perubahan pola, namun ada perubahan intensitas pada ikatan tertentu. Pola XRD dari kedua tepung memiliki pola yang sama yaitu amorf, dengan 3 puncak utama pada TPK (15,090, 18-230, dan 370), dan 2 puncak utama pada TPOP (210, dan 380). TPK dan TPOP memiliki puncak termal yang hampir sama berdasarkan kurva DSc