Optimasi Pencerahan Warna Pada Proses Eco Dyeing Dengan Menggunakan Variasi Larutan Basa Terhadap Kadar Abu, Kekuatan Tarik, Kekakuan Kulit Dan Kekuatan Sobek

Main Authors: Diandra, Nadia Devi, Dr. Ir.Mustakim, MP., IPM
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192349/1/Nadia%20Devi%20Diandra.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192349/
Daftar Isi:
  • Kelinci merupakan salah satu komoditas ternak yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari data statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (2019) yang menyatakan bahwa jumlah populasi kelinci setiap tahunnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat, di tahun 2019 mencapai 44.703 ekor . Hasil utama yaitu berupa karkas, kulit kelinci juga dapat diolah menjadi kulit samak dan dijadikan kerajinan. Kulit mentah merupakan bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan sampai kulit mengalami beberapa proses-proses pengawetan atau siap samak. Pada proses penyamakan biasanya perlu dilakukan proses finishing. Dalam proses ini, kulit diwarnai dengan zat warna sintetis (dye) untuk menambah nilai estetika atau untuk keperluan fashion Industry. Penggunaan zat warna sintetis ini dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan akibat bahan kimia yang ada di dalam zat warna sintetis dapat diminimalisir dengan cara mensubstitusi penggunan zat warna sintetis dengan zat warna alam atau biasa dikenal dengan proses eco dyeing. Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman yang sudah lama banyak digunakan sebagai obat tradisional. Adanya senyawa brazilin memberikan ciri spesifik dari kayu secang yaitu warna merah kecoklatan (Divya, Madhumitha, Nandini, Pooja, Manickam dan Rekha, 2013). Kayu secang yang dilarutkan atau dimasak dalam air akan mengeluarkan warna merah cerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh optimasi pencerahan warna pada proses eco dyeing menggunakan variasi larutan basa pada kulit kelinci terhadap kadar abu,kekuatan tarik, kekakuan kulit dan kekuatan sobek. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengaruh konsentrasi ammonia dan perlakuan terbaik dari ammonia sebagai variasi larutan basa dalam opstimasi penecarahan warna pada proses eco dyeing. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2021 berlokasi di Balai Besar Kulit, Karet Dan Plastik Yogyakarta (BBKKP) Laboratorium Laboratorium Riset Penyamakan Kulit, Bidang Sarana Riset dan Standardisasi (SARS). Materi penelitian ini menggunakan kulit kelinci yang diperoleh dari Rumah Makan sate kelinci sebanyak 20 lembar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan penelitian menggunakan dye stuff 2% dan konsentrasi ammonia, yaitu sebesar 0,5%, 1,0%, 1,5% dan 2,0%. Variabel yang diuji meliputi kadar abu, kekuatan tarik, kekakuan kulit dan kekuatan sobek. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kekuatan tarik, kekuatan sobek dan kadar abu, serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekakuan kulit pada kulit kelinci tersamak. nilai tertinggi kadar abu terjadi pada P4 dengan rata-rata 8,27 ±0,65%. Hasil uji terbaik dari uji kekuatan tarik kulit kelinci tersamak pewarnaan ecodyeing adalah perlakuan P4 dengan nilai sebesar 31,60 Kg/cm2. Hasil terbaik uji diperoleh dari perlakuan P2 sebesar 0,49. Hasil terbaik uji kekuatan sobek terjadi pada P0 dengan rata-rata 138.45 N/cm Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan amonia dalam proses pewarnaan eco dyeing memberikan dampak positif terhadap kadar abu, kekuatan tarik dan kekuatan sobek antara, dan kekakuan kulit. Hasil terbaik diperoleh dengan menggunakan pewarna ekstrak kayu secang sebanyak 300 gram dan penambahan basa berupa amonia sebanyak 2%.