Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Saat Terjadi Pandemi Covid-19 Di Indonesia (Studi Kasus Di Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang)

Main Authors: Ekalinda, Nicola Floresta, Prof. Dr. Ir. Sugiyanto,, MS.,, Alia Fibrianingtyas,, SP, M.P.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192343/1/Nicola%20Floresta%20Ekalinda.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192343/
Daftar Isi:
  • The Global Food Safety Initiative mengumumkan bahwa sejak terjadinya pandemi COVID-19, skor ketahanan pangan komposit nasional Indonesia menurun dari 62,6 menjadi 59,5. Penurunan skor tersebut disebabkan oleh penurunan pendapatan masyarakat saat pandemi COVID-19 yang membuat tingkat konsumsi pangan rumah tangga menurun. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan pemberian Bantuan Sosial Tunai (BST) senilai Rp300.000,00/bulan/rumah tangga guna meningkatkan tingkat konsumsi pangan rumah tangga. Berdasarkan penjabaran berikut, dibutuhkan beberapa tujuan penelitian, yaitu mengidentifikasi unsur pengeluaran pangan rumah tangga petani, mendeskripsikan rasio pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani, mendeskripsikan derajat ketahanan pangan rumah tangga petani, menganalisis faktor internal rumah tangga petani yang berhubungan dengan derajat ketahanan pangan rumah tangga petani, menganalisis faktor eksternal rumah tangga petani yang berhubungan dengan derajat ketahanan pangan rumah tangga petani, dan merumuskan strategi peningkatan ketahanan pangan rumah tangga petani saat pandemi COVID-19 Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, metode analisis ketahanan pangan menurut Johnson dan Toole, metode korelasi Pearson, dan metode analisis SWOT. Lokasi penelitian yang ditentukan dengan metode purposive dilakukan di Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang. Responden penelitian adalah 33 rumah tangga petani. Data diambil melalui wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian adalah unsur pengeluaran pangan rumah tangga petani meliputi 29,8% konsumsi beras, 19% konsumsi rokok, 13% konsumsi makanan jadi, 12,8% konsumsi telur, 8,3% konsumsi ikan, 8,2% konsumsi tempe tahu, 5,3% konsumsi daging ayam, 1,9% konsumsi umbi-umbian, dan 1,7% konsumsi sayur. Terdapat 45,5% rumah tangga petani dengan pangsa pengeluaran pangan tinggi, dan terdapat 54,5% rumah tangga petani dengan pangsa pengeluaran rendah, sehingga didapatkan 24,2% rumah tangga petani mengalami rawan pangan, 30,3% kurang pangan, 21,2% mengalami rentan pangan, dan 24,3% berada pada derajat tahan pangan. Faktor pendapatan, tingkap pendidikan ibu rumah tangga, luas lahan pertanian, dan harga komoditas beras berkorelasi kuat secara positif terhadap ketahanan pangan. Jumlah anggota keluarga dan kebijakan BST berkorelasi kuat secara negative. Sedangkan akses pasar memiliki korelasi lemah secara positif. Adapun strategi peningkatan ketahanan pangan yang direkomendasikan adalah strategi pemanfaatan peluang untuk mengurangi pengaruh kelemahan rumah tangga petani.