Analisis Faktor Persepsi yang Berhubungan dengan Perilaku Keluarga dalam Mendukung Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Paranoid di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (Dengan Pendekatan Health Belief Model)
Main Author: | Rohman, Siti Roslinda |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192289/1/SITI%20ROSLINDA%20ROHMAN.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192289/ |
Daftar Isi:
- Skizofrenia paranoid merupakan jenis gangguan jiwa paling banyak. Skizofrenia paranoid merupakan jenis gangguan jiwa yang memiliki perkembangan gejala yang tidak berubah-ubah dan gejala khas dari skizofrenia paranoid adalah halusinasi dan waham. Adanya gejala-gejala tersebut menyebabkan kerugian, baik bagi pasien, keluarga maupun lingkungan. Gejala yang muncul dapat dikontrol dengan menggunakan obat antipsikotik, namun hingga saat ini masih banyak pasien skizofrenia paranoid yang tidak patuh terhadap pengobatannya. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan pasien, sehingga diperlukan bantuan keluarga untuk memfasilitasi serta memotivasi pasien agar tetap melakukan pengobatan, khususnya minum obat sesuai dengan yang telah direkomendasikan oleh petugas kesehatan karena obat sudah menjadi kebutuhan bagi pasien. Perilaku keluarga dalam mendukung pengobatan yang dilakukan pasien dipengaruhi oleh persepsi mereka terkait penyakit tersebut. Model yang dapat menjelaskan persepsi keluarga terkait keyakinannya terhadap suatu masalah kesehatan yaitu Health Belief Model. Model ini terdiri dari lima aspek, yaitu kerentanan yang dirasakan, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, hambatan yang dirasakan dan stimulasi untuk bertindak. Kerentanan yang dirasakan merupakan persepsi keluarga terkait resiko anggota keluarganya untuk mengalami suatu masalah kesehatan atau kekambuhan. Keseriusan yang dirasakan merupakan persepsi keluarga terkait keparahan penyakit yang dialami oleh anggota keluarganya. Manfaat yang dirasakan merupakan persepsi keluarga terkait keuntungan membawa anggota keluarganya untuk kontrol dan mengkonsumsi obat secara teratur. Hambatan yang dirasakan merupakan persepsi keluarga terkait rintangan yang dihadapi selama membantu anggota keluarganya menjalani pengobatan. Stimulasi untuk bertindak adalah rangsangan yang memicu keluarga untuk tetap membawa anggota keluarganya kontrol dan tetap mendukung pengobatan yang dilakukan. Metode penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode ini bertujuan untuk mengukur variabel risiko yaitu perilaku keluarga dalam mendukung kepatuhan minum obat pasien skizofrenia paranoid. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 182 keluarga dan dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian (purposive sampling). Penelitian dilakukan di Poliklinik RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Analisis univariat dilakukan dengan melihat proporsi frekuensi dan persentase dari setiap karakteristik responden dan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis bivariat menggunakan uji chi square, sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil analisa bivariat didapatkan ada hubungan yang signifikan antara kerentanan yang dirasakan dengan perilaku keluarga (p=0.000, OR=3.569), keseriusan yang dirasakan dengan perilaku keluarga (p=0.000, OR=3.234), manfaat yang dirasakan dengan perilaku keluarga (p=0.021, OR=2.096), hambatan yang dirasakan dengan perilaku keluarga (p=0.023, OR=0.481), stimulasi untuk bertindak dengan perilaku keluarga (p=0.000, OR=6.927). Hasil analisa multivariat didapatkan bahwa stimulasi untuk bertindak merupakan faktor yang paling berhubungan dengan perilaku keluarga. Kerentanan yang dirasakan merupakan suatu persepsi individu terkait kemungkinan terhadap suatu penyakit. Seseorang akan mengambil suatu tindakan mencegah, menyaring atau mengendalikan suatu penyakit itu berpotensi memiliki ix dampak yang serius. Persepsi mereka terhadap kerentanan yang dirasakan tersebut akan membuat mereka percaya untuk mengikuti yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan. Keseriusan yang dirasakan menjelaskan bagaimana penilaian seseorang meilhat penyakit tertentu menimbulkan risiko yang berbahaya atau tidak. Keluarga yang merasakan keseriusan yang rendah cenderung memiliki perilaku yang tidak mendukung kepatuhan minum obat pasien skizofrenia paranoid, karena ketika keluarga menilai bahwa penyakit yang dialami oleh anggota keluarganya dapat berdampak negatif jika tidak mengkonsumsi obat, maka keluarga akan lebih mengawasi kepatuhan pasien. Manfaat yang dirasakan tidak hanya dirasakan oleh pasien tapi dirasakan juga oleh keluarga. Keluarga merasakan manfaat pengobatan karena perubahan kondisi pasien yang menjadi lebih baik. Keyakinan keluarga terhadap manfaat yang dirasakan membuat mereka termotivasi untuk mendukung kepatuhan minum obat pasien. Hambatan merupakan prediktor penting yang mempengaruhi perilaku keluarga dalam mendukung kepatuhan minum obat pasien karena keluarga bisa saja tidak mengambil tindakan kesehatan meskipun mereka percaya pada keuntungan yang diperoleh karena disebabkan oleh hambatan. Keluarga yang merasakan hambatan lebih besar dari manfaat pengobatan yang didapatkan akan membuat mereka berpikir ulang untuk melakukannya. Stimulasi untuk bertindak dapat bersifat internal maupun eksternal. Stimulasi untuk bertindak juga berpengaruh secara signifikan pada keluarga yang merawat pasien terkait evaluasi mereka terhadap kepatuhan pengobatan. Kekuatan stimulasi juga memotivasi keluarga untuk terlibat dalam perilaku kesehatan yang telah disarankan oleh tenaga kesehatan. Informasi dan bantuan yang diperoleh dari tenaga kesehatan secara positif mempengaruhi penyerapan informasi yang lebih baik. Stimulasi untuk bertindak yang diperoleh oleh keluarga berasal dari tenaga kesehatan, yaitu dokter dan perawat di ruang pemeriksaan saat mengantar anggota keluarganya untuk kontrol karena ketika keluarga meyakini bahwa anggota keluarga mereka beresiko tinggi terhadap suatu penyakit dan melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan maka kemungkinan untuk lebih mudah membujuk keluarga dalam melakukan perilaku kesehatan lebih tinggi. Semakin banyak informasi yang diperoleh oleh keluarga terkait kondisi dan pengobatan yang dilakukan anggota keluarganya maka pengetahuan yang didapatkan juga semakin meningkat sehingga mempengaruhi perilaku kesehatan keluarga menjadi lebih baik. Stimulasi internal maupun eksternal yang diperoleh akan mempengaruhi perilaku keluarga karena sebelum menentukan sebuah keputusan untuk melakukan perilaku mendukung kepatuhan minum obat, keluarga menerima informasi terlebih dahulu terkait keuntungan membantu anggota keluarganya tetap mengkonsumsi obat sesuai aturan. Stimulasi ternyata sangat diperlukan oleh keluarga karena intensitas stimulasi yang diperlukan setiap individu berbeda-beda berdasarkan kerentanan yang dirasakan, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, atau hambatan yang dirasakan. Kerentanan yang dirasakan, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, hambatan yang dirasakan dan stimulasi untuk bertindak berhubungan signifikan dengan perilaku keluarga dalam mendukung kepatuhan minum obat pasien skizofrenia paranoid. Stimulasi untuk bertindak merupakan faktor yang paling berhubungan dengan perilaku keluarga. Diharapkan rumah sakit dapat membantu memfasilitasi keluarga dalam membantu keluarga untuk mengakses pelayanan kesehatan dengan lebih mudah, selain itu juga penting bagi keluarga untuk mencari informasi terkait pentingnya minum obat agar keluarga termotivasi untuk mendukung kepatuhan minum obat pasien. Bagi peneliti selanjutnya dapat menganalisis faktor lain yang mempengaruhi perilaku keluarga.