Pengaruh Pemberian Vaksin Kinoid IL-17A terhadap Kadar Anti-dsDNA dan Jumlah Sel Plasma pada Mencit Model Lupus Eritematosus Sistemik

Main Author: Hermawan, Hanestya Oky
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192245/1/Hanestya%20Oky%20Hermawan.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192245/
Daftar Isi:
  • Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan keradangan sistemik yang kronis dan melibatkan kerusakan multi organ. Angka kejadian LES di seluruh dunia diperkirakan mencapai sekitar 5 juta orang dan 200.000 kasus diantaranya terjadi di Indonesia. Angka morbiditas dan mortalitas LES semakin tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Selain itu, penderita LES didominasi oleh wanita yang masih berada dalam usia produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas penderitanya dan dapat berlanjut pada terganggunya aspek sosial dan ekonomi di keluarga serta masyarakat LES diakibatkan oleh sistem imun yang bereaksi secara berlebihan (hipereaktif) terhadap antigen sendiri yang mengakibatkan reaksi inflamasi sistemik dan kerusakan pada berbagai organ. Berbagai penelitian membuktikan bahwa pasien LES mengalami abnormalitas regulasi sistem imun yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah sel plasma pada darah tepi yang berkorelasi dengan kadar autoantibodi anti-dsDNA. Anti- dsDNA yang dihasilkan oleh sel plasma yang autoreaktif inilah yang berperan dalam munculnya berbagai macam manifestasi klinis LES. Hal ini membuat sel plasma dan anti- dsDNA berpotensi untuk dijadikan target terapi untuk memperbaiki manifestasi klinis LES. Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat sitokin proinflamasi yang berperan penting dalam pathogenesis LES yaitu Interleukin (IL)-17A. IL-17A adalah sitokin yang banyak diproduksi oleh sel Th17 yang berperan untuk mempengaruhi aktivitas komponen sistem imun lain di dalam tubuh salah satunya adalah aktivasi dan diferensiasi dari sel B menjadi sel plasma sehingga akan memproduksi autoantibodi ANA dan anti-dsDNA. Peningkatan kadar IL-17A dalam tubuh berhubungan dengan tingkat keparahan manifestasi klinis LES seperti lupus nefritis dan timbulnya flare. Vaksin kinoid adalah vaksin yang dibuat dari derivat sitokin yang telah diproses sedemikian rupa untuk menghilangkan aktivitas biologisnya namun masih bersifat imunogen sehingga mampu merangsang aktivasi sistem imun. Pemberian vaksin ini bertujuan untuk menginduksi dan meningkatkan pembentukan antibodi yang dapat menetralisir sitokin terkait sehingga dapat menekan penumpukan sitokin yang mengalami overproduksi. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni (true experimental design) di laboratorium secara in vivo dengan menggunakan rancangan Randomized Post Test Only Controlled Group Design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa vaksin kinoid IL-17A mampu memperbaiki regulasi sistem imun melalui penurunan jumlah sel plasma lien dan kadar anti dsDNA serum pada mencit model Pristane-induced Lupus (PIL). Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit strain Balb/c betina. 26 Mencit yang memenuhi syarat kriteria inklusi diaklimatisasi selama 1 minggu kemudian dibagi menjadi 2 grup yaitu grup 1 (berisi 7 mencit) tanpa perlakuan apapun dan grup 2 (berisi 19 mencit) yang diberikan injeksi pristane dengan dosis 0.5 mL secara intraperitoneal untuk membuat hewan coba model PIL. Kemudian pada minggu ke-8 setelah injeksi pristane, 3 mencit yang diambil dari masing-masing grup dikorbankan sebagai sampel untuk diukur kadar Anti Nuclear Antibody (ANA) dan proteinuria. Pengukuran tersebut bertujuan untuk menilai keberhasilan pembuatan hewan coba model PIL yang ditunjukkan dengan kadar ANA dan proteinuria yang positif. Kemudian hewan coba dikelompokkan kembali dimana hewan coba pada grup 1 akan menjadi kelompok kontrol negatif (KN) (4 mencit) sedangkan grup 2 dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrol positif (KP), perlakuan 1 (P1), perlakuan 2 (P2) dan perlakuan 3 (P3) yang masing-masing berisi 4 mencit. Pada kelompok P1, P2 dan P3 diberikan perlakuan berupa injeksi vaksin kinoid IL-17A, yaitu protein recombinant IL-17A yang dikonjugasikan dengan Keyhole Limpet Haemocyanin (KLH) dengan metode aldehyde, secara intramuskular dengan dosis vaksin 125 μg/ml pada P1, 250 μg/ml pada P2, dan 500 μg/ml pada P3. Vaksin kinoid IL- 17A diberikan sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke-0, 21 dan 42. Setelah hari ke-60 sejak pemberian vaksin kinoid IL-17A hari pertama, semua mencit dibedah untuk diambil serum dan lien. Jumlah sel plasma pada organ lien diukur menggunakan flow cytometry dengan penanda permukaan CD19+ CD38+. Kadar anti-dsDNA diukur pada serum menggunakan metode sandwich ELISA. Kemudian data dianalisa statistik menggunakan metode one way ANOVA dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mencit yang diinjeksi pristane selama 8 minggu telah menunjukkan kadar ANA dan proteinuria yang yang positif. Jumlah sel plasma diukur menggunakan pemeriksaan flow-cytometry dengan satuan persen (%) pada hasil pengukurannya. Sel plasma merupakan sel yang mengekspresikan CD19+ dan CD38+. Analisis uji beda dilakukan dengan menggunakan One Way Anova, karena terdapat lebih dari 2 kelompok dengan variabel numerik dan memiliki sebaran data yang normal (p=0.108) dan homogen. Pada hasil uji Anova, didapatkan nilai p=0.000. Jumlah sel plasma pada KP (47.09 ± 3.77%) meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan KN (27.71 ± 1.72%, p=0.000). Setelah pemberian vaksin kinoid, terdapat penurunan yang tidak signifikan pada grup P1 (41.62 ± 2.16%, p=0.050) jika dibandingkan dengan grup KP. Penurunan jumlah sel plasma yang signifikan ditemukan pada grup P2 (28.33 ± 1.70%, p=0.000) dan P3 (30.09 ± 2.58%, p=0.000) jika dibandingkan dengan grup KP. Efek dosis vaksin terhadap penurunan jumlah sel plasma yang terbaik adalah dosis P2 (250 μg/ml). Pada P3 (dosis 500 μg/ml) jumlah sel plasma meningkat kembali jika dibandingkan dengan P2. Kadar anti dsDNA pada serum diukur menggunakan ELISA dengan satuan μg/ml pada hasil pengukurannya. Analisis uji beda dilakukan dengan menggunakan One Way Anova, karena terdapat lebih dari 2 kelompok dengan variabel numerik dan memiliki sebaran data yang normal (p=0.726) dan homogen. Pada hasil uji Anova, didapatkan nilai p=0.000. Kadar anti-dsDNA pada serum meningkat secara signifikan pada KP (0.650 ± 0.01) dibandingkan dengan KN (0.517 ± 0.01, p=0.000). Kadar anti-dsDNA menurun pada P1 (0.597 ± 0.02, p=0.005); P2 (0.544 ± 0.16, p=0.000); dan P3 (0.611 ± 0.01, p=0.040) secara signifikan jika dibandingkan dengan KP. Efek dosis vaksin terhadap penurunan kadar anti-dsDNA yang terbaik adalah dosis P2 (250 μg/ml). Pada P3 (dosis 500 μg/ml) kadar anti-dsDNA meningkat kembali jika dibandingkan dengan P2. Korelasi Pearson antara jumlah sel plasma dan kadar anti dsDNA menghasilkan signifikansi p=0.000 yang menunjukan bahwa korelasi antara jumlah sel plasma dan kadar anti dsDNA adalah bermakna dan r= 0.708, menunjukan korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian vaksin kinoid IL- 17A mampu memperbaiki regulasi sistem imun pada mencit model Pristane Induced Lupus (PIL) yang ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah sel plasma pada lien dan kadar anti-dsDNA serum.