Optimasi Pencerahan Warna pada Proses Eco Dyeing Kulit Kelinci menggunakan Variasi Konsentrasi Larutan Basa ditinjau dari Kadar Air, Ketahanan Gosok Cat, Kemuluran dan Suhu Kerut
Main Authors: | Putri, Safhira Ramandani, Dr. Ir. Mustakim, M.P., IPM |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192176/1/Safhira%20Ramandani%20Putri.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192176/ |
Daftar Isi:
- Kulit merupakan hasil samping pemotongan hewan yang telah diusahakan untuk dapat menambah pemasukan bagi negara berupa devisa yang dihasilkan dan penyerapan tenaga kerja pada industri kulit di dalam negeri. Pewarnaan merupakan salah satu proses finishing yang amat menentukan hasil akhir produk baik dari nilai estetika maupun nilai jualnya. Aplikasi zat warna sintetis yang tersebar luas di industri kulit memiliki beberapa efek negatif salah satunya pencemaran lingkungan. Kayu secang merupakan salah satu bahan non sintetik yang dapat digunakan sebagai pewarna alami dan menghasilkan pigmen berwarna merah apabila direbus. Secara tradisional pemanfaatan tanaman secang oleh masyarakat sudah cukup luas. Bagian tanaman secang yang sering digunakan adalah ekstrak kulitnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi larutan basa terhadap optimasi pencerahan warna terhadap proses eco dyeing pada kulit kelinci yang ditinjau dari kadar air, ketahanan gosok cat, kemuluran dan suhu kerut. Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang optimasi pencerahan warna terhadap proses eco dyeing pada kulit kelinci yang ditinjau dari kadar air, ketahanan gosok cat, kemuluran dan suhu kerut. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Karet, Kulit dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta pada tanggal 21 September – 5 Oktober 2021. Materi dalam penelitian ini adalah kulit kelinci jenis New Zealand White sebanyak 20 lembar dan ekstrak kayu secang. Kulit kelinci disamak kemudian dilakukan pewarnaan menggunakan kayu secang yang diekstrak pada suhu 60°C selama 15 menit. Penelitian ini menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan penelitian adalah P0 (dyestuff fuxia 2% sebagai kontrol), P1 (amonia 0,5%), P2 (amonia 1%), P3 (amonia 1,5%) dan P4 (amonia 2%). Variabel yang diamati adalah kadar air, ketahanan gosok cat, kemuluran dan suhu kerut. Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan apabila terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan amonia dalam proses pewarnaan eco dyeing memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan kemuluran, berpengaruh nyata terhadap ketahanan gosok cat dan berpengaruh tidak nyata terhadap suhu kerut. Saran dari penelitian ini yaitu ekstrak kulit kayu secang dapat digunakan sebagai pengganti dyestuff dalam proses pewarnaan kulit untuk mengurangi pencemaran lingkungan, serta pemberian amonia dalam pewarnaan eco dyeing dengan jumlah tertentu dapat meningkatkan optimasi kecerahan warna pada kulit kelinci tersamak.