Penilaian Rapid Entire Body Assessment (REBA) Dari Postur Kerja Pada Sikap Kerja Duduk Sebuah Reviu
Main Authors: | Hermawan, Kiko Krishvandi, Dr. Panji Doeranto,, STP, MP, Andan Linggar R,, STP, MP |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192012/1/Kiko%20Krishvandi%20Hermawan.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192012/ |
Daftar Isi:
- Persaingan antara industri kecil dengan industri menengah maupun besar yang ada semakin ketat. Persaingan tersebut mengakibatkan para pelaku industri berlomba-lomba meningkatkan produktivitasnya terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan sehingga hasil dari proses pengerjaan oleh SDM akan semakin efektif dan meningkatkan pendapatan perusahaan. Berbagai risiko kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada pekerja yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian (Minah, 2014). Menurut Fitrianingsih (2011), posisi duduk yang tidak alamiah (ergonomis), akan mengalami kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan. Penilaian postur kerja dapat dilakukan salah satunya dengan metode REBA. Metode REBA merupakan suatu metode untuk melihat atau menentukan tingkat risiko kerja dan perbaikan kerja berdasarkan skor. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat risiko postur kerja duduk pada aktivitas tunggal dan multi aktivitas berdasarkan penilaian REBA dan mengetahui perbandingan persentase tingkat risiko postur kerja duduk pada aktivitas tunggal dan multi aktivitas berdasarkan penilaian REBA. Bagaimana perbandingan persentase tingkat risiko postur kerja duduk pada aktivitas tunggal dan multi aktivitas berdasarkan penilaian REBA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada persentase risiko rendah sebanyak 3,4% sedangkan aktivitas tunggal tidak ada, persentase risiko sedang multi aktivitas sebanyak 48,3% (lebih kecil) daripada aktivitas tunggal sebanyak 50%, persentase risiko tinggi postur kerja aktivitas tunggal sebnyak 30% (lebih kecil) dibandingkan multi aktivitas sebanyak 41,4% dan persentase risiko sangat tinggi postur kerja multi aktivitas sebanyak 6,9% (lebih kecil) dibandingkan aktivitas tunggal sebanyak 20%.