Alasan Petani Mempertahankan Tebu sebagai Komoditas Usahataninya di Wilayah Kerja PG Krebet Baru
Main Author: | Sa’adah, Binti |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191923/1/binti%20sa%27adah.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191923/2/binti%20sa%27adah.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191923/ |
Daftar Isi:
- Gula adalah salah satu dari sembilan bahan pangan pokok (sembako) masyarakat Indonesia yang wajib Pemerintah jamin ketersediaannya. Industri gula menjadi salah satu agroindustri yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia terkait dengan ketersediaan domestik yang harus dipenuhi oleh Pemerintah untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia. Tebu sebagai bahan baku utama pembuatan gula pasir di Indonesia, produksi dan produktivitasnya selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan minat petani dalam berusahatani tebu. Petani di wilayah kerja PG Krebet Baru, menanggapi hal tersebut tidaklah mengalami efek yang berarti. Pada wilayah kerja PG Krebet Baru, jumlah petani tebu yang menjadi mitra sangatlah banyak dan meningkat dari tahun ke tahun. Dan jika terjadi penurunan pada satu tahun, pada tahun berikutnya akan kembali meningkat secara signifikan. Wilayah kerja PG Krebet Baru terbagi atas wilayah historis dan ekspansi yang tercakup dalam 17 Kecamatan di wilayah Kabupaten Malang dan satu Kecamatan di wilayah Kota Malang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu proses pencarian data dengan cara memahami fenomena sosial yang didasari pada penelitian secara menyeluruh, dibentuk dalam kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah. Dalam penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan berbagai kondisi dan situasi tentang alasan petani di wilayah kerja PG Krebet Baru tetap mempertahankan tebu sebagai komoditas tanamnya di tengah kesenjangan kapasitas giling PG yang terbatas dan harga gula nasional yang tidak menentu, kesulitan yang petani alami dalam berusahatani, serta strategi yang petani terapkan untuk menghadapi kesulitan yang dialaminya. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif dari Miles, Huberman and Saldana dalam Sugiyono (2014). Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode September- Desember 2015. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban hasil wawancara. Bila hasil wawancara setelah dianalisis belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan wawancara lagi pada responden yang telah diwawancarai atau responden lain, sampai pada tahap tertentu, hingga diperoleh data yang dianggap jenuh. Adapun penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: Pertama, faktor internal terdiri atas faktor umur, tingkat pendidikan, keterampilan dan kepemilikan lahan. Dari keempat faktor internal tersebut, faktor keterampilan dan kepemilikan lahan adalah faktor yang paling berpengaruh dan menjadi alasan utama petani dalam mempertahankan tebu sebagai komoditas tanamnya. Faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan sosial, ekonomi dan budaya. Faktor sosial tersebut berasal dari lingkungan petani, baik keluarga, teman maupun kenalan yang mempengaruhi keputusan petani untuk berusahatani tebu dan memutuskan tebu sebagai komoditas tanam utamanya. Faktor ekonomi terdiri atas ketersedianya kredit yang memudahkan petani dalam memulai dan menjalankan ix usahatani tebunya, ketersediaan saprodi dan kepastian pasar dari PG Krebet Baru. Faktor Budaya terdiri atas BL (Bululawang) sebagai varietas unggulan daerah dan tradisi selamatan baik sebelum maupun saat panen pada musim giling, yang dilakukan sebagian besar petani tebu sebagai salah satu ciri khas petani dalam menjalani usahataninya. Kedua, Kesulitan yang petani tebu di wilayah kerja PG Krebet Baru alami adalah rendahnya nilai rendemen tebu dan varietas tanam yang tidak tepat, anomali cuaca yang menyebabkan kurangnya pasokan air untuk irigasi, harga gula yang rendah, dan mahalnya biaya tenaga kerja tebang angkut. Ketiga, Strategi petani dalam menanggulangi kesulitan di atas adalah, menanan varietas masak awal dan masak akhir, membayar lebih untuk ketersediaan air, menjaga nilai rendemen tebu, dan menggunakan tenaga buruh tani terdekat untuk mengurangi pembengkakan biaya