Lubang Resapan Biopori Berkompos Guna Meningkatkan Kapasitas Menahan Air pada Kebun Kopi Di PTPN XII Bangelan, Kabupaten Malang
Main Author: | Hanuf, Atiqah Aulia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191875/1/Atiqah%20Aulia%20Hanuf.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191875/ |
Daftar Isi:
- Produktivitas kopi di PTPN XII Bangelan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Kondisi lahan berlereng dan berliat mengakibatkan limpasan permukaan yang tinggi. Tingginya limpasan permukaan tanah berdampak pada pemadatan tanah dan menurunnya laju infiltrasi tanah. Hal tersebut mempengaruhi ketersediaan air tanah bagi tanaman. Ketersediaan air tanah bagi tanaman dapat ditingkatkan dengan memperbaiki distribusi Pori Air Tersedia (PAT) tanah. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki PAT tanah melalui peningkatan agregasi tanah. Namun aplikasi pupuk organik dihadapkan pada limpasan permukaan atau erosi yang tinggi, sehingga menyebabkan tanah lapisan atas dan pupuk yang diaplikasikan dekat dengan permukaan tanah akan hilang. Aplikasi pupuk organik dengan menggunakan teknologi lubang resapan biopori berkompos dinilai akan meningkatan efisiensi pemupukan. Oleh sebab itu pemanfaatan Lubang Resapan Biopori Berkompos (LRBB) akan berdampak pada peningkatan PAT tanah sehingga kapasitas tanah menahan air meningkat. Bersamaan dengan peningkatan tersebut akan meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pengaruh lubang resapan biopori berkompos pada peningkatan kapasitas tanah menahan air, (2) menganalisis pengaruh jenis kompos pada peningkatan kapasitas tanah menahan air dan (3) menganalisis hubungan antara kandungan bahan organik tanah dengan kapasitas tanah menahan air. Penelitian dilakukan di PTPN XII Kebun Bangelan, Kabupaten Malang pada Maret 2020 – Agustus 2020. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Lokasi penelitian terdapat di Blok 3 nomor kebun 55, luasnya 3,25 ha, kopi robusta umur 66 tahun. Kelerengan lokasi penelitian yaitu 8-10% ke arah selatan. Kategori pohon kopi yang menjadi karakter penelitian adalah kelas B yaitu pada kategori produksi sedang. Penelitian dilakukan dalam rancangan acak kelompok dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan lubang resapan biopori berkompos (LRBB) adalah: (1) P0 (kontrol: non LRBB); (2) P1 (LRBB 30 cm + kompos kotoran kambing); (3) P2 (LRBB 30 cm + kompos kulit kopi); (4) P3 (LRBB 60 cm + kompos kotoran kambing); (5) P4 (LRBB 60 cm + kompos kulit kopi); 6) P5 (LRBB 30 cm dan 60 cm + kompos kotoran kambing); dan (7) P6 (LRBB 30 dan 60 cm + kompos kulit kopi). Data eksperimen diuji dengan F (ANOVA), dan jika signifikan, diuji lanjut dengan DMRT (Duncan’s Multiple Rate Test) pada taraf 5%. Sifat tanah seperti bahan organik tanah, tekstur tanah, porositas total, berat isi, berat jenis, distribusi pori (pori drainase cepat, pori drainase lambat dan pori air tersedia) dan retensi air (pF 0, pF 1, pF 2, pF 2.5, dan pF 4.2) diperoleh dari analisis sampel tanah di laboratorium. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tiga kedalaman tanah yaitu 0-20 cm, 20-40 cm, dan 40-60 cm. Analisis tanaman meliputi indeks SPAD daun kopi dan jumlah daun per pohon kopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi lubang resapan biopori berkompos menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata terhadap perlakuan kontrol. Sifat fisika meliputi berat isi, porositas, permeabilitas, distribusi pori, retensi air dan kandungan bahan organik mengalami peningkatan. Namun, perlakuan dengan lubang resapan biopori berkompos tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Lubang resapan biopori berkompos mampu meningkatkan kapasitas tanah ii menahan air yang berbeda nyata dibandingkan kontrol sebesar, (a) pada kedalaman 0-20 cm dari P0 14.19%volume meningkat menjadi 23.40%volume (P6) dengan peningkatan sebesar 64.88%; (b) pada kedalaman 20-40 cm dari P0 14.97%volume meningkat menjadi 23.88%volume (P2) dengan peningkatan sebesar 59.56% dan (c) pada kedalaman 40-60 cm dari P0 16.31%volume meningkat menjadi 24.65%volume (P6) dengan peningkatan sebesar 51.08%. Peningkatan pori air tersedia menunjukkan bidang resapan air pada tanah semakin meningkat. Lubang resapan biopori berkompos kombinasi 30+60 cm menunjukkan kecenderungan paling tinggi dalam kaitannya dengan perbaikan sifat fisika tanah dan kapasitas tanah menahan air. Kompos kulit kopi dan kompos kotoran kambing tidak berbeda nyata dalam meningkatkan kapasitas tanah menahan air, namun kompos kulit kopi cenderung lebih baik daripada kompos kotoran kambing pada kedalaman 0-60 cm. Peningkatan kapasitas tanah menahan air dipengaruhi oleh perbaikan sifat fisika tanah seperti berat isi, permeabilitas, total pori tanah dan distribusi pori tanah. Lubang resapan biopori berkompos mampu meningkatkan bahan organik tanah. Hubungan signifikan antara kandungan bahan organik tanah dengan kapasitas tanah menahan air, (a) kedalaman 0-20 cm : y= 3.0269x + 12.857; r= 0.702**; (b) kedalaman 20-40 cm : y= 5.0659x + 12.587; r= 0.676**; (c) kedalaman 40-60 cm : y= 5.1928x + 14.672; r= 0.751**. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik tanah yang tinggi juga diikuti dengan kapasitas menahan air yang tinggi. Pada penelitian ini, lubang resapan biopori berkompos perlu dilakukan dalam waktu yang lebih lama agar terlihat hasil yang signifikan dan perbandingan dengan beberapa dosis agar terlihat hasil yang terbaik.