VARIABILITAS KESUBURAN TANAH AKIBAT PENGGUNAAN LAHAN DI DAS MIKRO KALIKUNGKUK, BUMIAJI, BATU
Main Author: | Fitria, Anita Dwy |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191737/1/ANITA%20DWY%20FITRIA.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191737/ |
Daftar Isi:
- Kawasan DAS dibagian hulu umumnya merupakan kawasan yang tersusun oleh penggunaan lahan hutan dan termasuk kedalam wilayah konservasi. Perubahan pola tata guna lahan merupakan hal yang berkembang lama pada kawasan DAS. Kegiatan manusia seperti bercocok tanam dan pemukiman memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas DAS sampai kebagian hilir, tak terkecuali bagi kawasan DAS mikro Kalikungkuk yang berada di wilayah Kecamatan Bumiaji, Batu, Jawa Timur. Beragamnya topografi pada kawasan DAS Kalikungkuk berpengaruh terhadap limpasan permukaan, erosi, bahkan longsor. Sehingga mengakibatkan penurunan daya dukung lahan serta penurunan kesuburan tanah yang memicu degradasi lahan. Berdasarkan hasil evaluasi kelas kemampuan lahan di hulu DAS Brantas dimana di dalamnya terdapat DAS mikro Kalikungkuk sebesar 25,67% kawasan DAS mengalami ketidaksesuaian penggunaan lahan. Ketidaksesuaian penggunaan lahan ini dikarenakan perkembangan sektor pertanian dan pariwisata. Menurut Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur (2009), luasan hutan pada kawasan hulu DAS Brantas dari tahun 2000-2008 mengalami penurunan 80.938 ha menjadi 42.683 ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kesuburan tanah pada penggunaan lahan hutan, agroforestri, semak belukar dan ladang. Serta mengevaluasi tingkat kesuburan. penggunaan lahan tersebut pada berbagai posisi topografi lereng di DAS mikro Kalikungkuk. Penelitian dilakukan dengan metode survei pada empat penggunaan lahanyaituhutan, agroforestri, semak belukar, dan ladang. Masing-masing penggunaan lahan penelitian berada pada tiga posisi topografi yaitu punggung, lereng dan pelembahan. Setiap plot dilakukan tiga kali ulangan, sehingga secara keseluruhan terdapat 36 plot penelitian. Analisis kesuburan tanah dilakukan dengan analisis kimia N total, P tersedia, K-dd, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd, KTK, pH H2O, C organik dan bahan organik tanah. Sedangkan analisis fisika berupa tekstur tanah dan Berat Isi (BI). Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kedalaman 0-10, 10-30, 30-50 dan 50-100 cm. Selain itu, untuk menunjang data C organik dan bahan organik tanah dilakukan pengukuran luas bidang dasar(LBD) pohon dan pengambilan sampel seresah pada masing-masing plot penelitian. Hasil data selanjutnya dilakukan Linear mixed effect model (LME) dengan anova pada taraf 5 % dan jika berbeda nyata dilakukan pengujian dengan uji BNT dengan taraf 5%. Hasil penelitian pengaruh topografi terhadap kesuburan tanah dilakukan pada penggunaan lahan hutan dan semak belukar. Hal tersebut dikarenakan pada hutan dan semak belukar tidak terdapat aktivitas pengolahan tanah seperti pemupukan dan pembuatan teras sehingga pengaruh topografi dapat lebih terlihat. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan sifat kimia tanah antar topografi di berbagai lapisan tanah (0-10, 10-30, 30-50, dan 50-100 cm) di lahan hutan, kecuali N total (di kedalaman 10-30 cm) dan K-dd (di kedalaman 10-30 dan 30-50 cm). Di sisi lain, sifat fisika tanah seperti bobot isi (BI) berbeda nyata antar topografi di kedalaman 0-10 dan 10-30 cm, dan persentase fraksi pasir, liat dan debu berbeda nyata p<0,05 antar topografi pada semua i kedalaman pengambilan sampel tanah (0-100 cm). Sedangkan di lahan semak belukar, analisis data menunjukkan bahwa topografi tidak berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisika diseluruh kedalaman tanah. Oleh karena itu, analisis perbedaan kesuburan tanah antar penggunaan lahan dilakukan pada semua topografi. Hasil analisa data menunjukkan bahwa pengaruh perbedaan penggunaan lahan (hutan, agroforestri, semak belukar, dan ladang) berbeda nyata (p< 0,001) pada hara C organik dan bahan organik tanah pada kedalaman 0-10, 10-30 dan 50-100 cm. Selain itu N total, P tersedia dan K-dd berbeda nyata (p< 0,05) diseluruh kedalaman. Hutan kedalaman tanah 0-10 cm memiliki pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan ladang, Ca-dd yang lebih tinggi pula dibanding dengan agroforestri dan semak belukar, serta kandungan Na-dd lebih tinggi 6 kali pada lahan hutan dibandingkan dengan semak belukar dan ladang. Pada penelitian ini kesuburan tanah kedalaman 0-10 cm sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan dimana komposisi tutupan lahan menunjukkan korelasi positif berpengaruh nyata dengan koefisien r tabel diatas 0,3862 pada hara C organik, N total, pH dan KTK. Dalam hal ini secara umum dapat diketahui bahwa ladang memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan dengan hutan. Namun, tidak mungkinnya pengembalian lahan menjadi hutan, maka dibutuhkan alternatif pengelolaan lahan yang tetap menguntungkan bagi petani. Agroforestri memiliki kesuburan yang hampir sama dengan hutan, sehingga dapat menjadi pilihan pengelolaan lahan bagi petani di kawasan DAS mikro Kalikungkuk agar tetap berkelanjutan.