Strategi Mitigasi Risiko Rantai Pasok Gula Dengan Metode House Of Risk (Studi Kasus Di Pabrik Gula Kebon Agung
Main Authors: | Ulum, Faisal Bachrul, Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP, Riska Septifani, STP. MP. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191695/1/0520100081%20-%20Faisal%20Bachrul%20Ulum.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191695/ |
Daftar Isi:
- Perkembangan penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan berpengaruh pada peningkatan akan kebutuhan gula bagi masyarakat. Namun petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan tebu tersebut baik secara kuantitas maupun kualitas. Kebutuhan masyarakat terhadap gula akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya belinya. Gula hampir tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan pokok di Indonesia. Konsep supply chain management merupakan konsep baru yang melihat seluruh aktifitas perusahaan adalah bagian terintegrasi. Dalam hal ini integrasi perusahaan pada bagian hulu (upstream) dalam menyediakan bahan baku dan integrasi pada bagian hilir (downstream) dalam proses distribusi dan pemasaran produk. Tujuan penelitian ini adalah identifikasi agen risiko dan menentukan strategi penanganan terhadap risiko kategori prioritas, sehingga mengurangi risiko yang terjadi dan pasokan bahan baku tebu hingga proses produksi gula yang ada di PG. Kebon Agung berjalan dengan optimal. Penelitian ini dilakukan di PG Kebon Agung di Kota Malang bulan Januari - April 2019. Responden penelitian ini adalah dua orang petani dan dua pekerja PG Kebon Agung yang terdiri dari satu orang bagian tanaman dan satu orang bagian pabrikasi. Pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner dan wawancara. Metode identifikasi risiko dan penilaian menggunakan metode House Of Risk (HOR) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada manajemen rantai pasok pada PG. Kebon Agung terdapat 27 kejadian risiko dan 33 agen risiko. Dari 27 agen risko dipilih 1 agen risiko potensial yang perlu segera ditangani berdasarkan ix diagram pareto pada tiap rantai pasok yaitu petani dan pabrik. Agen risiko tersebut yaitu kurangnya tenaga kerja dan kesalahan dalam perawatan mesin dengan nilai ARP sebesar 889 dan 1882. Setelah diperoleh agen risiko yang perlu ditangani maka dapat dilakukan perancangan strategi mitigasi risiko. Terdapat 3 urutan strategi mitigasi risiko yang diusulkan pada manajemen rantai pasok gula di PG. Kebon Agung, pada petani yaitu membenahi upah tenaga kerja, menambah jumlah mesin dan melakukan tenaga kerja tebang sendiri sedangkan pada pabrik, mitigasi risiko yang dilakukan adalah melakukan pengendalian mesin secara bertahap, memberikan pelatihan dan pengembangan pada tenaga kerja, menambah tenaga kerja yang berpengalaman