Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Karakterisasi Serat Kersen (Muntingia Calabura) Sebagai Penguat Komposit

Main Authors: Putri, Thesya Marlia, Dr. Femiana Gapsari, S.T., M.T., Francisca Gayuh Utami Dewi, S.T., M.T.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191477/1/THESYA%20MARLIA%20PUTRI.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191477/
Daftar Isi:
  • Teknologi ramah lingkungan yang semakin banyak digemari untuk diteliti salah satunya adalah komposit berpenguat serat. Meskipun terdapat dua jenis serat yang dapat digunakan sebagai penguat, namun serat yang paling sesuai dengan sifat ramah lingkungan adalah serat alam. Beberapa serat alam telah diteliti sebelumnya, namun pada penelitian kali ini yang menarik perhatian adalah serat kersen (Muntingia calabura) yang memiliki karakteristik batang yang mudah kering, elastis, dan lunak. Alkalisasi merupakan salah satu perlakuan kimia yang banyak dilakukan pada serat alam. Karakteristik serat alam akan ditingkatkan melalui proses alkalisasi. Sebelum melalui proses alkalisasi serat akan direndam selama 10 hari dengan tujuan untuk memisahkan serat dengan kulitnya. Selanjutnya, serat harus dikeringkan pada suhu ruangan berkisar antara 24-30°C selama 24 jam. Variasi serat tanpa perlakuan dapat langsung diuji kerakterisasi, sedangkan sisanya akan diberi perlakuan alkalisasi. Proses alkalisasi menggunakan NaOH yang sudah dilarutkan dengan akuades 1000 mL. Dalam proses alkalisasi harus diperhatikan persentase konsentrasi dari berat NaOH, yaitu : 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% (%wt). Serat kersen yang telah dimasukkan ke dalam larutan NaOH harus ditunggu selama 2 jam. Setelah 2 jam, keringkan serat selama 24 jam pada suhu ruang (23-30°C). Selanjutnya serat akan diuji tarik, uji komposisi, FTIR, XRD, dan TGA, uji kekasaran permukaan, dan SEM. Kekuatan tarik serat tunggal semakin meningkat sebanding dengan peningkatan kekuatan tarik komposit sebesar 25,03 MPa pada perlakuan alkalisasi 8%. Hal ini diakibatkan karena kandungan selulosa yang semakin banyak pada serat, sebesar 40,41%. Kadar selulosa yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan kadar lignin, hemiselulosa dan zat pengotor pada serat yang semakin menurun pada hasil FTIR. Selain itu, peningkatan selulosa juga menyebabkan indeks kristalinitas serat meningkat sampai 43,24%. Indeks kristalinitas mempengaruhi persentase jumlah berat serat yang hilang. Dibuktikan melalui uji TGA, semakin sedikit persentase berat serat yang hilang maka semakin tinggi resistensi termalnya. Permukaan serat yang mengalami perlakuan juga menjadi lebih kasar. Kekasaran permukaan ini akan menyebabkan mechanical interlocking antar serat yang semakin baik.