Peran Hypoxia-Inducible Factor (HIF)-1α dan Cluster Differentiation (CD)11b pada Patogenesis Mencit Model Malaria Serebral
Main Author: | Runtuk, Kresna Septiandy |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191243/1/KRESNA%20SEPTIANDY%20RUNTUK.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191243/ |
Daftar Isi:
- Malaria serebral merupakan manifestasi otak dari malaria berat. Studi in vivo yang banyak digunakan adalah mencit dengan galur C5B7L/6 yang diinfeksi dengan P. berghei ANKA. Model malaria berat ini dapat digunakan untuk pembelajaran patogenesis maupun pengembangan obat.Pada malaria serebral terjadi hipoksia otak oleh karena sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium sehingga menyebabkan obstruksi sirkulasi. Hypoxia-inducible factor 1 (HIF-1) merupakan faktor transkripsi yang aktif akibat kurangnya suplai oksigen pada suatu sel. Hypoxia-inducible factor 1 (HIF-1) akan mengaktifkan respon sel termasuk mikroglia terhadap transkripsi gen seperti Reactive Oxygen Species (ROS) dan gen mediator proinflamasi. Aktivasi sel mikroglia seperti aktivasi sel fagosit yang aktif ditandai dengan ekspresi dari CD11b. CD11b merupakan molekul integrin yang dimiliki terutama oleh leukosit yang memiliki efek penting dalam proses imun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran HIF-1α dengan CD11b pada patogenesis mencit model malaria serebral dengan tujuan khusus mengetahui pengaruh infeksi P. berghei ANKA terhadap ekspresi HIF-1α dan ekspresi CD11b, serta hubungan ekspresi HIF-1α dengan CD11b. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni (true experimental design) di laboratorium secara in vivo. Penelitian ini membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol adalah kelompok mencit tanpa diinokulasi Plasmodium berghei ANKA dan kelompok perlakuan adalah kelompok mencit dengan inokulasi P. berghei ANKA. Jumlah mencit yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 ekor. Secara garis besar mencit perlakuan diinfeksi dengan P. berghei ANKA dan dilakukan pengamatan derajat parasitemia dan parameter klinis tiap hari. Setelah hari ke- 7 pascainfeksi dilakukan pembedahan mencit dan pengambilan sampel berupa otak lalu dilakukan pembuatan sediaan histoPA pewarnaan HE dan imunohistokimia dengan antibodi monoklonal HIF-1α (Santa cruz, sc-53546) dan CD11b (Biolegend, 101202). Dari hasil pengamatan P. berghei ANKA terhadap HIF-1α didapatkan perbedaan yang signifikan antar kelompok infeksi (p=0.001). Selain itu didapatkan korelasi sedang parasitemia dengan HIF-1α (r=0.662) serta terdapat korelasi kuat antara skor klinis mencit terhadap HIF-1α (r=0.855). Dari hasil pengamatan terhadap CD11b tidak didapatkan perbedaan antar kelompok (p=0.096). Didapatkan korelasi lemah antara parasitemia dengan CD11b (r=0.496). Tidak terdapat korelasi antara skor klinis dengan CD11b (r=0.362). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara HIF-1α dan CD11b (r=0.220). Plasmodium berghei ANKA meningkatkan ekspresi HIF-1α tetapi tidak pada ekspresi CD11b mencit model malaria serebral. Tidak terdapat hubungan ekspresi HIF-1α dengan CD11b pada mencit model malaria serebral. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan marker aktivasi mikroglia yang lebih banyak untuk mengetahui apakah HIF-1α benar-benar berpengaruh terhadap aktivasi mikroglia. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai polaritas mikroglia yang mengalami aktivasi dan hubungannya dengan CD11b.