Pengaruh Pemberian Kukis Terapi Berbahan Baku Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.), Pra Kecambah Kedelai (Glycine Max) Dan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Status Gizi Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar) Model Kurang Energi Protein
Main Author: | Mudita, Dhaniar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190856/1/DHANIAR%20MUDITA.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190856/ |
Daftar Isi:
- Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam jangka waktu yang lama. KEP paling kritis terjadi pada usia balita. Di tingkat komunitas, penanganan balita KEP memakai formula makanan terstandar WHO yang dikenal sebagai Ready to Use Therapeutical Food (RUTF). Formulasi RUTF terstandar dengan bahan pangan local sangat didukung oleh UNICEF untuk menjamin keberlanjutan penanganan KEP secara efektif dan efisien. Kukis kacang tanah, salah satu jenis kukis tradisional Indonesia, berasal dari bahan makanan yang mudah didapat dan mengandung tinggi energi, lemak dan protein sesuai dengan karakteristik RUTF. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (a) membuat kukis terapi dengan energi dan protein sesuai standar WHO dengan pemrograman linier, (b) menguji sifat fisik, kimia, mikrobiologi dan organoleptik, (c) uji in vivo untuk mengetahui pengaruh pemberian kukis terapi terhadap tikus putih model KEP dengan menggunakan diet kontrol RUTF komersial (BP100). Program linier menunjukan bahwa tekstur kukis yang dihasilkan tidak tercapai sehingga dilakukan penyesuaian komposisi bahan dengan tetap mempertahankan fungsi tujuan nilai energi sebesar 520-550 ± 10%. Komposisi 50% kacang tanah, 15% pra kecambah kedelai, 15% gula halus, 5% minyak kedelai, 5% minyak kelapa, 5% tepung daun kultivar merah dan 5% putih telur mencapai fungsi tujuan, yakni biaya produksi 6 kali lebih rendah dari BP100 dan densitas energi 569,2 kkal, protein 20,77%, lemak 38,32%, karbohidrat 35,31%. Sifat fisik kukis terapi: renyah, kering, mudah dipatahkan, berwarna hijau, berbentuk koin silinder. Penyimpanan kukis terapi setelah 7 hari mengalami kontaminasi coliform. Secara keseluruhan penerimaan panelis terhadap kedua sampel berbeda signifikan, panelis menyukai produk kukis terapi dan tidak menyukai BP100. Kukis terapi memberikan efek perbaikan gizi pada tikus putih model KEP. Parameter mutu protein berdasarkan keseimbangan nitrogen (nilai biologis, daya cerna dan Net Protein Utilization (NPU)) menunjukkan bahwa kukis terapi lebih mudah dicerna daripada BP100, dan ditunjang oleh data profil hematologi dan histopatologi yang lebih baik. Perbaikan tersebut diakibatkan oleh kandungan protein yang mudah cerna, profil antioksidan (fenol dan vitamin C) dan zat gizi mikro (Mg). Hasil perhitungan mutu protein berdasarkan pertambahan berat badan (Feed Convertion Ratio (FCR), Protein Efficiency Ratio (PER), dan Net Protein Ratio (NPR)) kelompok tikus KEP-diet BP100 lebih tinggi daripada kukis terapi, disebabkan kandungan karbohidrat ransum BP100 lebih tinggi dan kemungkinan terjadi mekanisme de novo lipogenesis yang mengakibatkan pertambahan berat badan yang lebih tinggi pada kelompok KEP-diet BP100. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa kelompok tikus normal yang diberi diet kukis terapi menunjukkan status gizi yang lebih baik daripada tikus normal dengan diet normal.