Respon Protein Metallothionein Pada Keong Tutut (Filopaludina Javanika V.D Busch 1844) Terhadap Penurunan Kadar Pb Dengan Cara Penggelontoran

Main Author: Aminin, -
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190795/1/AMININ%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190795/
Daftar Isi:
  • Keong Tutut (Filopaludina javanika v.d Busch 1844) di sungai dan tambak jumlahnya mencapai 10 – 100 individu/ m2 serta hampir bisa didapati sepanjang tahun. Keong tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi itik yang dipelihara serta dapat dikonsumsi manusia. Namun demikian dari hasil penelitian sebelumnya didapati bahwa pada tanah sawah di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan mengandung kadar Pb : 0,67 mg/kg kadar ini paling tinggi dibandingkan dengan Pb beberapa kecamatan yang ada di Kabuapaten Lamongan seperti kecamatan Laren (0,56 mg/kg), Karanggeneng (0,44 mg/kg) dan Kedungpring (0,19 mg/kg). Kadar Pb pada keong tutut di Kecamatan Glagah terukur paling tinggi sebesar 4.48 mg/kg. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar Pb pada Keong Tutut, Mendapatkan respon Metallothionein terhadap penurunan kadar Pb, menganalisa histologi “Whole organ” pada Keong Tutut sebelum dan sesudah proses depurasi, dengan metode penggelontoran, perendaman dan perendaman dengan ganti air. Penelitian disusun menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan 3 ulangan, P1(penggelontoran 6 jam), P2 (penggelontoran 12 jam), P3 (penggelontoran 18 jam) dan P4 (Penggelontoran 24 jam). Penggelontoran 24 jam menurunkan Pb terbanyak sebesar 53,2 % dari 2,65 ppm turun menjadi 1,24 ppm sedangkan penurununan terendah pada penggelontoran 6 jam dengan penurunan sebesar 7,2 %. Kadar Pb pada Keong sudah berada dibawah ambang batas yang ditetapkan BPOM (2009), Perikanan (DKP) No: Kep 20/Men/2004, SK Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989, batas cemaran logam berat dalam bahan pangan sebesar 1,5 ppm sehingga aman dimanfaatkan sebagai pakan itik dan dikonsumsi manusia. Proses depurasi dengan metode penggelontoran menurunkan kadar Pb pada “Whole organ” keong dan meningkatkan Kadar Metallothionein. Kadar Metallothionein P1 sebesar (0,826 ng/m), P2 (1,035 ng/m), P3 (0,950 ng/m) dan P4 (1,376 ng/m). Hasil uji anova rerata kadar MT menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata. Penggelontoran selama 24 jam menyisakan kadar Pb pada daging keong sebesar 1,24 ppm sehingga menyebabkan kadar MT tinggi. Kadar logam selain Pb pada keong diduga bertambah dari air media yang digunakan untuk penggelontoran karena air tersebut mengandung Seng sebesar 0,05 ppm dan Fe 0,02 ppm sehingga kadar MT trennya terus mengalami peningkatan. Hasil skoring kerusakan jaringan sebelum dan sesudah penggelontoran menunjukkan kondisi histologi relative sama. Nilai kerusakan jaringan sangat rendah berkisar 0 – 6,1%. Hasil pengamatan kerusakan jaringan keong tutut berupa Edema, Hyperplasia dan Vakuolasi.