Analisis Pengendalian Kualitas Pupuk Organik Fermentasi Kotoran Sapi Dengan Menggunakan Metode Six Sigma DMAIC Dan Quality Function Deployment (QFD) (Studi Kasus Di UKM Takashima, Kalijati, Subang)
Main Authors: | Keloko, Hana Suryanita, Dr. Siti Asmaul Mustaniroh,, STP, MP, Andan Linggar Rucitra,, STP, MP |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190585/1/HANA%20SURYANITA%20KELOKO.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190585/ |
Daftar Isi:
- UKM Takashima merupakan salah satu UKM di Desa Marengmang, yang memproduksi pupuk organik fermentasi kotoran sapi. UKM harus mempertahankan kualitas produk dan melakukan inovasi berkelanjutan untuk menghasilkan produk yang berdaya saing dengan UKM maupun industri besar dalam satu jenis bidang usaha. Permasalahan yang terdapat di UKM Takashima terkait kerusakan kemasan. Jenis kerusakan kemasan yang terjadi seperti kemasan pecah, jahitan tidak sempurna, kemasan bocor, dan sablon kemasan yang kurang baik. Tingkat kerusakan kemasan yang mencapai 12,39% akan berdampak pada biaya produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecacatan pada pupuk organik kotoran sapi dengan metode six sigma DMAIC namun hanya sebatas memberikan usulan perbaikan untuk mengetahui tingkat kepuasan, kebutuhan konsumen, dan kemungkinan pengembangan produk berdasarkan analisis QFD. Metode six sigma DMAIC yang terdiri dari tahapan define yaitu membuat diagram SIPOC dan diagram pareto, measure yaitu membuat peta kendali dan menghitung nilai DPMO yang dikonversi ke dalam bentuk six sigma, analyze yaitu membuat diagram sebab akibat, dan improve dilakukan dengan metode Quality Function Deployment (QFD) yaitu mencari tahu terkait apa yang dikehendaki oleh konsumen sebagai bahan pengembangan produk. Kriteria responden pada penelitian ini berumur 17-65 tahun dan pernah menggunakan pupuk organik padat minimal 2 kali dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Variabel yang digunakan yaitu kemasan berupa kemasan pecah, jahitan tidak sempurna, bocor, dan sablon kemasan buram. Hasil penelitian menggunakan six sigma DMAIC yang terintegrasi dengan Quality Function Deployment (QFD). Pada tahap define diagram pareto jumlah kumulatif kerusakan kemasan pecah, jahitan tidak sempurna dan bocor mencapai 92%. Tahap measure diperoleh nilai final yield proses pengemasan sebesar 87,60%, DPMO sebesar 123.976 dengan konversi nilai sigma sebesar 2,76 yang menunjukkan bahwa produksi UKM Takashima masih berada pada tingkatan cukup baik dimana tingkat pencapaian standar industri berada pada level sigma 2-3 dan standar dunia diatas 3. Tahap analyze, menggunakan diagram fishbone terdapat faktor penyebab kerusakan kemasan pecah, jahitan tidak sempurna, dan kemasan bocor yaitu material, manusia, metode, dan lingkungan. Pada tahap improve terintegrasi dengan metode QFD diperoleh bobot atribut kepuasan yaitu atribut kepuasan pelanggan secara berurutan adalah kemasan kuat dan tidak mudah sobek (4,32), kelengkapan informasi pada kemasan (4,28), warna dan logo mudah diingat (4,28), kemasan tidak tembus air (4,24), kemasan bisa didaur ulang (4,2), dan harga ekonomis (4,16). Usulan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya kemasan cacat di UKM Takashima yaitu mengganti bahan kemasan menjadi polyetilen (PE) karena lebih kuat dan tidak mudah sobek dibandingkan kemasan sebelumnya dan peningkatan monitoring perlu diperhatikan agar mengurangi terjadinya kerusakan pada proses pengemasan.