Pengaruh Penambahan Calcidifier Dan Probiotik Sebagai Feed additive Terhadap Penampilan Produksi Itik Petelur Mojosari

Main Authors: Rahayu, Amelia Puji, Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M. Sc., IPU., ASEAN Eng.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190462/1/Amelia%20Puji%20Rahayu.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190462/
Daftar Isi:
  • Kebutuhan pangan asal hewani cenderung meningkat setiap tahunnya. Salah satu jenis protein hewani yang mudah untuk didapatkan oleh seluruh kalangan masyarakat dan dengan harga murah adalah telur. Itik merupakan salah satu ternak yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan protein asal hewani berupa telur. Hal ini dikarenakan tingkat produktivitasnya yang tinggi hingga mencapai 250 butir/ekor/tahun. Keunggulan lainnya dari ternak itik adalah lebih tahan terhadap penyakit dan pertumbuhan yang cepat. Namun biaya pakan yang mahal mencapai 60-70 % dari biaya produksi menjadikan peternakan itik sulit berkembang. Umumnya para peternak menggunakan antibiotic growth promotor (AGP) untuk dapat menekan biaya produksi pakan. AGP yang digunakan pada ternak, dapat meningkatkan efisiensi pakan pada ternak, sehingga biaya pakan yang dikeluarkan lebih sedikit. Dewasa ini, pemerintah telah membuat peraturan terkait pelarangan penggunaan antibiotik sebagai feed additive pada ternak. Hal ini dikarenakan antibiotik dapat menimbulkan resistensi pada ternak dan residu kimia yang membahayakan bagi konsumen. Pelarangan pengunaan AGP berdampak pada peternakan itik petelur. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti antibiotik dengan feed additive lain seperti sumber acid (acidifier) dan probiotik. Acidifier sebagai feed additive berfungsi untuk menjaga keasaman pH sehingga dapat menekan pertumbuhan bakteri pathogen dalam saluran pencernaan. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan tanaman dengan berbagai macam kandungan asam organik yang cukup kompleks seperti asam asetat, asam sitrat dan asam format serta zat aktif flavonoid, polifenol, tanin dan saponin, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai acidifier. Selain itu, penambahan probiotik dapat membantu menyeimbangkan jumlah bakteri baik yang terdapat pada saluran pencernaan itik. Jumlah bakteri baik yang seimbang dapat membantu penyerapan nutrisi pakan lebih optimal. Penambahan mineral calcium dalam campuran feed additive dapat membantu peningkatan kualitas telur yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan mineral calcium sangat dibutuhkan dalam pembentukan kerabang telur. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan calcidifier dan probiotik sebagai feed additive terhadap penampilan produksi itik petelur Mojosari. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membantu para peternak mengatasi permasalahan dalam efisiensi pemanfaatan pakan dalam produksi telur itik mojosari. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi batas ukur penggunaan calcidifier dan probiotik yang tepat untuk itik petelur mojosari serta menjadi referensi bagi akademisi terkait penggunaan calcidifier dan probiotik sebagai feed additive. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2021 di Peternakan Itik Petelur Panggah Lancar milik Bapak Sunarko di Desa Sawahan Kecamatan Turen Kabupaten Malang Jawa Timur dan Laboratorium Pakan Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Itik Petelur Mojosari berumur ± 7 bulan sebanyak 100 ekor. Itik Petelur Mojosari diberi pakan basal yang diformulasikan oleh peternak dengan level penambahan berbeda. Pakan basal yang digunakan tersusun dari dedak, konsentrat dan nasi aking. Pakan perlakuan diberikan setiap pagi dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan dengan metode restricted feeding sebanyak 160 gram/ekor/hari. Air minum diberikan secara ad-libitum dan diganti pada pagi dan sore hari. Penelitian terdiri dari 5 perlakuan yaitu pakan kontrol (P0), pakan basal + 0,2 % calcidifier+probiotik (P1), pakan basal + 0,4 % calcidifier+probiotik (P2), pakan basal + 0,6 % calcidifier+probiotik (P3), pakan basal + 0,8 % calcidifier+probiotik (P4). Variabel yang diamati pada penelitian ini yakni konsumsi pakan, hen day production, feed convertion ratio, egg mass, mortalitas dan income over feed cost. Data penelitian kemudian di analisis penggunakan analysis of variance (ANOVA) dari rancangan acak lengkap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan calcidifier dan probiotik sebagai feed additive terhadap penampilan produksi itik petelur mojosari berpengaruh tidak nyata (P>0.05) pada variabel konsumsi pakan, hen day production (HDP), feed convertion ratio (FCR), egg mass, mortalitas dan income over feed cost (IOFC). Rataan perlakuan P1 dengan level penambahan 0,02 % memiliki hasil paling baik pada seluruh variabel yang diamati. Rataan tertinggi pada konsumsi pakan yakni pada perlakuan P1 sebesar 159,93±0,12 g. Rataan tertinggi HDP pada perlakuan P1 sebesar 80,89±0,09 %. Rataan terbaik FCR pada perlakuan P1 sebesar 3,0±0,14. Rataan tertinggi egg mass pada perlakuan P1 sebesar 53,33±2,46 g. Rataan terendah mortalitas terjadi pada perlakuan P1, P2 dan P3 sebesar 0±0.0 %. Rataan tertinggi IOFC pada perlakuan P1 sebesar 8.048±3669 Rp/ekor. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan calcidifier dan probiotik sebagai feed additive hingga level 0,8 % dalam pakan itik petelur mojosari tidak dapat meningkatkan penampilan produksi Itik Petelur Mojosari yang diamati melalui variabel konsumsi pakan, hen day production, feed convertion ratio, egg mass, mortalitas dan income over feed cost.