Pengaruh Perceived Organizational Support dan Organizational Culture Terhadap Work-Life Balance, Employee Engagement dan Psychological Outcomes

Main Authors: Andra, Resti Syafitri, Dr. Hamidah Nayati Utami, S.Sos., M.Si, Tri Wulida Afrianty, S.Sos., M.Si., MHRM., Ph.D
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190297/1/Resti%20Syafitri%20Andra.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190297/
Daftar Isi:
  • Persaingan yang tinggi dalam industri bisnis membuat organisasi harus terus meningkatkan kinerjanya. Dalam upaya meningkatkan kinerja, organisasi membutuhkan karyawan yang memiliki keterikatan yang tinggi agar dapat meningkatkan kinerja organisasi. Namun dalam kehidupan, karyawan tidak hanya menghadapi tuntutan dari perusahaan, tetapi juga dari segala aspek dalam kehidupannya. Situasi ini pada akhirnya membuat karyawan menjadi lebih mudah terkena stres yang dapat berpengaruh pada fokus kerja dan kesehatan mental mereka dalam jangka panjang jika tidak diselesaikan. Salah satu dukungan yang dapat diberikan oleh organisasi adalah dengan memfasilitasi work-life balance yang didukung juga oleh budaya organisasi yang ramah terhadap kebijakan tersebut. Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di industri manufaktur, PT. Incasi Raya Indrapura Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Delapan puluh karyawan milenial dipilih dengan menggunakan metode sensus. Dengan kriteria populasi dalam penelitian ini terdiri dari (1) karyawan yang bekerja di atas 40 jam dalam seminggu, (2) karyawan yang lahir pada 1981-1996 (Milenial), dan (3) Telah bekerja minimal satu tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan observasi. Kemudian dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling-Partial Least Square (SEM-PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived organizational support dan organizational culture memiliki pengaruh terhadap work-life balance, employee engagement dan psychological outcomes. Hal ini diketahui dari nilai thitung yang lebih besar dari t-tabel (1,984) serta nilai p-value menunjukkan nilai kurang dari 0,05 yang berarti signifikan. Namun untuk hipotesis kedua ditemukan bahwa pengaruh organizational culture terhadap work-life balance tidak signifikan. Hal ini dapat dikarenakan SOP yang diterapkan pada PT Incasi Raya Inderapura, yang dalam pelaksanaanya bersifat mengikat dan kaku tidak sejalan dengan fokus WLB pada penelitian ini yang lebih fleksibel. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah organisasi yang memiliki budaya, kebijakan dan praktik yang mendukung pelaksanaan work-life balance dengan lebih baik, maka akan cenderung membuat karyawan memiliki persepsi positif tentang organisasi dan melihat organisasi membantu mereka dalam mengelola peran dan aktivitas pekerjaan dan kehidupan mereka. Sehingga meningkatkan keterikatan kerja karyawan dan memperbaiki kesehatan mental karyawan ke arah yang lebih baik.