Magister Manajemen Pendidikan Tinggi Universitas Brawijaya Malang

Main Authors: Hakim, Athrusy Robiul, Dr. Siti Rochmah,, M.Si.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190134/1/ATHRUSY%20ROBIUL%20HAKIM.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190134/
Daftar Isi:
  • BAN-PT kembali mengeluarkan standar yang terbaru yaitu IAPS 4.0. IAPS 4.0 mempunyai 9 kriteria penilaian. Penilaian ini menggantikan kriteria terdahulu yang mencakup 7 kriteria (IAPS 3.0). Terdapat perbedaan mendasar yang ada di IAPS 3.0 dan IAPS 4.0. Perbedaan mendasar IAPS mengakibatkan peringkat akreditasi tidak setara. Sementara itu sifat wajib akreditasi nasional ini menjadikan Universitas Brawijaya harus menyesuaikan kebijakan dan pengelolaan perguruan tinggi untuk pemenuhan persyaratan akreditasi nasional. Maka diperlukan adanya singkronisasi antara SPMI dan SPME agar pengembangan mutu secara berkelanjutan atau Continous Quality Improvement (CQI) dapat terus berjalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan dari: 1) Bagaimana pelaksanaan Instrumen Akreditasi Program Studi versi 4.0 (IAPS 4.0) di Universitas Brawijaya? 2) Bagaimanakah evaluasi pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di Universitas Brawijaya? 3) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di Universitas Brawijaya? Penelitian ini adalah penelitian studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data diambil dari wawancara, obserservasi dan dokumentasi. Adapun yang dijadikan rujukan oleh penulis adalah teori Provus’s Discrepancy Evaluation Model (DEM). model evaluasi yang membandingkan antara apa yang ada pada standar dengan apa yang terjadi di lapangan sehingga dapat ditemukan kesenjangan. Hasil dari penelitian ini yaitu, 1) Pelaksanaan IAPS 4.0 di Universitas Brawijaya dilaksanakan dengan berbasis Total Quality Management (TQM) sebagai konsep penjaminan mutu yang berkelanjutan 2) Evaluasi SPMI menggunakan Discrepancy Evaluation Model (DEM) untuk memenuhi dan melampaui dari SNDikti khususnya untuk kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta output-outcome based. 3) Faktor pendukung dan penghambat dipetakan melalui konsep TQM. Faktor pendukung yaitu bantuan dana dari pihak kampus yang sangat membantu dan dukungan dari pihak rektorat dalam proses akreditasi. Sementara faktor penghambat adalah kegiatan rutin Tri Dharma Perguruan Tinggi yang belum bisa diatur dengan baik dan Pandemi Covid-19 yang menyebabkan komunikasi dan koordinasi terhambat. Penelitian mengenai akreditasi IAPS 4.0 ini memang sangat menarik untuk diteliti karena IAPS 4.0 adalah kebijakan yang baru bagi program studi yang ingin alih status peringkat akreditasi menjadi terakreditasi Baik, Baik Sekali maupun Unggul.