Ekstraksi Mannan Oligosakarida (Mos) Hasil Fermentasi Campuran Bungkil Inti Sawit Dan Onggok Sebagai Prebiotik Dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging
Main Author: | Nurhayati, - |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190131/1/Nurhayati%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190131/ |
Daftar Isi:
- Mannan Oligosakarida (MOS) telah digunakan sebagai feed additive alami (prebiotik) dalam pakan unggas menggantikan antibiotik yang sudah dilarang penggunaannya di Indonesia sejak 1 Januari 2018. Pelarangan penggunaan antibiotik tersebut berkaitan dengan efek negatif antibiotik yaitu terjadinya resistensi bakteri patogen yang membahayakan ternak dan manusia. Mannan oligosakarida yang tersedia di pasar saat ini berasal dari dinding sel luar Saccharomyces cerevisiae yang ketersediaannya masih impor di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mencari alternatif bahan sumber MOS yang tersedia di Indonesia, seperti bungkil inti sawit (BIS). Bungkil inti sawit berpotensi sebagai sumber MOS karena kandungan utama dari serat kasarnya adalah hemiselulosa yang mengandung mannan sekitar 58%. Namun untuk mengekstrak MOS dari BIS yang mempunyai struktur kimia serat kasar komplek diperlukan kerja enzim dengan melibatkan peran mikrobiologi melalui proses fermentasi dengan Aspergillus niger. Aspergillus niger dapat memproduksi berbagai macam enzim pendegradasi serat kasar BIS seperti selulase, hemiselulase, mannanase, galaktosidase dan glukosidase. Produksi enzim yang maksimal dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan Aspergillus niger yang optimal. Pertumbuhan dan perkembangan Aspergillus niger yang optimal dapat dipacu dengan menambahkan sumber pati (onggok) dalam proses fermentasi BIS sehingga menghasilkan enzim yang maksimal untuk mendegradasi serat kasar BIS dan menghasilkan MOS yang maksimal. MOS mampu mengaglutinasi bakteri patogen. Aglutinasi terjadi karena bakteri patogen mempunyai fimbriae tipe-1 yang sensitif melekat pada MOS. Terjadinya aglutinasi dapat menghambat kolonisasi bakteri patogen yang berdampak pada peningkatan rasio bakteri non patogen terhadap bakteri patogen, sehingga terjadi keseimbangan mikroflora yang menyehatkan saluran pencernaan ayam pedaging. Kondisi ini dapat meningkatkan proses pencernaan dan penyerapan nutrisi pakan dan pada akhirnya meningkatkan penampilan produksi ayam pedaging. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mendapatkan rasio BIS-onggok dan waktu inkubasi yang optimal dalam menghasilkan MOS yang maksimal, 2) untuk mendapatkan dosis penggunaan MOS yang optimal dalam menurunkan bakteri patogen (Salmonella sp. and Echerichia coli) dan meningkatkan bakteri non patogen (Lactobacillus sp.) pada pengujian secara in vitro, dan 3) untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan MOS dalam pakan sebagai feed additive (prebiotik) terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu 1) uji rasio BIS-onggok dan waktu inkubasi dalam menghasilkan MOS yang maksimal, 2) uji dosis penggunaan xi MOS hasil ekastraksi produk fermentasi yang optimal untuk menurunkan bakteri patogen dan meningkatkan bakteri non patogen secara in vitro, dan 3) uji pengaruh penggunaan MOS hasil ekstraksi sebagai feed additive (prebiotik) dalam pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Penelitian pertama dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial dengan 4 x 5 kombinasi perlakuan. Faktor pertama: rasio BIS-onggok (R0 = BIS 100% : onggok 0%; R1 = BIS 87,5% : onggok 12,5%; R2 = BIS 75% : onggok 25%; R3 = BIS 62,5% : onggok 37,5%) dan faktor kedua: waktu inkubasi (W0 = 0 jam; W1 = 24 jam; W2 = 48 jam; W3 = 72 jam; W4 = 96 jam) dengan 3 ulangan per kombinasi perlakuan. Variabel yang diamati adalah kandungan NDF, ADF, lignin, selulosa, hemiselulosa, gula reduksi dan mannosa. Kriteria kombinasi perlakuan terbaik dalam menghasilkan MOS yang maksimal adalah berdasarkan kandungan gula reduksi dan mannosa yang tertinggi. Penelitian kedua adalah pengujian dosis penggunaan MOS hasil ekstraksi terbaik dari penelitian pertama dalam menurunkan bakteri patogen dan meningkatkan bakteri non patogen secara in vitro (uji aglutinasi, uji resistensi dan uji hambat pada media cair). Perlakuan dosis penggunaan MOS terdiri dari D0 = 0 ppm, D1 = 1000 ppm, D2 = 2000 ppm, D3 = 3000 dan D4 = 4000 ppm. Kriteria dosis terbaik ditetapkan berdasarkan hasil uji aglutinasi yang positif, uji resistensi yang positif dan uji hambat pada media cair dengan penurunan bakteri patogen dan peningkatan bakteri non patogen yang tertinggi. MOS ekstraksi dengan dosis terbaik kemudian dibandingkan dengan MOS komersial (D5). Penelitian ketiga dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola tersarang yang terdiri dari 3 perlakuan penggunaan jenis MOS (M0 = tanpa MOS, M1 = MOS ekstraksi dan M2 = MOS komersial) dan 3 perlakuan periode saat pemberian MOS (P1 = MOS diberikan saat periode starter, P2 = MOS diberikan dari periode starter sampai finisher, dan P3 = MOS diberikan saat periode finisher saja) yang tersarang pada perlakuan penggunaan MOS. Variabel yang diamati adalah konsumsi pakan, PBB, konversi pakan, IOFCC, persentase karkas, persentase lemak abdominal, mortalitas, jumlah bakteri patogen dan non patogen, pH, viskositas, luas vili dan luas permukaan mukosa usus ayam pedaging. Data hasil penelitian pertama dianalisis variansi menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, sedangkan data hasil penelitian ketiga dianalisis variansi menggunakan RAL pola tersarang. Apabila terdapat pengaruh perlakuan maka dilanjutkan dengan uji perbandingan jarak berganda duncan. Data hasil penelitian pertama dan ketiga dianalisis menggunakan paket Agricolae dari program R. Data hasil penelitian kedua dianalisis secara diskriptif. Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara rasio BIS-onggok dan waktu inkubasi terhadap kandungan NDF, ADF, lignin, selulosa, hemiselulosa, gula reduksi dan mannosa. Kandungan NDF, selulosa dan hemiselulosa menurun dengan bertambahnya waktu inkubasi dan dengan meningkatnya proporsi onggok dalam substrat BIS-onggok, tetapi kandungan gula reduksi dan mannosa meningkat. Sedangkan kandungan lignin dan ADF meningkat dengan bertambahnya waktu inkubasi, tetapi menurun dengan meningkatnya proporsi onggok dalam substrat. Berdasarkan produksi MOS yang ditunjukkan oleh kandungan gula reduksi dan mannosa, kombinasi perlakuan terbaik dalam penelitian ini adalah R2 (BIS 75% : onggok 25%) dan W3 (72 jam). Perlakuan kombinasi ini menghasilkan kandungan gula reduksi (10,05%) dan mannosa (753,64 mg) tertinggi.