Potensi Bioekstraksi Lignin dari Biomassa Batang Tembakau (Nicotiana tabacum L.), Core, dan Serat Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Menggunakan Konsorsium Bakteri Selulolitik dan Hemiselulolitik

Main Authors: Rahman, Satria Abiyyu, Farida Rahayu,, S.Si., M.P., Ph.D, La Choviya Hawa,, S.TP., M.P., Ph.D
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189816/1/175100601111018%20-%20Satria%20Abiyyu%20Rahman.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189816/
Daftar Isi:
  • Biomassa merupakan produk hasil proses fotosintesis pada tanaman yang terdiri dari tiga komposisi utama yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Produksi biomassa di Indonesia sangat melimpah diantaranya biomassa batang tembakau (Nicotiana tabacum L.), core, dan serat kenaf (Hibiscus cannabinus L.) varietas Karangploso 15 (KR 15) dengan adanya hal tersebut dapat berpeluang besar untuk diambil dan dimanfaatkan salah satunya adalah lignin. Pemanfaatan lignin saat ini meluas ke beberapa industri pangan dan nonpangan untuk proses dispersi dan emulsi, perekat, pewarna, dan penggunaan khusus lainnya. Terdapat banyak cara untuk mengekstraksi lignin, secara umum terbagi menjadi dua yaitu secara kimia dan biologi (bioekstraksi). Penelitian bertujuan untuk melihat potensi bioekstraksi lignin menggunakan inokulum konsorsium bakteri selulolitik dan hemiselulolitik pada jenis biomassa batang tembakau, core kenaf, dan serat kenaf dengan variasi konsentrasi inokulum konsorsium bakteri (0,1%; 0,3%; dan 0,5% v/v). Kemudian dibandingkan hasilnya dengan ekstraksi lignin secara kimia (metode basa dan klason). Selain itu, dilakukan juga karakterisasi lignin yang dihasilkan setiap metode dan biomassa berdasarkan warna, tekstur, serta uji Spektrofotometer FT-IR (Fourier Transform Infra Red). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode bioekstraksi lignin dengan konsentrasi inokulum konsorsium bakteri sebesar 0,5% menghasilkan potensi kadar lignin tertinggi pada setiap jenis biomassa yang digunakan dengan kadar lignin terbesar pada core kenaf sebesar 0,77%. Pada ekstraksi lignin metode basa kadar lignin tertinggi dari serat kenaf sebesar 27,88% sedangkan pada metode klason kadar lignin tertinggi dari batang tembakau sebesar 17,66%. Selain itu warna lignin yang dihasilkan dari metode bioekstraksi lignin cenderung lebih terang jika dibandingkan ekstraksi metode kimia dan lignin komersial (TCI) dengan tekstur yang tidak menggumpal dan kering. Sedangkan untuk hasil analisis FT-IR menunjukkan bahwa lignin dari metode bioekstraksi lignin memiliki karakteristik serupa dengan lignin komersial (TCI) yang mana mengandung gugus kristalin dan tidak ditemukan adanya gugus amorf. Berdasarkan uji ANOVA pada metode bioekstraksi lignin, jenis biomassa dan konsentrasi inokulum konsorsium bakteri berpengaruh signifikan terhadap kadar lignin sementara hanya konsentrasi inokulum konsorsium bakteri saja yang berpengaruh signifikan terhadap konsumsi biomassa