Pola Penggunaan Lahan Berbasis Masyarakat Pada Sub Das Salu Paku Bagian Hulu Das Rongkong Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan

Main Author: Boceng, Annas
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189688/1/ANNAS%20BOCENG.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189688/
Daftar Isi:
  • Daerah Aliran Sungai (DAS) Rongkong yang terletak di wilayah kabupaten Luwu Utara, setiap tahunnya mengalami banjir terutama di bagian Tengah dan Hilir. Penyebab utamanya adalah erosi yang terjadi di bagian hulu termasuk di wilayah Sub DAS Salu Paku sudah melebihi erosi yang ditoleransikan. Olehnya itu, pengelolaan lahan terutama di wilayah Sub DAS Salu Paku bagian hulu DAS Rongkong perlu diupayakan secara optimal dengan menerapkan teknik budidaya dan teknik konservasi tanah dan air dengan baik. Hal ini dimaksudkan, agar erosi yang terjadi lebih kecil dari erosi yang ditoleransikan, pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat minimal sama dengan UMR kabupaten Luwu Utara, serta dengan mengfungsikan secara optimal akan peran dan keberadaan kelembagaan masyarakat baik sebagai pelaku maupun sebagai sosial kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis erosi yang terjadi di sub DAS Salu Paku bagian hulu DAS Rongkong, Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi selatan; (2) Menganalisis pendapatan Petani di wilayah sub DAS Salu Paku bagian hulu DAS Rongkong, Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi selatan; (3) Menganalisis peran kelembagaan masyarakat di wilayah sub DAS Salu Paku bagian hulu DAS Rongkong Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan; dan (4) Merumuskan Pola Penggunaan Lahan Berbasis Masyarakat Di wilayah sub DAS Salu Paku bagian hulu DAS Rongkong, Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu: Tahap Pertama, berupa pengumpulan data, Tahap Kedua, berupa pengolahan data awal dan, Tahap Ketiga, berupa analisis data. Pengumpulan Data berupa data primer meliputi data hasil wawancara dan FGD di lapangan, data hasil pengamatan tanah dan analisis tanah dilaboratorium, dan data sekunder berupa data yang diperoleh dari kantor/instansi terkait. Pengolahan data awal berupa pembuatan peta unit lahan yang diperoleh dari hasil overlay peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta kemiringan lereng. Hasil overlay tersebut diperoleh 72 unit lahan yang akan menjadi peta kerja. xiii Analisis data terhadap parameter pengamatan dilakukan dengan cara: (a) Analisis nilai laju erosi (A), dianalisis dengan menggunakan metode USLE oleh Wischmeier dan Smith (1978), sedangkan nilai erosi yang ditoleransikan berupa TSL dianalisis dengan pendekatan yang dikemukakan oleh Hammer (1982), (b) Analisis Pendapatan, dianalisis dengan pendekatan tingkat pendapatan minimum daerah melalui Upah Minimum Regional (UMR) kabupaten dan atau berdasarkan kebutuhan minimum berdasarkan garis kemiskinan untuk pedesaan oleh Sayogyo. (c) Analisis kelembagaan, dianalisis terhadap fungsi dan peran kelembagaan dengan pendekatan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Nilai Laju erosi (A) yang melebihi nilai erosi yang ditoleransikan (TSL) terjadi pada penggunaan lahan Kebun Campuran, Tegalan dan Semak Belukar dengan kategori lahan Rusak menempati area seluas 2.404,33 ha atau 17,61 %. Sedangkan laju erosi dengan nilai lebih kecil dari nilai erosi yang ditoleransikan terjadi pada penggunaan lahan Hutan Primer, Hutan Sekunder dan Persawahan dengan kategori Lahan Tidak Rusak, menempati area seluas 11.161,47 ha atau 82,39%, (2) Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani terhadap usaha tani yang dikembangkan di lokasi penelitian tergolong masih rendah dengan rata-rata Rp.1.502.144,- per bulan, bahkan masih berada di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Luwu Utara yaitu Rp. 2.200.000,- (3) Keterlibatan lembaga masyarakat dalam rangka memberikan dukungan kepada masyarakat tani, dalam mengembangkan usaha taninya melalui penerapan teknologi dan teknik konservasi tanah dan air di lokasi penelitian belum optimal, karena kebanyakan lembaga masyarakat selain belum berfungsi dengan baik, juga karena lembaga masyarakat terutama yang non formal baru sebatas nama. (4) Pola Tanam yang diterapkan oleh Petani pada bentuk penggunaan lahan di lokasi penelitian belum memberikan hasil yang optimal sebagaimana yang diharapkan, karena pola tanam yang diterapkan adalah pola tanam yang tidak tetap dan tidak beraturan.