Ekstrak Etanol Propolis Trigona Sp. Malang Indonesia Sebagai Quorum Sensing Inhibitor Isolat Biofilm Staphylococcus Aureus Dari Rinosinusitis Kronis

Main Author: Hadi, Wiyono
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189623/1/WIYONO%20HADI.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189623/
Daftar Isi:
  • Rinosinusitis kronis (RSK) merupakan peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan dua gejala atau lebih salah satunya pilek dan buntu hidung disertai dengan nyeri/ rasa tertekan pada wajah dan gangguan penciuman, yang berlangsung lebih dari tiga bulan. Etiologi RSK multifaktorial, salah satunya adalah biofilm bakteri. Keberadaan biofilm bakteri menyebabkan RSK sulit diatasi. Kekambuhan sering terjadi yang menyebabkan morbiditas berulang, penurunan kualitas hidup, dapat menyebabkan komplikasi dan memerlukan biaya tinggi. Keberadaan biofilm menyebabkan bakteri lebih resisten. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat membentuk biofilm dan merupakan salah satu penyebab RSK. Pembentukan biofilm Staphylococcus aureus melalui 4 tahap yaitu tahap perlekatan, quorum sensing (QS), maturasi dan pelepasan, QS merupakan tahap paling penting pada proses pembentukan biofilm. Quorum sensing Inhibitor (QSI) merupakan salah satu pendekatan strategis untuk pengembangan terapi baru pengobatan biofilm bakteri. Penghambatan proses ini diharapkan dapat menghentikan proses pembentukan biofilm. QS merupakan proses komunikasi antar bakteri baik intra maupun inter spesies. Pada Staphylococcus aureus komunikasi diperantarai oleh sinyal mikromolekul autoinducer peptide (AIP). Pada kepadatan tertentu (quorum) AIP akan dikenali oleh reseptor transmembran yang disebut AgrC-histidine kinase. Phosporilasi histidine kinase akan mengaktifkan AgrA sebagai regulator promotor P2 dan P3. Promotor P2 menyebabkan peningkatan transkripsi operon agrB, agrD, agrC, agrA dan autoamplification dari Agr system. Aktivasi promotor P3 menginduksi transkripsi RNAIII, yang berfungsi sebagai molekul efektor utama untuk mengatur faktor virulensi. Propolis merupakan produk alami yang dihasilkan oleh lebah madu. Propolis dikenal sebagai bahan penyembuhan yang berkualitas sejak peradaban Mesir dan Yunani. Secara klinis propolis diketahui efektif sebagai antimikroba. Propolis menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Entero-coccus Sp., Corynebacterium Sp., B. catarrahlis, dan B. cereus. Pengenceran tersebut sebagian menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Esterechia coli. Propolis mampu menghambat pembentukan biofilm dengan cara mendegradasi extracellular polymeric substance (EPS), mengurangi motilitas bakteri Pseudomonas aeruginosa dan mengacaukan fungsi autoinducer AHL. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan Ekstrak Etanol Propolis (EEP) Trigona Sp. Malang Indonesia sebagai QSI pada isolat biofilm Staphylococcus aureus dari RSK berdasarkan penurunan AIP, histidine kinase, ekspresi gen agr dan morfologi biofilm. Metode penelitian. Jenis penelitian adalah True experimental yang xiii dilakukan di laboratorium (invitro) dengan rancangan Pre and post test control group design. Sampel penelitian adalah penderita RSK yang menjalani operasi bedah sinus endoskopi fungsional di RS PHC Surabaya. Jumlah sampel (ulangan) dihitung menggunakan rumus Frederer. Jumlah perlakuan EEP Tigona Sp. Malang Indonesia sebanyak 7 dan jumlah ulangan sebanyak 3. Penelitian dibagi menjadi 2 tahap. Pertama, Isolasi dan karakterisasi Staphylococcus aureus dan Eksplorasi dosis EEP Trigona Sp. Malang Indonesia sebagai quorum sensing inhibitor isolat biofilm Staphylococcus aureus dari RSK. Kedua, EEP Trigona Sp. Malang Indonesia sebagai QSI pada isolat biofilm Staphylococcus aureus dari RSK. Penelitian tahap pertama telah dilakukan isolasi dan karakterisasi Staphylococcus aureus. Isolasi menggunakan media Manitol Salt Agar tampak pertumbuhan bakteri berwarna kuning. Pewarnaan gram tampak koloni tersusun berjajar seperti rantai memenjang membentuk seperti buah anggur berwarna ungu. Uji katalase positif dengan terbentuknya gelembung-gelembung udara. Uji koagulase positif dengan terbentuknya gumpalan. Kultur Congo Red didapatkan biofilm Staphylococcus aureus berwarna hitam. Tes kepekaan antibiotika Staphylococcus aureus multiresisten terhadap antibiotika. Pada tes ini Staphylococcus aureus resisten terhadap Cefoxitin (FOX), Vancomycin (VA), Oxacillin (OX), Penicillin (P), Erythromycin (E) dan Lincomycin (MY). Eksplorasi dosis menggunakan tehnik mikrotiter pada larutan EEP Trigona Sp Malang Indonesia dosis 0%, 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan kontrol negatif (tanpa biofilm Staphylococcus aureus), ulangan (n) sebanyak 3 (tiga) kali. Inkubasi mikrotiter 108 Cfu/ml selama 48 jam. Pemeriksaan hasil mikrotiter menggunakan Confocal Laser Scanning Microscopy (CLSM) Olympus type FV1000 dengan pewarna Syto9 green fluorescent nucleic acid marker 1:500 pembesaran 400x. Kuantifikasi menggunakan Software Olympus Fluoview version 1.7a. Pengukuran dinilai dari intensitas ekspresi Syto9 dengan satuan arbitrary unit (au) dan ketebalan biofilm dengan satuan mikro meter (μm). Pada penelitian tahap pertama ini didapatkan penurunan morfologi biofilm secra bermakna dengan semakin meningkatnya dosis EEP Malang Indonesia. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis, didapatkan hasil bahwa variabel Intensitas ekspresi Syto9 dan variabel ketebalan biofilm memiliki nilai signifikansi sebesar 0.001 < (α = 0,05). Penelitian tahap kedua isolat biofilm Staphylococcus aureus diberikan perlakuan menggunakan EEP Trigona Sp. Malang Indonesia dosis 0%; 0,4%, 0,8%, 2%, 6% dan 10%. Kontrol (-) adalah Staphylococcus epdermidis non biofilm. Kadar AIP diukur menggunakan Western blot dan ekspresi gen agr diperiksa menggunakan PCR, kuantifikasi menggunakan free software image-J. Histidine kinase dan intensitas ekspresi Syto9 diukur menggunakan doubel staining CLSM Olympus type FV1000 dengan pewarna rhodamin dan Syto9 green fluorescent nucleic acid marker 1:500 pembesaran 400x. Kuantifikasi menggunakan Software Olympus Fluoview version 1.7a. Hasil pengukuran ekspresi gen agr dilakukan uji Anova didapatkan hasil signifikansi (p) sebesar 0,000 (sig < α = 0,05). Hasil uji Anova pada variabel ketebalan biofilm didapatkan hasil signifikansi (p) sebesar 0,001 (sig < α = 0.05). Uji t-test variabel AIP kelompok Kontrol (-) terhadap kelompok propolis dosis 0,4%; 0,8%; 2%; 6% dan 10% menunjukkan signifikansi (p) < α (alfa) = 0.05. Uji t-test untuk variabel Histidine kinase kelompok Kontrol (-) terhadap kelompok propolis dosis 2%, 6% dan 10% didapatkan nilai signifikansi (p) < α (alfa) = 0.05. Uji t-test untuk variabel Intensitas ekspresi Syto9 kelompok Kontrol (-) terhadap kelompok propolis dosis 2%, 6% dan 10% didapatkan nilai signifikansi (p) < α (alfa) = 0,05, sehingga terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa EEP Trigona Sp. Malang Indonesia dapat digunakan sebagai QSI terhadap isolat biofilm Staphylococcus aureus dari RSK.