Erodibilitas Tanah Andisols Sebagai Akibat Perubahan Penggunaan Lahan Studi Kasus Sub Das Brantas Hulu Kota Batu
Main Authors: | Damayanti, Rizkyana Noerishynta, Prof. Ir. Wani Hadi Utomo,, Ph.D., Prof. Ir. Waego Hadi Nugroho,, Ph.D. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189546/1/RIZKYANA%20NOERISHYNTA.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189546/ |
Daftar Isi:
- Kota Batu merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang bernuansa alam pegunungan baik ditingkat regional maupun internasional. Sebelum berstatus sebagai Pemerintah Kota (Pemkot), Kota Batu merupakan salah satu bagian kecamatan dalam wilayah Kabupaten Malang. Hingga pada tanggal 17 Oktober 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang (Zaenuddin, 2013). Perubahan status Kota Batu mendorong semakin pesatnya pembangunan terutama pada sektor pertanian dan pariwisata menyusul ditetapkannya Kota Batu sebagai Agropolitan dan sebagai Kota Wisata mendorong terjadinya alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian maupun menjadi pemukiman atau sarana dan prasarana lain untuk mendukung pariwisata di Kota Batu. Dalam kurun waktu 4 tahun penggunaan lahan di Kota Batu mengalami penurunan luas hutan dan sawah sebesar 6% dari tahun 2003 ke tahun 2007. Peningkatan secara signifikan pada luas lahan adalah permukiman sebesar 9% dari 29,18 km2 menjadi 31,81 km2 dan perkebunan sebesar 7% dari 13,80 km2 menjadi 14,82 km2 (Nurrizqi, 2012). Perubahan penggunaan lahan yang pada awalnya cenderung lebih tertutup seperti hutan ke penggunaan lahan yang lebih terbuka yakni lahan pertanian dapat menyebabkan penurunan kualitas biofisik tanah karena masing-masing vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda (Utaya, 2008). Perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kopi monokultur di Lampung, berdasarkan penelitian dari Widianto et al (2004) dapat menyebabkan penurunan bahan organik dan jumlah ruang pori di permukaan tanah. Perubahan sifat biofisik akibat alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian menyebabkan tanah menjadi semakin peka akan erosi karena hilangnya fungsi kanopi sebagai pelindung tanah dari energi kinetik air hujan (Sittadewi dan Tejakusuma, 2020). Selain itu perubahan penggunaan lahan juga berpengaruh terhadap bahan organik tanah dimana bahan organik memiliki fungsi sebagai perekat agar agregat tanah tidak mudah hancur oleh energi kinetik air hujan (Li et al., 2013). Secara umum tanah yang berkembang di Kota Batu berkembang dari bahan vulkanik hasil gunung api, yang dipengaruhi oleh Gunung Arjuno dan Anjasmoro serta Gunung Panderman. Tanah yang berkembang dari bahan vulkanik umumnya memiliki kandungan fraksi kasar yang lebih dominan dibandingkan dengan fraksi yang halus sehingga menyebabkan kemantapan agregatnya cenderung rendah (Juarti, 2016). Kota Batu secara geografis juga dilewati oleh Daerah Aliran Sungai Brantas bagian Hulu (DAS Brantas Hulu) yang memiliki potensi air sangat besar dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun (BBWS Brantas, 2011). Pengurangan luasan hutan juga berarti mengurangi daerah tangkapan air (water catchment) dan akan meningkatkan limpasan permukaan (run off) sehingga potensi terjadinya erosi maupun sedimentasi semakin tinggi. Terlebih lagi kota Batu memiliki kondisi topografi yang pada umumnya berlereng curam. Berdasarkan Perum Jasa Tirta (2005) laju erosi di DAS Brantas Hulu sebesar 108,2 ton/Ha/th dengan nilai erosi yang diperbolehkan hanya sebesar 18,23% nya saja. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian terkait dengan dampak perubahan penggunaan lahan terhadap erodibilitas tanah yang vii dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pemerintah setempat untuk mitigasi bencana di tengah isu perubahan iklim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan lahan terhadap sifat tanah, hubungan sifat tanah dengan erodibilitas serta untuk menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung dari sifat tanah terhadap erodibilitas tanah di Sub DAS Brantas Hulu. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan faktor perubahan penggunaan lahan menjadi (hutan alami, hutan mahoni, hutan pinus, perkebunan apel, tegalan kentang dan asparagus). Perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu menyebabkan peningkatan nilai erodibilitas. Diketahui perubahan penggunaan lahan dari hutan alami menjadi perkebunan apel, hutan pinus dan tegalan kentang menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu menjadi hutan produksi, perkebunan dan lahan pertanian tanaman semusim menyebabkan penurunan kualitas tanah terutama bagi bahan organik tanah, kemantapan agregat tanah dan porositas tanah. Perubahan penggunaan lahan yang paling signifikan efeknya terhadap penurunan kualitas tanah adalah perubahan penggunaan lahan menjadi lahan pertanian tanaman semusim. Terdapat hubungan yang sangat erat antara erodibilitas dengan beberapa sifat tanah yang diamati antara lain bahan organik tanah, berat isi tanah, kemantapan agregat dan porositas tanah. Sedangkan untuk berat jenis tanah dan tekstur tanah pada penelitian ini hubungannya tidak signifikan. Antar sifat tanah memiliki hubungan multikolinieritas yakni saling mempengaruhi sehingga selain pengaruh langsung juga terdapat pengaruh tidak langsung yang melalui sifat tanah yang lain terhadap erodibilitas. Hampir seluruh sifat tanah yang diamati memiliki pengaruh tidak langsung lebih tinggi terhadap erodibilitas tanah kecuali bahan organik. Berat isi, kemantapan agregat, porositas dan tekstur pengaruhnya terhadap erodibilitas semakin bisar jika melalui bahan organik.