Potensi Ekstrak Buah Lerak (Sapindus Rarak Dc) Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum Capsici) Pada Buah Cabai Merah

Main Authors: Devi., Dita Gustia, Prof. Dr. Ir. Abdul Latief,, MS.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189534/1/DITA%20GUSTIA%20DEVI.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189534/
Daftar Isi:
  • Tingkat produktivitas cabai tergolong masih rendah, hanya sekitar 9,10 ton/Ha apabila dibandingkan dengan potensi produksinya yang mencapai sekitar 12-20 ton/Ha. Salah satu penyebab rendahnya produksi cabai adalah serangan penyakit. Salah satu penyakit utama pada tanaman cabai adalah penyakit antraknosa, penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Upaya pengendalian penyakit antraknosa yang dilakukan sampai saat ini adalah aplikasi fungisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat namun memiliki efek samping yang berbahaya bagi lingkungan dan juga kesehatan. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat dilakukan teknik pengendalian dengan menggunakan fungisida nabati yang lebih ramah lingkungan karena bahan dasarnya berasal dari alam. Lerak mengandung senyawa saponin pada bagian buahnya. Saponin dianggap sebagai bagian dari pertahanan tanaman karena memiliki aktivitas anti mikroba, alelopati, insektisida, moluskasida dan juga fungisida. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi dan konsentrasi efektif dari fungisida nabati ekstrak buah lerak dalam mengendalikan pertumbuhan jamur C. capsici. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Oktober 2021 di Laboratorium Penyakit Tanaman Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan dengan tiga tahapan pengujian yaitu secara in vitro metode peracunan, in vivo preventif dan kuratif dengan metode pelukaan. Penelitian in vivo dan in vitro dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan tujuh perlakuan yaitu kontrol (tanpa perlakuan), konsentrasi ekstrak lerak 2%, 4%, 6%, 8%,10% dan kontrol fungisida sintetik berbahan aktif mankozeb 80% dan seluruh perlakuan diulang sebanyak empat kali. Variabel pengamatan meliputi diameter pertumbuhan jamur C. capsici, persentase penghambatan, berat kering miselium (biomassa), masa inkubasi, intensitas serangan penyakit, dan efektivitas perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah lerak mampu menghambat pertumbuhan jamur C. capsici penyebab penyakit antraknosa pada buah cabai merah. Pada pengujian secara in vitro pemberian konsentrasi ekstrak buah lerak pada konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% mampu menghambat pertumbuhan jamur C. capsici dibandingkan dengan pertumbuhan jamur pada kontrol tanpa perlakuan walaupun penghambatan yang terjadi tidak sebaik hambatan yang diakibatkan oleh pengaplikasian fungisida mankozeb 80% dengan hambatan tertinggi terjadi pada perlakuan dengan konsentrasi 10%. Sedangkan pada pengujian secara in vivo preventif dan kuratif dengan metode pelukaan nilai efektivitas dari perlakuan konsentrasi ekstrak 10% tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan kontrol fungisida berbahan aktif mankozeb 80%.