Analisis Integrasi Pasar Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) Di Provinsi Jawa Timur

Main Authors: Dessy, Vetty Seily Kurnia, Hery Toiba,, SP., MP., Ph.D., Dr. Fahriyah,, SP., M.Si
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189513/1/196040100111003%20-%20Vetty%20Seily%20Kurnia%20Dessy.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189513/
Daftar Isi:
  • Integrasi pasar merupakan salah satu indikator penting dalam efisiensi pemasaran yang berperan dalam pengembangan kebijakan pertanian. Akan tetapi, keterlibatan lembaga pemasaran pada proses pendistribusian antara petani dan konsumen mengakibatkan selisih harga yang relatif tinggi. Hal tersebut mengindikasikan adanya transmisi asimetri vertikal. Perbedaan harga produsen dan pengecer dan kecepatan transmisi perubahan harga sangat bergantung pada arus informasi antar pelaku pasar. Sehingga penting untuk memahami sejauh mana adanya guncangan di harga konsumen dapat ditransmisikan ke petani untuk meningkatkan efektivitas kebijakan dan upaya pengendalian harga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pergerakan harga, menganalisis hubungan kausalitas dan integrasi pasar harga cabai rawit pada tingkat produsen dan pengecer di Provinsi Jawa Timur. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan integrasi pasar. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi pergerakan harga cabai rawit dengan menggunakan nilai koefisien variasi. Sedangkan integrasi pasar dilakukan dengan pendekatan Threshold Vector Error Correction Model (TVECM). Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data harga mingguan cabai rawit tingkat petani dan pengecer di Provinsi Jawa Timur (Januari 2016 – Desember 2020) diolah dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan bahwa nilai koefisien variasi harga cabai rawit tingkat petani lebih besar daripada harga cabai rawit tingkat pengecer di Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut mengindikasikan bahwa fluktuasi harga cabai rawit tingkat petani lebih besar daripada fluktuasi harga tingkat pengecer. Hal ini menggambarkan bahwa risiko harga petani cabai rawit di Provinsi Jawa Timur lebih tinggi daripada pedagang pengecer. Fluktuasi harga tertinggi terjadi pada tahun 2017 dengan nilai koefisien variasi harga di tingkat petani mencapai 88,34 persen dan harga di pengecer mencapai 78,47 persen. Sementara fluktuasi harga terendah terjadi pada tahun 2018 dengan nilai koefisien variasi tingkat petani sebesar 43,53 persen dan di tingkat pengecer sebesar 36,54 persen. Berdasarkan hasil uji kausalitas didapatkan bahwa harga cabai rawit tingkat pengecer di Provinsi Jawa Timur mempengaruhi harga cabai rawit tingkat petani di Provinsi Jawa Timur. Adanya perubahan harga cabai rawit tingkat pengecer akan mempengaruhi perubahan harga cabai rawit tingkat petani di Provinsi Jawa Timur, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pemasaran cabai rawit masih belum efisien karena informasi harga berjalan searah dari pedagang pengecer ke petani. Hasil analisis integrasi pasar diketahui bahwa harga cabai rawit tingkat petani dan pedagang pengecer di Provinsi Jawa Timur belum terintegrasi. Hasil nilai threshold sebesar 0.25 menunjukkan ketika deviasi dari rata-rata harga cabai ii rawit tingkat petani dan pengecer pada keseimbangan jangka panjang melebihi 25 persen, harga akan menyesuaikan untuk mencapai kondisi keseimbangan, sehingga harga cabai rawit di tingkat petani dan pengecer terkointegrasi pada regime dua. Sementara, apabila deviasi dari rata-rata harga cabai rawit tingkat petani dan pengecer pada kesimbangan jangka panjang kurang dari 25 persen, maka tidak akan terjadi penyesuaian harga dan tidak terintegrasi pada regime satu. Apabila dilihat dari nilai ECT menunjukkan bahwa harga cabai rawit eceran mengalami kenaikan harga lebih cepat dibandingkan dengan harga cabai rawit di tingkat petani. Sehingga dapat dikatakan bahwa pasar cabai rawit di Provinsi Jawa Timur belum efisien. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan sistem informasi pasar agar pemasaran cabai rawit di Jawa Timur dapat berjalan dengan efisien dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani maupun pelaku pasar lainnya secara merata.