Keberhasilan Persilangan Pada Beberapa Galur Kacang Bogor (Vigna Subterranean (L.) Verdc.)

Main Authors: Gumilang., Gusti Angger, Dr. Noer Rahmi Ardiarini,, SP., M.Si.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189483/1/175040207111016%20-%20Gusti%20Angger%20Gumilang.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189483/
Daftar Isi:
  • Kacang bogor atau yang dikenal oleh dunia dengan nama bambara groundnut ini merupakan salah satu tanaman yang berpotensi untuk masuk dalam kegiatan diversivikasi pangan dan toleran terhadap kekeringan. Arah penyerbukan dari tanaman kacang bogor lebih didominasi oleh kejadian penyerbukan sendiri sebagai akibat dari tanaman kacang bogor yang termasuk dalam tanaman hermaphrodite. Terjadinya penyerbukan sendiri secara terus menerus dapat mengakibatkan turunnya hasil produksi tanaman kacang bogor yang disebabkan oleh menurunnya keragaman genetik pada tanaman kacang bogor. Perlu dilakukannya persilangan antara beberapa tetua unggul untuk meningkatkan keragaman dan memperbaiki genetik dari tanaman kacang bogor. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi persentasi keberhasilan persilangan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berorientasi pada tanaman, sedangkan faktor eksternal lebih berorientasi terhadap lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui persentase keberhasilan persilangan antar galur yang digunakan dengan terdapatnya berbagai faktor internal dan faktor eksternal yang menjadi pengaruhnya. Penelitian dilaksanakan di green house Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Waktu penelitian dilaksanakan pada Februari 2021 hingga Juni 2021. Penelitian menggunakan rancangan single cross dengan 4 kombinasi persilangan melalui penggunaan 5 galur kacang bogor. Galur yang digunakan diantaranya adalah: TVSU 8.6 (G1) (Thailand) sebagai jantan, Kemudian untuk betinanya menggunakan galur BBL 1.1 (G2) (Lamongan), SS 3.4.2 (G3) (Sumedang), JLB (G4) (Madura) dan TKB (G5) (Madura). Galur TVSU 8.6 digunakan sebagai jantan dikarenakan memiliki karakter jumlah produksi yang tinggi. Galur BBL 1.1 memiliki karakter tahan terhadap kekeringan dan jumlah produksinya yang tinggi, kemudian galur SS 3.4.2 memiliki karakter ukuran bijinya yang besar, selanjutnya galur JLB memiliki karakter tahan terhadap kekeringan, kemudian galur TKB memiliki karakter tahan juga terhadap kekeringan. Beberapa varaibel pengamatan yang diamati diantaranya : warma bunga, warna batang, bentuk polong, warna polong, warna biji, jumlah polong terbentuk, jumlah bunga yang disilangkan dan jumlah ginofor terbentuk. Hasil penelitian menunjukan terdapat persentase keberhasilan persilangan pada penelitian yang telah dilakukan. Persentase keberhasilan persilangan yang dimaksud adalah bagaimana keberhasilan bunga yang dipolinasi untuk mampu membentuk ginofor hingga ginofor tersebut dapat berkembang menjadi polong. Persentase keberhasilan persilangan tertinggi pertama terdapat pada kombinasi vii persilangan TVSU x SS 3.4.2 (W3) dengan nilai persentase sebesar 52,38%. Persentase keberhasilan persilangan tertinggi ke-dua terdapat pada kombinasi persilangan TVSU x SS 3.4.2 (W2) dengan persentase sebesar 46,43%. Persentase keberhasilan tertinggi ke-tiga terdapat pada kombinasi persilangan TVSU x TKB (W2) dengan persentase sebesar 42,31%. Sedangkan persentase keberhasilan persilangan terendah terdapat pada kombinasi persilangan TVSU x BBL 1.1 (W3) dengan nilai persentase sebesar 14,81%. Adanya penggunaan empat taraf waktu berorientasi pada adanya perubahan kondisi lingkungan di dalam green house. Perubahan kondisi lingkungan berorientasi pada fluktuasinya suhu dan kelembapan didalam green house. Adanya fluktuasi suhu dan kelembapan didalam green house mempengaruhi receptivity stigma dan variabilitas polen. Lingkungan didalam green house yang memiliki suhu cenderung tinggi serta diikuti dengan kelembapan yang rendah akan membuat menurunnya kemampuan receptivity stigma dan menurunnya kualitas pollen pada saat persilangan. Empat taraf waktu persilangan yang digunakan mempengaruhi jumlah ginofor yang terbentuk. Kemampuan ginofor tanaman kacang bogor untuk membentuk polong lebih dipengaruhi oleh lingkungan dimana lingkungan yang dimaksud adalah adanya serangan hama dan penyakit tanaman pada tanaman penelitian.