Could We Adopt Online Reviews? Consumers Behaviour Analysis In E-Wom (Pesenkopi Case Study)
Main Authors: | Rahmandari, Luthfiana, Bayu Adi Kusuma ,, SP., MBA, Ir. Edi Dwi Cahyono ,, M.Sc., Ph.D |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/189200/1/175040101111076%20-%20luthfiana%20rahmandari.pdf http://repository.ub.ac.id/189200/ |
Daftar Isi:
- Meluasnya internet dan meningkatnya pengguna internet telah mempengaruhi gaya hidup individu. Salah satu gaya hidup yang berubah adalah individu cenderung membeli produk melalui online. Konsumen biasanya mencari informasi sebelum membeli produk. Mereka mencari informasi yang paling detail dan relevan. Ketika konsumen mencari dan berbagi informasi dengan konsumen lain, itu bisa disebut e-WOM. E-WOM bisa berupa komentar, gambar, atau video. Namun demikian, terkadang konsumen bingung dan skeptis terhadap kualitas informasi dalam e-WOM karena terkadang pengirimnya adalah orang asing. Namun, terkadang konsumen dapat mempercayai informasi orang asing dan melakukan niat beli —walaupun ada jarak sosial-psikologis. Jarak psikologis sosial adalah penghalang antara pengirim dan penerima seperti geografis, bahasa, dan budaya. Ini adalah topik yang menarik untuk dibahas, mengapa konsumen dapat mempercayai ulasan orang asing dan membeli produk? Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan PLS-SEM sebagai alat analisis. SPSS digunakan sebagai perangkat lunak dengan rumus Hayes. Formula Hayes adalah formula yang dibuat oleh Andrew F. Hayes untuk peneliti pemula. Penelitian ini menggunakan 4 variabel yaitu kualitas informasi, jarak sosial-psikologis, kepercayaan, dan niat beli. Penelitian ini menggunakan Pesenkopi sebagai studi kasus artinya metode penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan atau menganalisis data mengenai suatu kasus. Penelitian ini menemukan jika kualitas informasi yang baik dapat mengurangi jarak sosial-psikologis. Konsumen sebagian besar fokus pada informasi detail yang bisa menjadi bukti berani seperti foto atau video. Konsumen tidak terlalu peduli dengan pengirimnya. Selama informasi itu detail, pengirim dan penerima memiliki referensi yang sama, dan penerima membutuhkan informasi, konsumen cenderung percaya dan melakukan niat beli. Terkadang, konsumen juga terpaku pada kepercayaan bersyarat karena keterbatasan individu dalam menganalisis sumber informasi. Jadi, dengan beberapa keterbatasan berpikir, individu hanya menyerap dan mempercayai informasi berdasarkan asumsi dan lompatan logis mereka. Karena cukup sulit untuk mengetahui karakteristik pengirim yang sebenarnya di platform online.