Preferensi Konsumen Dalam Mengonsumsi Pisang Organik Di Kota Malang, Jawa Timur
Main Authors: | Nofatiana, Tania, Hery Toiba,, SP., MP., Ph.D, Deny Meitasari,, SP., M.Sc |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/189090/1/175040100111122%20-%20Tania%20Nofatiana.pdf http://repository.ub.ac.id/189090/ |
Daftar Isi:
- Penggunaan bahan-bahan kimia seperti pestisida dalam proses budidaya pertanian menjadi hal yang umum ditemukan. Sebanyak 55,42% lahan pertanian di Indonesia menggunakan pestisida (Sumata et al., 2015). Residu yang ditinggalkan dari penggunaan pestisida pada tanaman akan memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan. Salah satu solusi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida adalah dengan penerapan pertanian organik. Kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif yang ditimbulkan dari konsumsi produk pertanian yang mengandung pestisida menjadikan pangan organik semakin diminati oleh konsumen. Pola hidup sehat saat ini sedang menjadi tren baru yang berkembang di masyarakat. Buah merupakan salah satu sumber serat yang dapat ditemukan secara mudah dalam bahan pangan (Santoso, 2011). Buah organik merupakan salah satu jenis pangan organik yang banyak diminati oleh masyarakat. Semakin meningkatnya permintaan konsumen terhadap buah organik membuat banyak oknum yang kurang bertanggung jawab mengklaim produknya sebagai produk organik dengan menggunakan label organik buatan sendiri. Label organik yang resmi dikeluarkan di Indonesia berasal dari Lembaga Sertifikasi Organik (LSO). Pisang organik merupakan salah satu buah organik yang banyak diminati oleh konsumen Indonesia. Rata-rata konsumsi pisang di Indonesia meningkat dari 5.892 kg/kapita/tahun pada 2016 menjadi 59.912 kg/kapita/tahun pada 2018 (Setjen Pertanian, 2018). Kurangnya informasi mengenai jenis label organik menjadikan peneliti melakukan penelitian lebih lanjut mengenai preferensi konsumen terhadap pisang organik. Penggunaan preferensi konsumen di penelitian ini dapat melihat kombinasi atribut pisang organik yang diminati oleh konsumen. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan agar mengetahui karakterisitik konsumen, preferensi konsumen serta willingness to pay konsumen pisang organik khususnya di Kota Malang. Karakteristik konsumen pisang organik di Kota Malang dari 229 responden yakni didominasi oleh konsumen dengan jenis kelamin perempuan dengan rentang usia 17-25 tahun, tingkat pendidikan akhir S1, dan belum menikah. Tingkat pendapatan konsumen dalam sebulan didominasi dengan rentang Rp1.000.000 – 2.000.000 per bulan serta tingkat pengeluaran dengan rentang yang sama. Pekerjaan konsumen pisang organik di Kota Malang didominasi dengan pelajar/mahasiswa dengan jumlah anggota keluarga 4 orang. Konsumen pisang organik paling banyak melakukan pembelian satu kali dalam sebulan dan melakukan pembelian di supermarket. Hasil analisis prefrensi konsumen terkait jenis label yang menjadi prefrensi konsumen adalah “Label Organik Indonesia”. Sementara untuk penampilan buah, konsumen lebih menyukai buah yang memiliki banyak bercak hitam pada permukaan kulitnya. Sedangkan untuk harga, konsumen tidak bersedia untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi atau lebih memilih untuk membeli pisang organik dengan harga yang lebih rendah. Konsumen bersedia untuk membayar lebih tinggi untuk pisang organik yang menggunakan Label Organik Indonesia sebesar Rp 1.640 dibandingkan dengan pisang organik yang tidak menggunakan label. Sementara untuk pisang organik yang menggunakan Label Organik USDA, konsumen bersedia untuk membayar lebih mahal sebesar Rp 1.190 dibandingkan dengan pisang organik yang tidak menggunakan label. Konsumen juga bersedia dengan harga premium untuk pisang organik yang memiliki banyak bercak hitam pada permukaan kulitnya sebesar Rp 2.423 dibandingkan pisang organik tanpa bercak hitam, sedangkan untuk pisang organik dengan sedikit bercak hitam konsumen hanya bersedia membayar lebih tinggi sebesar Rp 87 dibandingkan dengan yang tidak ada bercak sama sekali. Atau dapat disimpulkan, konsumen bersedia membayar dengan harga yang premium dengan pisang organik yang menggunakan Label Organik Indonesia dan yang memiliki banyak bercak hitam pada permukaannya.