Pengendalian Persediaan Bahan Baku Baglog Jamur Tiram Pada Era Pandemi Covid-19 (Kasus Agroindustri Jamur Tiram Cv. Indie Mushroom Di Kota Batu, Jawa Timur)

Main Authors: Ringo, Tommy Siringo, Andrean Eka, H., SP., MP., M.BA., Dr. Silvana Maulidah,, SP., MP.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/189025/1/175040100111053%20-%20Tommy%20Siringo%20Ringo.pdf
http://repository.ub.ac.id/189025/
Daftar Isi:
  • World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Corona viruses (Cov) adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut covid-19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Penyebaran virus Corona yang telah meluas ke berbagai belahan dunia. Penyakit Covid-19 telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Sampai saat ini terdapat 188 negara yang mengkorfirmasi terkena virus Corona salah satunya Indonesia. Kegiatan work from home (WFH), social distancing, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadikan masyarakat tidak bisa bekerja seperti biasanya. Tentunya hal ini juga berpengaruh terhadap semua perusahaan yang ada di Indonesia, dimana setiap perusahaan tidak bisa memaksimalkan proses produksinya, salah satunya yaitu kekurangan produk dalam proses produksi. Kekurangan produk akan menyebabkan perusahaan menjadi kesulitan dalam mencapai target yang hendak dicapai dan juga pastinya berpengaruh kepada pendapatan perusahaan tersebut. Keberadaan persediaan menunjang keberlangsungan suatau perusahaan apabila persediaan tidak dikelola dengan baik maka suatu waktu aktivitas perusahaan akan dihadapkan dengan masalah serius. Apabila masalah tersebut berlangsung, maka bukan tidak mungkin perusahaan tersebut akan mengalami kebangkrutan. tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak covid-19 terhadap produksi baglog dan jamur tiram pada agroindustri jamur tiram. Mendeskripsikan pengendalian persediaan bahan baku baglog pada agroindustri jamur tiram. Menganalisis pengendalian persediaan bahan baku baglog pada agroindustri jamur tiram dengan metode EOQ dan ROP. Menganalisis tingkat efisiensi pengendalian persediaan bahan baku baglog dengan menggunakan metode EOQ dan metode konvensional pada agroindustri jamur tiram. Metode penelitian yang dilakukan di agroindustri jamur tiram menggunakan pendekatan kuantitatif. Penentuan lokasi penelitian pada penelitian ini dilakukan secara purposive. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan perusahaan tersebut merupakan salah satu agroindustri yang memproduksi tidak hanya jamur tiram tetapi juga media tanam jamur atau baglog. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2021. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah judgement sampling. Pemilik dari agroindustri jamur tiram dipilih menjadi sampel dikarenakan pemilik perusahaan ini mengetahui informasi yang berkaitan dengan pemesanan, penggunaan dan biaya pemesanan bahan baku dan ditambah juga dengan info pendukung dari istri pemilik agroindustri jamur tiram tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode EOQ dan ROP dan juga paired sample T test. Berdasarkan tujuan awal penelitian dan juga hasil dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa: dampak Covid-19 terhadap produksi baglog dan jamur tiram di agroindustri jamur tiram mengalami penurunan mulai dari tahun 2019-2020. Baik baglog dan juga jamur tiram terjadi perbedaan produksi yang signifikan selama sebelum dan sesudah Covid-19 yaitu pada tahun 2019-2020 dimana dalam pengujian ini digunakan alat analisis paires sample T test. Pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan agroindustri jamur tiram masih menggunakan metode konvensional. Perusahaan tidak memperkirakan permintaan dan persediaan bahan baku sebelum melakukan pemesanan. Dampaknya, frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku yang dilakukan perusahaan kurang optimal yang mengakibatkan perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk persediaan bahan bakunya. Pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ di agroindustri jamur tiram akan optimal ketika kuantitas pemesanan bahan baku serbuk gergaji, bekatul dan serbuk kapur dalam setiap kali pemesanan yang dilakukan yaitu sebesar 27.615 kg, 963 kg, dan 593 kg dengan masing- masing jumlah pemesanan 6 kali, 23 kali dan 26 kali dalam setahun. Sementara, titik pemesanan kembali bahan baku atau ROP dilakukan ketika persediaan yang ada masing masing bahan baku tersisa 1.678,2 kg, 70,7 kg, dan 50,1 kg. Total biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan metode EOQ lebih efisien sebesar 45,5% dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini disebabkan oleh kuantitas pemesanan bahan baku pada metode EOQ lebih banyak dan frekuensi pemesanan bahan baku lebih sedikit. Frekuensi pembelian yang sedikit membuat biaya pemesanan menjadi lebih kecil. Sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengendalian bahan baku dapat diminimalkan. Adapun saran yang diberikan oleh peneliti setelah melakukan prnrlitian dan mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya adalah penerapan metode EOQ sebagai salah satu solusi dalam pengendalian persediaan bahan baku, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya persediaan dapat diminimalkan. Terlebih lagi dalam situasi pandemi covid-19 terjadinya penurunan produksi yang bisa mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan. Perusahaan dapat memaksimalkan kuantitas pembelian bahan baku sesuai dengan kapasitas dari gudang penyimpanan namun dengan periode pembelian lebih tidak sering. Diharapkan mempunyai pemasok bahan baku yang potensial dikarenakan pembelian bahan baku dengan kuantitas yang tinggi, jika melakukan pemesanan bahan baku dengan kuantitas yang tinggi pemasok bahan baku dapat memenuhi permintaan agroindustri jamur tiram. Perusahaan dapat menggunakan ROP untuk meminimalisir adanya kelebihan persediaan ataupun kekurangan persediaan bahan baku. Sehingga proses produksi akan terus berjalan. Hal ini dikarenakan ROP dapat memberikan petunjuk untuk melakukan pemesanan kembali bahan baku.