Neraca Kehidupan Tungau Rhizoglyphus Robini Pada Beberapa Jenis Umbi Bawang
Main Authors: | Aini., Ella Nur, Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini,, MS., Tita Widjayanti,, SP., M.Si. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/188918/1/165040207111063%20-%20Ella%20Nur%20Aini.pdf http://repository.ub.ac.id/188918/ |
Daftar Isi:
- Umbi-umbian dari golongan umbi lapis (Liliaceae) yang banyak dikonsumsi masyarakat yaitu bawang merah Allium ascalonicum L., bawang putih A. sativum L., dan bawang bombai A. cepa L. Spesies hama tungau yang biasa menyerang umbi lapis yaitu Rhizoglyphus robini Claparède (Acari: Acaridae). Salah satu metode dalam mempelajari perkembangan populasi R. robini adalah dengan mengetahui neraca kehidupannya. Informasi neraca kehidupan tungau R. robini diperlukan sebagai informasi dasar dalam mengamati perubahan kepadatan dan laju pertumbuhan atau penurunan populasi R. robini pada umbi bawang, serta dapat menjadi pertimbangan sebelum menyusun strategi pengendalian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 hingga Februari 2021. Tungau R. robini didapat dari umbi bawang yang telah membusuk yang diperoleh dari pasar. Tungau kemudian diperbanyak di dalam area perbanyakan dengan menggunakan pakan umbi kentang. Arena percobaan berupa cawan Petri yang di dalamnya diletakkan spons, dan di atas spons diletakkan kapas dan umbi pakan berada di atas kapas. Arena percobaan selalu dijenuhi oleh air. Pakan yang digunakan adalah umbi bawang merah, putih dan bombai. Umbi bawang dipotong dengan ukuran 2x1 cm kemudian diletakkan pada masing-masing arena percobaan. Pengamatan biologi dilakukan pada ketiga jenis umbi bawang, yang meliputi perkembangan pradewasa, siklus hidup, lama hidup imago betina dan jantan serta keperidian. Pengamatan ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Pengamatan perkembangan pradewasa tungau R. robini dilakukan dengan menempatkan sepasang imago tungau pada arena percobaan dan dibiarkan selama 24 jam hingga bertelur. Kemudian pada arena percobaan disisakan satu butir telur dan diamati hingga menetas. Pengamatan dilakukan dengan mencatat lama perkembangan setiap stadia tungau dari mulai telur hingga stadia nimfa terakhir. Siklus hidup tungau diamati mulai dari stadia telur sampai tungau dewasa meletakkan telur untuk yang pertama kalinya. Lama hidup imago betina dan jantan diamati dari hari pertama munculnya imago hingga imago mati. Keperidian diperoleh dengan menjumlahkan telur yang dihasilkan imago betina selama hidupnya. Parameter yang digunakan untuk menghitung neraca kehidupan adalah x, lx, dan mx. Nilai lx adalah proporsi betina yang hidup pada umur x (kelas umur). Pengamatan lx (kesintasan) dilakukan dengan mengamati 200 butir telur pada masing-masing jenis umbi yaitu bawang merah, putih dan bombai, sehingga total telur yang dibutuhkan adalah 600 telur pada 600 arena percobaan. Nilai tersebut didapatkan dengan meletakkan sepasang imago tungau ke dalam arena percobaan, kemudian dibiarkan selama 24 jam sampai bertelur. Setelah bertelur, imago tungau dikeluarkan dan hanya disisakan satu telur dalam setiap arena percobaan. Selanjutnya telur dibiarkan sampai menetas hingga menjadi dewasa, dan pengamatan dilakukan setiap hari untuk menghitung jumlah individu yang bertahan hidup sampai semua individu mati, kemudian dicatat. Ketika tungau R. robini mencapai fase dewasa, maka jumlah betina dan jantan yang muncul ii dihitung dan dicatat untuk mendapatkan nilai nisbah kelamin. Nilai lx diperoleh dari hasil pembagian jumlah individu yang hidup pada setiap pengamatan dengan jumlah populasi awal (200 individu tungau). Nilai mx merupakan jumlah keturunan betina yang lahir pada umur x. Pengamatan mx terdapat 30 pasang tungau pada masing-masing jenis umbi, sehingga total arena percobaan yang dibutuhkan adalah 90. Nilai ini didapatkan dengan menempatkan sepasang imago tungau pada setiap arena percobaan dan dibiarkan sampai bertelur. Imago betina yang digunakan adalah imago R. robini yang muncul pada hari yang sama, yang diperoleh dari pemindahan tungau pada fase istirahat terakhir dari arena perbanyakan. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk menghitung telur yang diletakkan oleh 30 betina pada setiap arena percobaan, kemudian dicatat. Setelah dihitung, telur kemudian disingkirkan. Pengamatan ini dilakukan hingga imago betina mati, dan setiap terjadi kematian pada imago betina dicatat. Nilai mx diperoleh dari hasil rerata jumlah keturunan betina per hari. Keturunan betina didapatkan dari hasil perkalian jumlah telur yang dihasilkan seluruh betina setiap hari dengan presentase proporsi betina. Presentase proporsi betina didapatkan dari perhitungan proporsi betina dibagi dengan jumlah proporsi betina dan jantan dari nisbah kelamin dikali 100%. Selain itu, dari pengamatan ini juga didapatkan nilai produktivitas telur perhari, keperidian, lama hidup imago betina, lama masa praoviposisi, oviposisi, dan pascaoviposisi. Data untuk menyusun neraca kehidupan diperoleh dari hasil nilai lx dan mx, kemudian disusun dalam tabel bentuk neraca kehidupan berdasarkan parameter demografi menurut Birch (1948), meliputi laju reproduksi bersih (Ro=Σlxmx), rataan masa generasi (T=Σxlxmx/Ro), laju pertumbuhan intrinsik (r=lnRo/T), dan laju pertumbuhan terbatas (λ=er). Data biologi tungau dianalisis menggunakan sidik ragam pada taraf kesalahan 5%, dan apabila hasil tersebut berbeda nyata, maka diuji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Perhitungan biologi tungau menggunakan bantuan program SPSS 26 dan neraca kehidupan menggunakan software Microsoft Office Excel 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perkembangan pradewasa dan siklus hidup tungau R. robini berlangsung lebih singkat pada umbi bawang putih (11,57 dan 12,77 hari) dibandingkan bawang merah (12,31 dan 13,46 hari) dan bombai (12,60 dan 13,71 hari). Keperidian imago betina lebih tinggi pada umbi bawang putih (220,90 butir), dibandingkan bawang merah dan bombai (191,90 dan 181,03 butir), sedangkan lama hidup imago pada ketiga jenis umbi adalah sama. Laju reproduksi bersih (Ro) pada umbi bawang putih lebih tinggi (133,258 individu betina/induk/generasi) dibandingkan pada bawang merah dan bombai (104,283 dan 91,489 individu betina/induk/generasi). Rataan masa generasi (T) tungau pada bawang putih adalah 19,466 hari, pada bawang merah dan bombai adalah 19,502 dan 19,529 hari. Laju pertumbuhan intrinsik (r) tungau pada bawang putih lebih tinggi (0,251 individu betina/induk/hari) dibandingkan pada bawang merah dan bombai (0,238 dan 0,231 individu betina/induk/hari). Laju pertumbuhan terbatas (λ) tungau pada bawang putih juga lebih tinggi (1,285) dibandingkan pada bawang merah dan bombai (1,268 dan 1,259). Rata-rata suhu dan kelembapan pada lokasi penelitian adalah 27,87°C dan 73%. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tungau R. robini lebih sesuai hidup dan berkembang pada umbi bawang putih dibandingkan pada bawang merah dan bombai.