Pengkayaan Media Pada Jamur Entomo-Acaripatogen Lecanicillium Lecanii Untuk Mematikan Tungau Merah Laba-Laba Tetranychus Urticae
Main Author: | Putro., Rodifan Maarij Firman Dwi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/188822/1/145040200111179%20-%20RODIFAN%20MAARIJ%20FIRMAN%20DWI%20PUTRO.pdf http://repository.ub.ac.id/188822/ |
Daftar Isi:
- Tungau merah Tetranychus urticae Koch (Acari: Tetranichydae) merupakan hama penting di bidang pertanian karena dapat menyebabkan kerusakan tanaman. Lecanicillium lecanii (Zimmerman) Viegas adalah salah satu jamur entomo-acaripatogen yang dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis serangga hama termasuk tungau T. urticae. Jamur entomo-acaripatogen memiliki kelemahan yaitu terjadi penurunan kerapatan konidia, viabilitas, dan virulensinya akibat kekurangan nutrisi selama proses perbanyakan yang secara terus-menerus yang dilakukan secara in-vitro. Pengkayaan media pertumbuhan jamur entomo-acaripatogen menggunakan bahan yang mengandung protein, karbon, dan kitin diketahui dapat meningkatkan kerapatan konidia, viabilitas, dan virulensi jamur entomo-acaripatogen. Penelitan ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan tepung serangga G. assimilis, larva T. molitor, dan cangkang kerang P. viridis pada media buatan terhadap pertumbuhan jamur entomo-acaripatogen L. lecanii untuk meningkatkan virulensinya pada tungau T. urticae. Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2018 hingga Desember 2019 di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Fakultas Pertanian (FP), Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Universitas Brawijaya (UB) dan Laboratorium Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang (Polinema). Tungau T. urticae yang diperoleh dari kebun singkong diperbanyak di dalam arena perlakuan. Jamur L. lecanii yang sebelumnya telah ditularkan kembali ke tungau dan diindentifikasi, diperbanyak secara in-vitro menggunakan media PDA. Tepung G. assimilis, larva T. molitor, dan cangkang kerang P. viridis yang telah dibuat kemudian dianalisa kadar nutrisinya melalui uji proksimat dan kadar kitinnya menggunakan teknik isolasi kitin. Persentase kadar kitin digunakan untuk menentukan berat masing-masing tepung yang akan ditambahkan ke dalam media PDA. Media PDA yang telah dimodifikasi dengan penambahan ketiga jenis tepung dengan perlakuan masing-masing tepung adalah konsentrasi kitin 0,5 dan 1,0% digunakan untuk uji pertumbuhan L. lecanii. Jamur L. lecanii yang telah ditumbuhkan selama 21 hari dalam media PDA yang telah diberi perlakuan diamati morfologinya, kerapatan dan viabilitas konidianya. Jamur L. lecanii terlebih dahulu diperbanyak dalam media cair EKD yang telah diberi perlakuan dengan penambahan ketiga jenis tepung dengan konsentrasi kitin 0,5 dan 1,0%. Uji virulensi dilakukan menggunakan suspensi jamur L. lecanii dengan kerapatan konidia 107 konidia/ml aquades. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali selama 7 hari setelah aplikasi meliputi jumlah imago betina tungau T. urticae yang mati, jumlah telur, dan larva. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam. Apabila hasilnya berbeda nyata maka akan dilakukan dengan uji lanjut Duncan pada taraf kesalahan 5%. Penambahan tepung G. assimilis, larva T. molitor, dan cangkang P. viridis pada media PDA berpengaruh nyata terhadap diameter koloni, kerapatan, dan viabilitas konidia jamur L. lecanii. Rerata diameter koloni terlebar pada 21 hari setelah inokulasi (HSI) terdapat pada perlakuan penambahan tepung G. assimilis dengan konsentrasi kitin 0,5% yaitu 8,83 cm. Rerata kerapatan konidia tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan tepung cangkang P. viridis dengan konsentrasi kitin 0,5%, yaitu 70,13 x 107 konidia/ml aquades. Rerata persentase viabilitas tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan tepung G. assimilis dengan konsentrasi kitin 0,5%, yaitu 48,1%. Penambahan tepung G. assimilis, larva T. molitor, dan cangkang P. viridis pada media EKD berpengaruh nyata terhadap mortalitas dan jumlah larva, sedangkan jumlah telur adalah sama. Rerata mortalitas T. urticae tertinggi terjadi pada perlakuan penambahan tepung larva T. molitor konsentrasi kitin 1,0%, yaitu 31,39%. Rerata jumlah larva terendah terjadi pada perlakuan penambahan tepung larva T. molitor konsentrasi kitin 1,0% yaitu, 33,75 ekor.