Biaya Dan Pendapatan Usahatani Buah Naga Dengan Sistem Penyinaran Lampu Dan Konvensional

Main Author: Prabaningsih, Dayu
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/188790/1/145040101111185%20-%20DAYU%20PRABANINGSIH.pdf
http://repository.ub.ac.id/188790/
Daftar Isi:
  • Buah naga masuk di indonesia pada tahun 2000 awalnya hanya import dari negara Thailand. Pada saat kemunculannya buah naga hanya bisa dijumpai di swalayan dan pasar-pasar besar, karena buah naga belum banyak dibudidayakan. Dengan buah naga yang semain dikenal serta bentuk dan warna yang menarik membuat warga berbondong-bondong untuk membeli buah naga. Buah naga banyak dibudidayaan di Kabupaten Banyuwangi dan tersebar di beberapa kecamatansalah satunya kecamatan Tegaldlimo yang berpotensi paling banyak memproduksi buah naga. Dengan potensi yang ada di Kecamatan Tegaldlimo ini petani buah naga melakukan inovasi baru dengan penyinaran lampu. Buah naga sebenarnya membutuhan penyinaran selama 12 jam dan sinar matahari hanya bisa memberikan sinar selama 9-10 jam. Karena sinar matahari sangat penting untuk merangsang pertumbuhan bunga pada tanaman buah naga. Dengan terpenuhinya sinar secara maksimal maka pertumbuhan bunga pada buah naga akan semakin banyak dan secara terus-menerus, meskipun tidak pada musimnya. Musim panen buah naga yaitu pada bulan September sampai bulan Maret. Perbandingan jumlah musim panen buah naga penyinaran lampu bisa mencapai empat kali dalam setahun karena penyinaran lampu dapat mempercepat pertumbuhan bunga buah naga, sedangkan pada buah naga konvensional hanya memiliki satu kali musim panen dalam setahun. Metode analisis biaya produksi, pendapatan, penerimaan, dan kelayakan dengan bantuan Software Microsoft Office Excel. Sedangkan metode perbandingan yang digunakan yaitu independent sampel t test dengan menggunakan Software SPSS 16 for Windows. Hasil dari penelitian Total biaya produksi usahatani buah naga yang menggunakan lampu sebesar Rp.56.957.317/ha permusim panen tidak berbeda secara signifikan dengan total biaya produksi usahatani buah naga konvensional yang berjumlah sebesar Rp.56.611.117/ha permusim panen. Penerimaan yang viii diterima petani yang menggunakan lampu sebesar Rp.149.360.000/ha permusim panen berbeda secara signifikan dengan penerimaan yang diterima oleh petani konvensional yang berjumlah Rp.121.847.500/ha per musim panen. Adapun pendapatan yang diperoleh petani buah naga yang menggunakan lampu sebesar Rp.92.402.683/ha permusim panen juga berbeda secara signifikan dengan pendapatan yang diperoleh petani buah naga konvensional sebesar Rp.65.236.383/ha permusim panen. Tingkat kelayakan usahatani buah naga yang menggunakan lampu sebesar 2,62 berbeda secara signifikan dengan tingkat kelayakan usahatani buah naga konvensional tanpa lampu sebesar 2,15. Kedua system budidaya buah naga tersebut layak dijalankan, namun system budidaya dengan menggunakan lampu lebih layak dibandingkan system budidaya konvensional. Analisis criteria investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, dan IRR menunjukkan usahatani buah naga dengan lampu dan konvensional layak untuk diusahakan. Dan Payback Period usahatani buah naga dengan lampu selama 3 tahun 6 bulan dan konvensional selama 4 tahun 1 bulan. Tetapi investasi pada usahatani buah naga dengan lampu lebih prospektif atau menjanjikan dibandingkan konvensional. Usahatani buah naga dengan lampu minimal memproduksi (BEP produksi) 8.330 kg/ha atau menjual dengan harga (BEP harga) Rp.12.549 kg/ha agar tidak mengalami kerugian. Adapun usahatani buah naga konvensional harus memproduksi minimal 4.476 kg/ha atau menjual dengan harga minimal Rp.12.580 kg/ha. Adapun saran dari penelitian ini adalah bagi petani konvensional tanpa lampu, disarankan untuk beralih pada system budidaya buah naga dengan menggunakan lampu karena memiliki musim tanam lebih banyak yakni 4 kali dalam setahun sehingga dapat melakukan panen di luar musim panen raya dimana harga jual lebih tinggi disbanding saat panen raya. Dari sisi usaha tani, system budidaya buah naga dengan menggunakan lampu mengeluarkan biaya yang sama dengan system konvensional, tetapi dapat memperoleh penerimaan dan pendapatan yang lebih besar sehingga lebih menguntungkan bagi petani.