Strategi Penangkapan Perikanan Demersal Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP- NRI) 712

Main Authors: Putri, Sabrina Vanezza, Dr. Ir. Tri Djoko Lelono,, M.Si, Ledhyane Ika Harlyan,, S.Pi., M.Sc., Ph.D
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/188569/1/Sabrina%20Vanezza%20Putri.pdf
http://repository.ub.ac.id/188569/
Daftar Isi:
  • Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan sumber dayanya yang dan bersifat gabungan (multispesies). Kekayaan sumberdaya ikan yang ada diiringi juga dengan meningkatnya kegiatan penangkapan sehingga mengakibatkan terjadinya tangkap lebih (overfishing). Seperti yang terjadi di perairan wilayah pengelolaan perikanan negara republik Indonesia (WPP-NRI) 712 khususnya pada perikanan demersal saat ini telah mengalami tangkap lebih (overfishing), hal ini karena kegiatan penangkapan di wilayah tersebut selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga tidak ada waktu bagi ikan demersal untuk melakukan pemulihan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, namun pengelolaan di Indonesia saat ini masih kurang efektif untuk mencegah terjadinya overfishing. Hal yang mendasari masalah tersebut ialah pada sistem pengelolaannya. Selama ini pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan perikanan ialah model surplus produksi Schaefer. Model tersebut kurang tepat digunakan karena dirancang untuk perikanan spesies tunggal (single species). Oleh karena itu, strategi penangkapan Feedback Harvest Control Rule (HCR) dapat dijadikan alternatif dalam pengelolaan perikanan di Indonesia karena dapat digunakan bagi perikanan multispecies. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan hasil dari kedua metode yaitu, model surplus produksi Schaefer dan Feedback Harvest Control Rule (HCR). Data yang dibutuhkan ialah data hasil tangkapan dan upaya penangkapan dari 3 (tiga) ikan yang dominan di perairan wilayah pengelolaan perikanan negara republik Indonesia (WPP-NRI) 712 pada tahun 2009-2019. Data tersebut diperoleh dari buku statistic perikanan tangkap Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hasil akhir yang diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kuota tangkap ditahun yang akan datang. Hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan model surplus produksi Schaefer dan Feedback Harvest Control Rule (HCR) menunjukkan adanya perbedaan dari hasil perhitungan. Pada metode HCR didapatkan nilai ABC atau YJTB dan nilai ABE atau FJTB pada spesies ikan swanggi (Priacanthus tayenus) dan ikan kuniran (Upeneus sulphureus) lebih tinggi dibandingkan model surplus produksi Schaefer. Sedangkan metode HCR pada spesies ikan sebelah (Psettodes erumei) nilai ABC atau YJTB lebih rendah dari model surplus produksi Schaefer dan nilai ABE atau FJTB lebih tinggi dari model surplus produksi Schaefer. Meskipun nilai yang dihasilkan dari pendekataan model surplus produksi Scahefer lebih rendah, akan tetapi penangkapan yang dilakukan melebihi batas yang telah ditentukan dan tetap berada pada kondisi tangkap lebih (overfishing)