Aktivitas Antimikroba Edible Film Kasein-Kitosan Yang Ditambah Titanium Dioksida Dengan Level Berbeda

Main Authors: Syarifah, Iffah, Dr. Khothibul Umam Al Awwaly,, S.Pt., M.Si.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/188409/1/Iffah%20Syarifah.pdf
http://repository.ub.ac.id/188409/
Daftar Isi:
  • Produk bidang peternakan baik mentah maupun olahan sangat mudah mengalami kerusakan apabila tidak ditangani dengan baik karena faktor fisik, kimia dan biologi. Edible film dapat digunakan sebagai bahan pengemas yang mampu melindungi kemungkinan kerusakan akibat lingkungan, mikroba dan memiliki sifat alami, ramah lingkungan serta aman dikonsumsi oleh manusia. Kasein merupakan salah satu protein yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan edible film, tetapi kelemahan kasein tidak memiliki sifat antimikroba. Kitosan merupakan polisakarida yang dapat membentuk film kuat dan mempunyai sifat antimikroba tingkat tinggi. Selain kitosan bahan yang dapat ditambahkan dalam pembuatan edible film adalah TiO2 (Titanium dioksida). TiO2 memiliki aktivitas antimikroba terhadap berbagai organisme termasuk bakteri, jamur dan sel kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui level terbaik penambahan TiO2 pada pembuatan edible film kasein-kitosan sehingga dihasilkan aktivitas antimikroba terbaik terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella sp. dan Lactobacillus bulgaricus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai level terbaik penambahan TiO2 pada pembuatan edible film kasein-kitosan. Materi yang digunakan adalah edible film kasein-kitosan yang ditambah TiO2 dengan level berbeda sesuai perlakuan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah percobaan laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, edible film kasein-kitosan untuk perlakuan 1 (P1), edible film kasein-kitosan : TiO2 1% untuk perlakuan 2 (P2), edible film kasein-kitosan : TiO2 3% untuk perlakuan 3 (P3), edible film kasein-kitosan : TiO2 5% untuk perlakuan 4 (P4). Variabel yang diamati adalah aktivitas antimikroba edible film kasein-kitosan yang ditambah TiO2 dengan level berbeda pada bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella sp. dan Lactobacillus bulgaricus. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Variasi (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) apabila terdapat perbedaan yang nyata maupun sangat nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan edible film kasein-kitosan yang ditambah TiO2 dengan level berbeda menghasilkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, dan menghasilkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) pada aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli, Salmonella sp. dan Lactobacillus bulgaricus. Rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah 14,00 mm untuk P1, 14,01 mm untuk P2, 14,63 mm untuk P3 dan 16,09 mm untuk P4. Rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah 21,49 mm untuk P1, 20,80 mm untuk P2, 20,61 mm untuk P3 dan 21,95 mm untuk P4. Rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp. adalah 16,52 mm untuk P1, 15,84 mm untuk P2, 16,14 mm untuk P3 dan 17,12 mm untuk P4. Rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus bulgaricus adalah 16,77 mm untuk P1, 16,53 mm untuk P2, 17,59 mm untuk P3 dan 17,89 mm untuk P4. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembuatan edible film kasein-kitosan yang ditambah TiO2 dengan level berbeda menghasilkan perlakuan terbaik pada P4 yakni edible film kesein-kitosan : TiO2 5%. Saran yang dapat diberikan adalah untuk membuat edible film kasein-kitosan dengan level penambahan TiO2 5%. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai uji daya umur simpan untuk edible film dan penerapan edible film ini pada produk olahan maupun bahan pangan segar bidang peternakan seperti sosis, keju, bakso, karkas, daging, telur dan lain-lain