Tata Kelola Pariwisata di Kampung-Kampung Wisata Kota Yogyakarta Melalui Perspektif Hexa Helix

Main Authors: Sumarto, Rumsari Hadi, Prof. Dr. Sumartono,, MS, Dr. M.R. Khairul Muluk,, S.Sos., M.Si, Dr. Mohammad Nuh,, S.IP, M.Si
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/188079/1/Rumsari%20Hadi%20Sumarto.pdf
http://repository.ub.ac.id/188079/
Daftar Isi:
  • Kota Yogyakarta saat ini semakin dikenal sebagai daerah pariwisata. Kawasan Malioboro dan sekitarnya menjadi andalan, namun perkembangan destinasi wisata lain belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Hal tersebut berimbas pada menurunnya jumlah wisatawan dari 5.520.952 tahun 2016, menjadi 5.347.303 pada tahun 2017. Walaupun tidak menurun drastis, kondisi tersebut harus segera disikapi oleh pemangku wisata di Kota Yogyakarta. Bila dibandingkan dengan daerah lain di Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah pengunjung wisatawan di Kota Yogyakarta tertinggal oleh Kabupaten Sleman dan Bantul. Tahun 2017 jumlah pengunjung di Bantul sebesar 9.141.150 dan Sleman sebesar 6.814.558. Jumlah kunjungan yang besar tersebut perlu menjadi perhatian Pemerintah Kota Yogyakarta. Sebenarnya banyak kawasan wisata yang dapat dikembangkan, diantaranya kampung wisata yang memiliki daya tarik tersendiri. Namun, belum semua kampung memiliki atraksi yang mampu menarik wisatawan. Dengan melihat permasalahan di atas, pengembangan tata kelola pariwisata saat ini tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah, tetapi perlu dikuatkan melalui interaksi antara pemerintah, industri, perguruan tinggi, masyarakat, lingkungan dan media. Penelitian dengan hexa helix melalui helix pemerintah, industri, perguruan tinggi, masyarakat, lingkungan dan media signifikan untuk mengembangkan tata kelola pariwisata di kampung wisata. Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran dan interaksi dari pemerintah, industri, masyarakat, perguruan tinggi, lingkungan, media serta model tata kelola pariwisata di Kampung Wisata Kota Yogyakarta dalam perspektif hexa helix. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran dan interaksi serta menganalisis model dari helix pemerintah, industri, masyarakat, perguruan tinggi, media dan lingkungan pada tata kelola pariwisata di kampung wisata Kota Yogyakarta. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif pada penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasar data dan pembahasan hasil penelitian, peran Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu merancang regulasi untuk peningkatan kualitas kampung wisata, menyediakan dana untuk pendidikan dan pelatihan wirausaha, sebagai fasilitator antara perguruan tinggi dengan industri untuk pengembangan industri, dan mendukung dalam pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan pariwisata. Peran Pemerintah signifikan dalam mendukung tata kelola pariwisata untuk keberlanjutan pariwisata di kampung wisata. Peran industri yang menyerap inovasi untuk meningkatkan kualitas hasil produksi, mengembangkan ekosistemxii wirausaha dan sebagai penyedia barang dan jasa bagi wisatawan juga mendukung keberlanjutan pariwisata di kampung wisata. Peran perguruan tinggi signifikan dalam menghasilkan output yang mampu beradaptasi, kreatif dan fleksibel serta membantu dalam mengembangkan produk dan layanan yang berkualitas melalui transfer pengetahuan. Masyarakat memiliki peran penting dalam mengembangkan inovasi produk pada industri kreatif dan layanan digital di kampung wisata. Peran lingkungan signifikan dalam mengembangkan tata kelola pariwisata yang berkelanjutan sebagai pendorong untuk perubahan inovasi, pendorong daya saing, dan penyedia modal alam di kampung wisata. Peran lingkungan menjadikan kampung wisata lebih inovatif dalam produk, karya seni dan budaya. Peran media signifikan dalam mendukung pengembangan bisnis dan membranding kampung wisata agar semakin dikenal wisatawan. Pada tata kelola pariwisata di kampung wisata Kota Yogyakarta, interaksi terjadi antar helix yaitu Pemerintah Kota Yogyakarta didukung Pemerintah DIY, industri, perguruan tinggi, masyarakat, lingkungan dan media (hexa helix). Interaksi dilakukan secara bersama-sama untuk meningkatkan kinerja helix lainnya. Interaksi juga didukung oleh komponen atraksi, aksesibilitas, amenitas dan ancillary services. Dampak dari interaksi sinergis dan berkesinambungan tersebut yaitu kesejahteraan masyarakat kampung wisata meningkat dan ada keberlanjutan pariwisata di kampung wisata Kota Yogyakarta. Ke enam helix tersebut merupakan gabungan dari quintuple helix dan penta helix. Berdasar peran dan interaksi sinergis dan berkesinabungan dari enam helix yaitu pemerintah, industri, perguruan tinggi, masyarakat, lingkungan dan media untuk keberlanjutan pariwisata di kampung wisata Kota Yogyakarta, maka model yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah model hexa helix dalam tata kelola pariwisata di kampung wisata Kota Yogyakarta.