Pemasaran Telur Ayam Ras Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali
Main Authors: | Pratami, Rizkia Kurnia, Prof. Dr. Ir. Budi Hartono,, M.S., IPU., ASEAN.Eng |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/188052/1/Rizkia%20Kurnia%20Pratami.pdf http://repository.ub.ac.id/188052/ |
ctrlnum |
188052 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://repository.ub.ac.id/188052/</relation><title>Pemasaran Telur Ayam Ras
Pada Masa Pandemi Covid-19
Di Kabupaten Jembrana
Provinsi Bali</title><creator>Pratami, Rizkia Kurnia</creator><creator>Prof. Dr. Ir. Budi Hartono,, M.S., IPU., ASEAN.Eng</creator><subject>636 Animal husbandry</subject><description>Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jembrana
pada tanggal 3 Januari sampai 3 Pebruari 2021. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis biaya produksi dan
keuntungan pada usaha peternakan ayam ras petelur di
Kabupaten Jembrana pada masa pandemi Covid-19 dan untuk
mengetahui peternak dalam memasarkan telur ayam rasnya.
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian
viiandem dengan pendekatan kuantitatif. Informasi
dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner
dan wawancara langsung. Metode yang digunakan untuk
pengambilan sampel peternak yaitu purposive sampling.
Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara
sengaja dengan menentukan kriteria-kriteia tertentu. Kriteria
yang digunakan yaitu peternak dengan pengalaman beternak
lebih dari 1 tahun. Sedangkan teknik pengambilan sampel
pedagang menggunakan metode Snow Ball Samping. Terdapat
36 responden yang terdiri dari 30 peternak, 3 pedagang besar
dan 3 pedagang pengecer. Responden peternak dibagi menjadi
3 strata sesuai jumlah kepemilikan ternak ayam ras petelur
yang dipelihara. Strata I dengan jumlah kepemilikan 300
2.200 ekor, strata II 2.201 4.100 ekor, dan strata III 4.101
6.000 ekor.
Berdasarkan hasil analisis data biaya produksi dan
perhitungan laba rugi, rata- rata biaya produksi pada strata I, II
dan III berturut-turut sebesar Rp 307.621.653/farm/tahun, Rp
864.288.863/farm/tahun dan Rp 1.515.659.668/farm/tahun.
Penerimaan rata-rata pada strata I, II dan III berturut-turut
sebesar Rp 358.507.782/ farm/ tahun, Rp 995.896.113/ farm/
tahun dan Rp 1.753.200.488/ farm/ tahun. Keuntungan bersih
(Earning After Taxes/EAT) rata-rata pada strata I, II dan III
berturut-turut sebesar Rp 48.341.822/ farm/ tahun, Rp
127.224.356/ farm/ tahun dan Rp 225.663.779/ farm/ tahun.
Pemasaran telur ayam ras yang dilakukan peternak
secara offline dan tidak ada yang secara online. Pemasaran
secara offline dilakukan dengan memasarkan telur ayam
rasnya ke pengecer (toko/kios) sebesar 13,33% peternak dan
sebanyak 86,67% ke pengepul. Pengepul terdiri dari pedagang
besar dan pengepul dari instansi pemerintah yang selama masa
pandemi covid-19 memberikan bantuan sosial (bansos).
Saluran pemasaran telur ayam ras yang ada di Kabupaten
Jembrana memiliku 2 pola, pemasaran pola I dan pemasaran
pola II. Pemasaran pola I meliputi alur : peternak pedagang
besar yang membeli telur langsung ke peternak pengecer
konsumen akhir; peternak pedagang besar yang membeli
telur yang diantar langsung peternak pengecer konsumen
akhir. Pola II : peternak pengecer konsumen akhir.
Perbedaan pola pemasaran tersebut mempengaruhi
harga yang diberikan oleh peternak. Untuk pedagang besar
yang membeli telur langsung ke peternak, harga dari peternak
Rp 19.000/kg sedangkan pedagang besar yang membeli telur
yang diantar langsung peternak Rp 21.000/kg. Harga untuk
pedagang besar yang membeli telur yang diantar langsung
peternak lebih mahal dikarenakan peternak membutuhkan
biaya transportasi untuk mengantarkan telur- telurnya.
Pedagang besar yang membeli telur langsung ke peternka
selanjutnya menjual telur ke pedagang pengecer dengan harga
Rp 20.000/kg dan pedagang pengecer menjual telurnya ke
konsumen dengan harga Rp 22.500/kg. Pedagang besar yang
membeli telur yang diantar langsung peternak menjual
telurnya ke pedagang pengecer dengan harga Rp 22.000/kg
dan pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga
Rp 23.500.
Pemasaran pola I melibatkan 2 lembaga pemasaran
(pedagang besar yang membeli telur langsung ke
peternak/yang membeli telur yang diantar langsung peternak
dan pedagang pengecer) sedangkan pola II hanya melibatkan
satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer. Farmer
Price Share yang diterima peternak pada pemasaran pola I
dengan alur pemasaran Peternak Pedagang Besar yang
membeli telur langsung ke peternak Pedagang Pengecer
Konsumen Akhir sebesar 84,44%, dengan Margin pemasaran
dari pedagang besar yang membeli telur langsung ke peternak
ke pengecer Rp 2.000 dan dari pengecer ke konsumen akhir
Rp 1.500. Pemasaran pola I dengan alur pemasaran Peternak
Pedagang Besar yang membeli telur yang diantar langsung
peternak Pedagang Pengecer - Konsumen Akhir farmer
sprice share-nya sebesar 89,63% dengan Margin pemasaran
dari pedagang besar yang membeli telur yang diantar langsung
peternak ke pengecer Rp 1.000 dan dari pengecer ke
konsumen akhir Rp 1.500. Pemasaran pola II dengan alur
Peternak Pengecer konsumen akhir Farmer Price Share
yang diterima peternak sebesar 90,48% dengan Margin
pemasaran sebesar Rp 2.000. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran telur ayam ras, maka nilai Margin
pemasaran akan semakin besar karena melalui proses
pemasaran yang semakin panjang dan harga yang diterima
konsumen akhir semakin mahal. Margin pemasaran pola II
sangat menguntungkan karena hanya melibatkan satu lembaga
pemasaran sehingga harga yang diterima konsumen lebih
rendah.
Kesimpulan penelitian adalah : 1) Biaya produksi
usaha ternak ayam ras petelur pada strata I rata-rata Rp
307.621.653/ farm/ tahun, strata II Rp 864.288.863/ farm/
tahun, dan starata III Rp 1.515.659.668/farm/tahun.
Keuntungan bersih (Earning After Taxes/EAT) pada strata I
rata-rata Rp 48.341.822/ farm/ tahun, strata II Rp
127.224.356/ farm/ tahun dan strata III Rp 225.663.779/ farm/
tahun; 2) Pemasaran telur yang dilakukan peternak di
Kabupaten Jembrana selama masa pandemi Covid-19 secara
offline menggunakan pemasaran pola I dengan alur pemasaran
Peternak Pedagang Besar yang membeli telur langsung ke
peternak/yang membeli telur yang diantar langsung peternak
Pedagang Pengecer Konsumen Akhir dan pemasaran pola II
dengan alur pemasaran Peternak Pengecer Konsumen
Akhir serta tidak dilakukan secara online.</description><date>2021-05-06</date><type>Thesis:Thesis</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repository.ub.ac.id/188052/1/Rizkia%20Kurnia%20Pratami.pdf</identifier><identifier> Pratami, Rizkia Kurnia and Prof. Dr. Ir. Budi Hartono,, M.S., IPU., ASEAN.Eng (2021) Pemasaran Telur Ayam Ras Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya. </identifier><relation>0521050066</relation><recordID>188052</recordID></dc>
|
language |
eng |
format |
Thesis:Thesis Thesis PeerReview:NonPeerReviewed PeerReview Book:Book Book |
author |
Pratami, Rizkia Kurnia Prof. Dr. Ir. Budi Hartono,, M.S., IPU., ASEAN.Eng |
title |
Pemasaran Telur Ayam Ras
Pada Masa Pandemi Covid-19
Di Kabupaten Jembrana
Provinsi Bali |
publishDate |
2021 |
topic |
636 Animal husbandry |
url |
http://repository.ub.ac.id/188052/1/Rizkia%20Kurnia%20Pratami.pdf http://repository.ub.ac.id/188052/ |
contents |
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jembrana
pada tanggal 3 Januari sampai 3 Pebruari 2021. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis biaya produksi dan
keuntungan pada usaha peternakan ayam ras petelur di
Kabupaten Jembrana pada masa pandemi Covid-19 dan untuk
mengetahui peternak dalam memasarkan telur ayam rasnya.
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian
viiandem dengan pendekatan kuantitatif. Informasi
dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner
dan wawancara langsung. Metode yang digunakan untuk
pengambilan sampel peternak yaitu purposive sampling.
Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara
sengaja dengan menentukan kriteria-kriteia tertentu. Kriteria
yang digunakan yaitu peternak dengan pengalaman beternak
lebih dari 1 tahun. Sedangkan teknik pengambilan sampel
pedagang menggunakan metode Snow Ball Samping. Terdapat
36 responden yang terdiri dari 30 peternak, 3 pedagang besar
dan 3 pedagang pengecer. Responden peternak dibagi menjadi
3 strata sesuai jumlah kepemilikan ternak ayam ras petelur
yang dipelihara. Strata I dengan jumlah kepemilikan 300
2.200 ekor, strata II 2.201 4.100 ekor, dan strata III 4.101
6.000 ekor.
Berdasarkan hasil analisis data biaya produksi dan
perhitungan laba rugi, rata- rata biaya produksi pada strata I, II
dan III berturut-turut sebesar Rp 307.621.653/farm/tahun, Rp
864.288.863/farm/tahun dan Rp 1.515.659.668/farm/tahun.
Penerimaan rata-rata pada strata I, II dan III berturut-turut
sebesar Rp 358.507.782/ farm/ tahun, Rp 995.896.113/ farm/
tahun dan Rp 1.753.200.488/ farm/ tahun. Keuntungan bersih
(Earning After Taxes/EAT) rata-rata pada strata I, II dan III
berturut-turut sebesar Rp 48.341.822/ farm/ tahun, Rp
127.224.356/ farm/ tahun dan Rp 225.663.779/ farm/ tahun.
Pemasaran telur ayam ras yang dilakukan peternak
secara offline dan tidak ada yang secara online. Pemasaran
secara offline dilakukan dengan memasarkan telur ayam
rasnya ke pengecer (toko/kios) sebesar 13,33% peternak dan
sebanyak 86,67% ke pengepul. Pengepul terdiri dari pedagang
besar dan pengepul dari instansi pemerintah yang selama masa
pandemi covid-19 memberikan bantuan sosial (bansos).
Saluran pemasaran telur ayam ras yang ada di Kabupaten
Jembrana memiliku 2 pola, pemasaran pola I dan pemasaran
pola II. Pemasaran pola I meliputi alur : peternak pedagang
besar yang membeli telur langsung ke peternak pengecer
konsumen akhir; peternak pedagang besar yang membeli
telur yang diantar langsung peternak pengecer konsumen
akhir. Pola II : peternak pengecer konsumen akhir.
Perbedaan pola pemasaran tersebut mempengaruhi
harga yang diberikan oleh peternak. Untuk pedagang besar
yang membeli telur langsung ke peternak, harga dari peternak
Rp 19.000/kg sedangkan pedagang besar yang membeli telur
yang diantar langsung peternak Rp 21.000/kg. Harga untuk
pedagang besar yang membeli telur yang diantar langsung
peternak lebih mahal dikarenakan peternak membutuhkan
biaya transportasi untuk mengantarkan telur- telurnya.
Pedagang besar yang membeli telur langsung ke peternka
selanjutnya menjual telur ke pedagang pengecer dengan harga
Rp 20.000/kg dan pedagang pengecer menjual telurnya ke
konsumen dengan harga Rp 22.500/kg. Pedagang besar yang
membeli telur yang diantar langsung peternak menjual
telurnya ke pedagang pengecer dengan harga Rp 22.000/kg
dan pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga
Rp 23.500.
Pemasaran pola I melibatkan 2 lembaga pemasaran
(pedagang besar yang membeli telur langsung ke
peternak/yang membeli telur yang diantar langsung peternak
dan pedagang pengecer) sedangkan pola II hanya melibatkan
satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer. Farmer
Price Share yang diterima peternak pada pemasaran pola I
dengan alur pemasaran Peternak Pedagang Besar yang
membeli telur langsung ke peternak Pedagang Pengecer
Konsumen Akhir sebesar 84,44%, dengan Margin pemasaran
dari pedagang besar yang membeli telur langsung ke peternak
ke pengecer Rp 2.000 dan dari pengecer ke konsumen akhir
Rp 1.500. Pemasaran pola I dengan alur pemasaran Peternak
Pedagang Besar yang membeli telur yang diantar langsung
peternak Pedagang Pengecer - Konsumen Akhir farmer
sprice share-nya sebesar 89,63% dengan Margin pemasaran
dari pedagang besar yang membeli telur yang diantar langsung
peternak ke pengecer Rp 1.000 dan dari pengecer ke
konsumen akhir Rp 1.500. Pemasaran pola II dengan alur
Peternak Pengecer konsumen akhir Farmer Price Share
yang diterima peternak sebesar 90,48% dengan Margin
pemasaran sebesar Rp 2.000. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran telur ayam ras, maka nilai Margin
pemasaran akan semakin besar karena melalui proses
pemasaran yang semakin panjang dan harga yang diterima
konsumen akhir semakin mahal. Margin pemasaran pola II
sangat menguntungkan karena hanya melibatkan satu lembaga
pemasaran sehingga harga yang diterima konsumen lebih
rendah.
Kesimpulan penelitian adalah : 1) Biaya produksi
usaha ternak ayam ras petelur pada strata I rata-rata Rp
307.621.653/ farm/ tahun, strata II Rp 864.288.863/ farm/
tahun, dan starata III Rp 1.515.659.668/farm/tahun.
Keuntungan bersih (Earning After Taxes/EAT) pada strata I
rata-rata Rp 48.341.822/ farm/ tahun, strata II Rp
127.224.356/ farm/ tahun dan strata III Rp 225.663.779/ farm/
tahun; 2) Pemasaran telur yang dilakukan peternak di
Kabupaten Jembrana selama masa pandemi Covid-19 secara
offline menggunakan pemasaran pola I dengan alur pemasaran
Peternak Pedagang Besar yang membeli telur langsung ke
peternak/yang membeli telur yang diantar langsung peternak
Pedagang Pengecer Konsumen Akhir dan pemasaran pola II
dengan alur pemasaran Peternak Pengecer Konsumen
Akhir serta tidak dilakukan secara online. |
id |
IOS4666.188052 |
institution |
Universitas Brawijaya |
affiliation |
mill.onesearch.id fkp2tn.onesearch.id |
institution_id |
30 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Universitas Brawijaya |
library_id |
480 |
collection |
Repository Universitas Brawijaya |
repository_id |
4666 |
subject_area |
Indonesian Language Collection/Kumpulan Karya Umum dalam Bahasa Indonesia* |
city |
MALANG |
province |
JAWA TIMUR |
shared_to_ipusnas_str |
1 |
repoId |
IOS4666 |
first_indexed |
2022-02-07T03:27:24Z |
last_indexed |
2022-02-07T03:27:24Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1751456063116279808 |
score |
17.538404 |