Kajian Perbandingan Pelarut Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS) dan Penggunaan Pelarut Daur Ulang Pada Proses Saponifikasi DALMS Untuk Memperoleh Rendemen Tertinggi
Main Authors: | Firsta, Nissa Clara, Erni Sofia Murtini,, S.TP., M.P., Ph.D, Prof. Dr. Teti Estiasih,, S.TP., M.P., Ph.D |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/187947/1/Nissa%20Clara%20Firsta%20176100100111009.pdf http://repository.ub.ac.id/187947/ |
Daftar Isi:
- Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS) merupakan produk samping pemurnian fisik minyak sawit mentah yang terdiri dari asam lemak bebas, gliserida, serta bioaktif multikomponen seperti skualen, karoten, tokoferol dan tokotrienol, serta fitosterol. Bioaktif multikomponen dapat diperoleh dengan saponifikasi DALMS dan ekstraksi fraksi tidak tersabunkan (FTT). Pelarut yang digunakan pada saponifikasi dan ekstraksi FTT DALMS yaitu kombinasi etanol, heksana, dan akuades. Pelarut saponifikasi menggunakan etanol, sedangkan ekstraksi menggunakan heksana dan akuades. Tujuan penelitian adalah menentukan kondisi optimum proses saponifikasi dengan parameter variasi perbandingan pelarut : DALMS (Tahap 1) serta penggunaan pelarut baru dan pelarut daur ulang (Tahap 2) dengan respon rendemen FTT. Rendemen tertinggi akan dilakukan analisa bioaktif meliputi Vitamin E (α-tokoferol, α-tokotrienol, δ-tokotrienol, γ- tokotrienol), fitosterol (kampesterol, β-sitosterol, stigmasterol), karotenoid (α– karoten dan β–karoten) serta skualen. Penelitian terdiri dari penelitian pendahuluan dan dua tahap penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan interval atas dan bawah perbandingan etanol : DALMS (v/b), heksana : DALMS (v/b) dan akuades : DALMS (v/b) dengan respon rendemen. Hasil penelitian pendahuluan masingmasing pada perlakuan etanol 6:1 (v/b), perlakuan heksana perbandingan 8:1 (v/b), dan perlakuan akuades 12:1 (v/b) menghasilkan rendemen tertinggi, masingmasing (0,51%; 0,67%; 0,21%). Berdasarkan data tersebut, batas bawah dari masing-masing perbandingan pelarut yaitu etanol : DALMS 5:1 (v/b), heksana : DALMS 6:1 (v/b), dan akuades : DALMS 10: 1 (v/b). Batas atas untuk masingmasing pelarut : DALMS yaitu etanol : DALMS 7:1 (v/b), heksana : DALMS 10:1 (v/b), dan akuades : DALMS 14:1 (v/b). Batas bawah dan batas atas yang diperoleh kemudian digunakan pada penelitian tahap 1. Penelitian tahap 1 bertujuan untuk menentukan titik optimum pelarut : DALMS pada saponifikasi dan ekstraksi menggunakan Rancangan Komposit Pusat Metode Permukaan Respon yang terdiri dari tiga variabel yaitu perbandingan etanol : DALMS (v/b) (X1), heksana : DALMS (v/b) (X2) dan akuades : DALMS (v/b) (X3) dengan respon rendemen. Perlakuan terbaik dilakukan analisa bilangan oksidasi (bilangan peroksida dan p-anisidin) dan senyawa bioaktif meliputi Vitamin E (α-tokoferol, α-tokotrienol, δ-tokotrienol, γ-tokotrienol), fitosterol (kampesterol, β-sitosterol, stigmasterol), karotenoid (α–karoten dan β–karoten) dan skualen. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan etanol : DALMS (6,5 : 1) (v/b), heksana : DALMS (9,7 : 1) (v/b), dan akuades (12,6 : 1) (v/b) merupakan kombinasi pelarut terbaik dengan rerata rendemen 2,23 + 0,11%. Optimasi saponifikasi dan ekstraksi berpengaruh terhadap kadar bioaktif rendemen FTT DALMS. Senyawa β-sitosterol, skualen, dan total Vitamin E yang terdiri dari α- tokoferol, α-tokotrienol, δ-tokotrienol, γ-tokotrienol memiliki nilai lebih tinggi saat dilakukan optimasi pelarut dibandingkan sebelum optimasi. Perlakuan optimasi memiliki senyawa stigmasterol dan kampesterol lebih rendah dibandingkan perlakuan sebelum optimasi. Senyawa α–karoten dan β–karoten tidak dapat terekstrak pada perlakuan setelah optimasi maupun sebelum optimasi. Optimasi pelarut memiliki bilangan peroksida yang lebih tinggi dari perlakuan sebelum optimasi, serta bilangan p-Anisidin yang lebih rendah dibandingkan perlakuan sebelum optimasi. Penelitian tahap 2 bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nyata penggunaan pelarut baru, pelarut daur ulang, dan kombinasi keduanya pada saponifikasi dan ekstraksi DALMS menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Respon pada tahap ini yaitu rendemen. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan One Way Analysis of Variance (ANOVA) pada α = 0,05. Perlakuan dengan rendemen tertinggi dilakukan uji bilangan oksidasi (bilangan peroksida dan p-anisidin) dan senyawa bioaktif (meliputi Vitamin E (α-tokoferol, α-tokotrienol, δ- tokotrienol, γ-tokotrienol), fitosterol (kampesterol, β-sitosterol, stigmasterol), karotenoid (α–karoten dan β–karoten) dan skualen. Penggunaan pelarut daur ulang memiliki nilai rendemen tidak berbeda nyata dibandingkan dengan penggunaan pelarut baru maupun kombinasi pelarut baru : pelarut daur ulang, sehingga FTT yang dihasilkan dari saponifikasi dan ekstraksi menggunakan pelarut daur ulang dilakukan karakterisasi bilangan oksidasi dan senyawa bioaktif. Bilangan oksidasi pada penggunaan pelarut daur ulang memiliki nilai yang lebih tinggi diabndingkan penggunaan pelarut baru, yang ditandai dengan bilangan peroksida dan anisidin yang memiliki nilai lebih tinggi dari penggunaan pelarut baru. Penggunaan pelarut daur ulang memiliki kadar β-sitosterol, kampesterol, dan skualen lebih tinggi dibandingkan pelarut baru. Akan tetapi, penggunaan pelarut daur ulang menghasilkan kadar stigmasterol dan Vitamin E yang terdiri dari α- tokoferol, α-tokotrienol, δ-tokotrienol, serta γ-tokotrienol lebih rendah dibandingkan pelarut baru. Senyawa α–karoten dan β–karoten tidak terdeteksi pada saponifikasi dan ekstraksi menggunakan pelarut daur ulang