Pengaruh Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) Terhadap Manajemen Diri Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo
Main Authors: | Ernawati, Ucik, Prof. Dr. Titin Andri Wihastuti,, S.Kp., M.Kes, Dr. Yulian Wiji Utami,, S.Kp., M.Kes |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/187898/1/Ucik%20Ernawati.pdf http://repository.ub.ac.id/187898/ |
Daftar Isi:
- Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit kronis dengan manifestasi klinis hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Prevalensi DMT2 pada orang dewasa menyumbang 90% dari jenis diabetes tipe lainnya yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes gestasional. Prevalensi DM secara global diperkirakan akan mencapai 642 juta jiwa di tahun 2040. Fakta jumlah penderita DM bisa jauh lebih besar dari prevalensi yang dijabarkan karena sebagian besar penderita baru mencari pertolongan medis setelah terjadi komplikasi. Peningkatan prevalensi DMT2 disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya yaitu perilaku hidup yang kurang sehat. Perilaku yang kurang sehat berkaitan dengan aktivitas fisik, pola makan dan kepatuhan minum obat dapat mencetuskan terjadinya komplikasi. Penerapan perilaku sehat seperti diet dan olahraga, serta penggunaan obat-obatan dengan tepat dapat mengontrol kadar glukosa darah dan mencegah terjadinya komplikasi. Pemantauan yang dilakukan penderita diabetes dalam pengelolaan diri sendiri untuk melakukan perilaku sehat disebut dengan manajemen diri diabetes. Manajemen diri diabetes terdiri dari beberapa aspek penting diantaranya adalah pola makan, aktivitas fisik dan terapi farmakologi. Ketiga aspek tersebut dikenal dengan konsep IDEP (Interaction between Diet, Exercise and Pharmachoterapy), pengelolaan IDEP dalam manajemen diri diabetes memiliki peran yang penting karena memberikan pengaruh yang besar terhadap kestabilan kadar glukosa darah. Pengelolaan manajemen diri diabetes bukanlah sesuatu yang mudah dalam penatalaksanaan DMT2. Terdapat banyak hambatan yang dapat mempengaruhi penatalaksanaan DMT2, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan dalam melakukan manajemen diri. Sehingga edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) merupakan bentuk strategi dalam penatalaksanaan DMT2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap manajemen diri pada penderita DMT2. Tujuan khusus dari penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh EMDD terhadap perubahan aktivitas fisik pada penderita DMT2, menganalisis pengaruh EMDD terhadap perubahan pola makan pada penderita DMT2 dan menganalisis pengaruh EMDD terhadap perubahan kepatuhan terapi obat pada penderita DMT2. Desain pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasy exsperimental design dengan pendekatan pretest and posttest control group design. Responden pada penelitian sebanyak 56 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang masingmasing terdiri dari 28 responden. Responden adalah pasien DMT2 yang berkunjung ke Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo. Hasil penelitian berdasarkan uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan adanya pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap aktivitas fisik, pola makan dan kepatuhan terapi obat pada penderita DMT2. Terdapat hasil yang signifikan pada ketiga variabel yaitu aktivitas fisik p = 0.000, pola makan p = 0.000, kepatuhan terapi obat p = 0.000. Aktivitas fisik sedang meningkat dari 35,71% menjadi 71,43%, pola makan teratur meningkat dari 17,86% menjadi 89,28% dan kepatuhan terapi obat dari kategori patuh 0% menjadi 89,29%. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa edukasiviii manajemen diri diabetes (EMDD) dapat digunakan sebagai bentuk intervensi mandiri pada pasien DMT2 di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo. Dengan demikian EMDD dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran, sebagai alternatif dalam memberikan intervensi pada pasien DMT2, dan dapat dilakukan sebagai intervensi secara berkelanjutan dengan memberikan follow up pada pasien DMT2.