Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesiapsiagaan Keluarga Menghadapi Bencana di Desa Labuan Mapin Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa

Main Authors: Farilya, Mita, Dr. dr. Setyowati Soeharto,, M.Kes, Ns. Suryanto,, S.Kep, M.Nurs., PhD
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/187810/1/Mita%20Farilya.pdf
http://repository.ub.ac.id/187810/
Daftar Isi:
  • Kejadian bencana secara global pada tahun 2018 menunjukkan angka kejadian sebanyak 315 dengan total korban meninggal 11.804 jiwa, 68,5 juta jiwa terdampak bencana dan kerugian materiil mencapai US$ 131,7 Milyar. Asia merupakan benua dengan dampak tertinggi, menyumbang 45% peristiwa bencana, 80% kematian, dan 76% orang yang terdampak. Indonesia merupakan bagian kawasan Asia Pasifik, masuk dalam 5 negara teratas dengan tingkat kematian tertinggi di dunia pada rentang kejadian bencana 2008-2017 yaitu 5.357 jiwa akibat gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi. Desa Labuan Mapin Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa merupakan bagian Provinsi NTB dikenal dengan keunikan ragam suku yang menempatinya, serta memiliki letak geografis yang merupakan daerah pesisir sehingga rentan terhadap risiko bencana. Daerah ini menjadi lokasi yang menarik secara empirik dan teoritis untuk mengevaluasi kerentanan karena berbagai alasan. Antara lain, merupakan wilayah dengan jumlah kerusakan yang paling tinggi dibandingkan tujuh desa lainnya di Kecamatan Alas Barat saat terjadi bencana, karakteristik masyarakat pesisir desa yang pluraristik, mayoritas penduduk bermatapencaharian sebagai nelayan dengan pola hidup yang dinamis dan bergantung pada ketersediaan sumber daya laut serta kondisi alam, sementara pada saat yang bersamaan menanggung risiko terkait kejadian gempa bumi, angin puting beliung, dan air pasang yang relatif tinggi. Peristiwa-peristiwa alam tersebut menegaskan pentingnya kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan dinyatakan sebagai langkah awal untuk membantu mengurangi dan menghilangkan keparahan bencana dengan mempersiapkan keluarga/masyarakat melalui pengembangan rencana tanggap darurat, menerjemahkan rencana dengan cepat dan efektif, serta kesadaran keluarga yang berkelanjutan tentang bahaya dan risiko bencana. Dukungan keluarga dalam hal perencanaan kesiapan bencana di masa depan mampu memberikan dorongan untuk dapat merespon secara efektif saat terjadi bencana. Keluarga yang memiliki perencanaan baik, delapan kali lebih siap saat bencana terjadi. Mengintegrasikan nilai-nilai lokal, pengalaman dalam strategi komunikasi dan pedoman perilaku, efektif mendorong kesiapsiagaan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan keluarga menghadapi bencana di Desa Labuan Mapin Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah 150 kepala keluarga di Desa Labuan Mapin Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2021. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 36-55 tahun (54%), mayoritas tingkat pendidikan sekolah dasar (48%) dan lama tinggal >10 tahun (80,7%). Hasil uji Spearman rank menunjukkan semua variabel independen memiliki p value<0,05, artinya ada korelasi yang signifikan antara variabel pengetahuan, sikap, dan modal sosial terhadap kesiapsiagaan keluarga. Selanjutnya hasil uji regresi linier ganda menunjukkan bahwa sikap adalah faktor yang paling kuat hubungannya dengan kesiapan keluarga dibandingkan pengetahuan dan modal sosial dengan nilai β sebesar 0,358. Temuan dalam penelitian ini memaparkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah tidak menjamin seseorang memiliki pengetahuan yang rendah pula terkait kesiapan bencana. Nilai rerata kesiapsiagaan keluarga yang mendekati nilai maksimal di Desa Labuan Mapin merupakan interpretasi dari pengalaman bencana yang sering dialami dan riwayat tinggal di daerah rawan bencana lebih dari 10 tahun. Hal tersebut membuktikan bahwa pengalaman bencana mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam kesiapsiagaan keluarga yang menjadi sumber refleksi diri dalam bertindak terhadapix kejadian atau peristiwa yang akan datang. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rentang usia kategori dewasa akhir dan lansia akhir memiliki kesiapsiagaan keluarga yang baik. Gender juga dapat mempengaruhi kesiapan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sehingga lebih cenderung berpartisipasi dalam kegiatan kelompok yang mempengaruhi modal sosial keluarga di Desa Labuan Mapin. Penelitian ini membuktikan bahwa sikap sangat mempengaruhi kesiapsiagaan keluarga menghadapi bencana diikuti dengan pengetahuan dan modal sosial. Modal sosial di Desa Labuan Mapin merupakan integrasi dari nilai-nilai lokal, budaya gotong royong yang terus dijalankan, pengalaman bencana, rentang waktu tinggal dan adaptasi di kawasan rawan bencana. Hal tersebut harus terus dipertahankan bahkan ditingkatkan menyikapi proses regenerasi penduduk yang akan terus berjalan sehingga upaya-upaya kesiapsiagaan masih perlu dilakukan. Guna mengantisipasi dalam rangka manajemen risiko bencana perlu dilakukan pengembangan dan evaluasi pedoman dan standar oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan faktor pendukung yang berkesinambungan untuk mengurangi kerentanan dan dampak dari bencana yang akan datang.