Pengalaman Kader Kesehatan Jiwa dalam Menjalankan Peran Kader Kesehatan Jiwa pada Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 di Puskesmas Dongko Kabupaten Trenggalek

Main Authors: Liana, -, Dr. Dra. Indah Winarni,, M.A, Dr. Heni Dwi Windarwati,, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/187805/1/Liana.pdf
http://repository.ub.ac.id/187805/
Daftar Isi:
  • Di Indonesia sekitar 84,9% yang dapat mengakses pelayanan kesehatan jiwa dengan rincian sebanyak 48,9% yang rutin melakukan perawatan dan pengobatan, dan sebanyak 51,1% lainnya tidak rutin melakukan perawatan dan pengobatan sehingga menyebabkan kekambuhan. Kekambuhan ODGJ dapat berdampak bagi diri pasien, keluarga dan masyarakat. Penyebab kekambuhan ODGJ adalah hambatan selama fase perawatan dan rehabilitasi. Upaya perawatan dan rehabilitasi tersebut petugas kesehatan juga melibatkan peran kader dan keuarga, namun masih menjumpai berbagai hambatan. Banyaknya hambatan yang dijumpai oleh kader kesehatan jiwa seperti kondisi pandemi COVID-19 selama satu tahun membuat pelaksanaan posyandu dan rehabilitasi mengalami hambatan, sehingga sulitnya ODGJ ke askes dan kegiatan posyandu karena harus mematuhi protokol Kesehatan. Permasalahan kader kesehatan jiwa dalam melakukan psoyandu jiwa selama pandemi ini adalah akses menuju rumah pasien karena adanya pembatasan sosial dan distribusi pengobatan, sehingga pasien harus dipastikan mendapatkan obat 1 bulan sekali. Kesulitan pasien untuk ke puskesmas dan ketakutan masyarakat akan COVID-19 serta petugas kesehatan. Hambatan tersebut dapat memunculkan kesulitan kader dalam memberikan rehabilitasi dan melakukan pemberdayaan. Kegiatan posyandu dijadikan sebagai bentuk tindak lanjut program optimalisasi kader di bawah pengawasan puskesmas. Upaya kader dalam menjalankan perannya untuk meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat ini bisa dilihat dari semakin bertambahnya ODGJ yang aktif melakukan pengobatan rutin dan bahkan bisa hidup produktif dengan bekerja. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin menggali pengalaman KKJ dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara mendalam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk memahami secara mendalam tentang fenomena pengalaman pengalaman selama menjadi kader kesehatan jiwa saat menjalankan tugas mendampingi ODGJ sebelum dan sesudah adanya pandemi di Puskesmas Dongko Kabupaten Trenggalek. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang kader yang aktif mengikuti kegiatan posyandu kesehatan jiwa. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu (1) Minimal 2 tahun menjadi kader kesehatan jiwa dengan batasan usia maximal 50 Tahun, (2) Aktif dalam kader kesehatan jiwa, (3) Telah mengikuti pelatihan kader kesehatan jiwa yang diselenggarakan oleh Puskesmas Dongko minimal 2 kali. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam secara langsung oleh peneliti dengan menggunakan acuan pedoman wawancara. Proses wawancara dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yaitu menjaga jarak dan memakai masker. Hasil wawancara yangviii telah diperoleh selanjutnya ditranskripsikan oleh peneliti untuk dianalisis. Analisis hasil penelitian ini menggunakan metode Interpretative Psychological Analysis. Hasil analisa penelitian ini didapatkan 16 tema yaitu: (1) Memiliki niat yang tulus dari diri sendiri untuk menjadi KKJ, (2) Merasa tertantang untuk brinteraksi dengan ODGJ, (3) Senang terlibat kegiatan posyandu jiwa sebelum adanya pandemi, (4) Bangga dan bahagia dapat membantu ODGJ sembuh, (5) Merasa bersyukur menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat berempati, (6) Merasa aman petugas kesehatan selalu mendampingi kegiatan KKJ sebelum adanya pandemi, (7) Merasa sedih menjadi bahan gunjingan dan kurang dukungan dari masyarakat, (8) Semangat membantu ODGJ dan keluarganya, (9) Merasa takut dan khawatir berinteraksi dengan ODGJ tanpa pendampingan diawal pandemi, (10) Merasa kesulitan komunikasi dengan KKJ dan ODGJ karena tidak adanya posyandu jiwa dan harus mematuhi prokes, (11) Merasa lebih dihargai dan dibutuhkan oleh tetangga setelah adanya pandemi, (12) Mendapat kemudahan dengan perubahan tanggung jawab KKJ dalam pemantauan ODGJ, (13) Mendapat kemudahan akses ke petugas kesehatan yang siap melayani konsultasi online 24 jam, (14) Berinisiatif mengunjungi pasien dengan ikhlas meskipun tanpa pendamping dengan mematuhi prokes, (15) Merasa mendapat berbagai dukungan saat menjalankan tugas dimasa pandemi, dan (16) Lebih semangat meskipun lelah dengan tugas selama pandemi dan penggunaan prokes. Berdasarkan hasil penelitian tema utama yaitu lebih semangat meskipun lelah dengan tugas ganda dan prokes. Pengalaman psikologis Kader Kesehatan Jiwa saat menjalankan posyandu selama pandemi mengalami perubahan. Perubahan karena kondisi dan situasi, sistem dari puskesmas dan perasaan kader pribadi akibat pandemi. Setelah pandemi kader merasa khawatir, takut, dan kesulitan berkomunikasi dengan ODGJ karena tidak posyandu jiwa. Situasi positif yang dialami kader setelah pandemi yaitu menjadi lebih dihargai orang lain, mendapat kemudahan dengan pembagian tugas dari puskesmas, petugas mudah dihubungi selama 24 jam. Mental health worker also took the initiative and volunteered to visit ODGJ even though they used prokes. This condition makes the mental health worker feel more enthusiastic even though they are tired with double tasks and prokes. So that it can be concluded that with sincere intentions from the start, although sad to be gossiped by neighbors, mental health worker have the enthusiasm to help ODGJ from the beginning until after the pandemic, mental health worker remain and are even more enthusiastic even though there are more demands and workloads.