Analisis Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Mgr. Gabriel Manek, Svd Atambua
Main Authors: | Araujo, Josefina Bakita Dos Reis, Dr. Ahsan,, S.Kp., M.Kes, Dr. Ns. Laily Yuliatun,, S.Kep.,M.Kep |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/187793/1/Josefina%20Bakita%20Dos%20Reis%20Araujo.pdf http://repository.ub.ac.id/187793/ |
Daftar Isi:
- Budaya keselamatan pasien merupakan produk dari nilai, sikap, kompetensi dan pola perilaku individu dan kelompok yang menentukan komitmen dan kemampuan suatu budaya organisasi pelayanan kesehatan terhadap program keselamatan pasien. Dampak dari budaya keselamatan pasien yang kurang di rumah sakit adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Organisasi kesehatan dunia mengestimasi bahwa di Asia orang menerima lebih dari 5 kali injeksi/tahun dan 50% dari tindakan injeksi tersebut tidak aman. Sekitar 4% pasien mengalami adverse event selama dirawat di rumah sakit, 70% berakhir dengan kecacatan sementara, sedangkan 14% berkahir dengan kematian. Sedangkan Institute of Medicine mencatat sebanyak 44.000-98.000 orang meninggal per tahunnya di Amerika Serikat yang disebabkan oleh kesalahan medis. Dan untuk Indonesia dalam rentang waktu 2006-2011 Komite Keselamatan Pasien Rumah sakit melaporkan adanya sejumlah 877 insiden terkait keselamatan pasien. WHO mengembangkan empat kategori faktor yang sangat berhubungan dengan penyebab insiden keselamatan pasien yaitu : kategori faktor budaya organisasi, kategori faktor kerja tim, kategori faktor individu, dan kategori faktor lingkungan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi pelaksanaan budaya keselamatan pasien di Rumah sakit Umum Daerah Mgr. Gabriel Manek SVD Atambua. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian kuantitatif mengunakan desain cross sectional yang dianalisis dengan regresi linear berganda. Responden pada penelitian ini sebanyak 127 responden. Hasil penelitian, pada univariat di dapatka hasil distribusi frekwensi budaya organisasi, tim kerja, individu, lingkungan kerja dan budaya keselamatan pasien berada pada kategori baik, ini menggambakan semakin tinggi budaya organisasi, kerja tim, individu dan lingkungan kerja maka akan semakin baik budaya keselamatan pasien di Rumah sakit. Uji pearson corelation diperoleh hasil hubungan budaya organisasi dengan budaya keselamatan pasien p=0,000 dan memiliki hubungan yang kuat dengan nilai corelation coefision 0,829. Hubungan kerja tim dengan budaya keselamatan pasien p=0,000 dan memiliki hubungan yang kuat dengan nilai corelation coefision 0,868. Hubungan Individu dengan budaya keselamatan pasien p=0,000 dan memiliki hubungan yang kuat dengan nilai correlation coefficient 0,856. Hubungan lingkungan kerja dengan budaya keselamatan pasien p=0,000 dan memiliki hubungan yang kuat dengan nilai correlation coefficient 0,863. Ini menjelaskan bahwa budaya keselamatan pasien merupakan upaya untuk meningkatkan ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat, tepat lokasi prosedur operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh melalui budaya organisasi, kerja tim, individu dan lingkungan kerja baik. Sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi linear berganda didapatkan persamaan Y = 40,842 + 1,007(Faktor Kerja tim) + 1,042 (Faktor Lingkungan kerja). Nilai constanta positif menunjukkanviii pengaruh positif variabel independen yaitu variabel kerja tim dan variabel lingkungan kerja. 1,007 merupakan nilai koefisien regresi variabel kerja tim terhadap budaya keselamatan pasien, yang artinya jika variabel kerja tim mengalai kenaikan satu satuan maka budaya keselamatan pasien akan mengalami peningkatan 1,007. Dan 1,042 merupakan nilai koefisien regresi variabel lingkungan kerja terhadap budaya keselamatan pasien, yang artinya jika variabel lingkungan kerja mengalai kenaikan satu satuan maka budaya keselamatan pasien akan mengalami peningkatan 1,042. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor budaya organisasi, kerja tim, individu dan lingkungan kerja terhadap budaya keselamatan dan faktor yang paling dominan mempengaruhi budaya keselamatan pasien di Rumah sakit Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua berdasarkan pemodelan regresi linear adalah tim kerja. Kerja tim akan menjadi penentu lancar tidaknya suatu organisasi. Interaksi dalam tim berpengaruh terhadap prilaku anggota dalam berkomunikasi dan terbuka dalam mengungkapkan kesalahan yang terjadi